bakabar.com, JAKARTA - Rangkaian webinar Literasi Digital bertajuk “Teknologi Untuk Mendukung Proses Belajar dan Mengajar”di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara telah bergulir pada Selasa (28/3) pukul 10.00-12.00 WIB.
Kegiatan itu merupakan kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dengan pelajar SMP di Kabupaten Deli Serdang diantaranya SMPN 2 Percut Sei tuan, SMPN 1 Labuhan Deli, SMPN 1 Patumbak, SMPN 2 Batang Kuis Satu Atap dengan melibatkan para siswa sebagai audiensnya.
Webinar yang menyasar target segmen pelajar SMP itu, sukses dihadiri oleh sekitar 300 peserta daring, dan dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.
Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia itu bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Di Indonesia pada awal Tahun 2022, pengguna internet telah mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Penggunaan internet membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.
Baca Juga: Ratusan Siswa SD Prabumulih Ikuti Webinar 'Literasi Digital Sejak Dini'
Sementara itu, Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.
Kemudian pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil itu menunjukkan literasi digital masyarakat saat ini berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun lalu.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.
“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya lewat diskusi virtual.
Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadi agenda yang sangat strategis dan krusial, dalam membekali masyarakat beraktivitas di ranah digital.
Baca Juga: Literasi Digital di SD dan SMP Kabupaten Ogan Ilir, Jaga Data Pribadi dengan Baik
Keberagaman budaya digital
Pada sesi pertama, Dian Ikha Pramayanti yang merupakan Dosen, Writerpreneur, dan Entrepreneur menyampaikan tentang peningkatan literasi digital dapat membantu siswa dan guru memahami dan menghargai keberagaman budaya digital.
Dalam memahami keberagaman budaya digital, perlu mempelajari tentang cara menggunakan teknologi digital secara bertanggung jawab dan menghargai perbedaan budaya dan bahasa dalam penggunaan teknologi digital.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan adalah memungkinkan untuk berdiskusi dan berkolaborasi di platformonline, memungkinkan siswa untuk berbicara dan berbagi pengalaman mereka secara real-time menggunakan video konferensi, memungkinkan pembelajaran online yaitu mengakses materi pembelajaran dan melakukan tugas, memanfaatkan teknologi untuk membuat konten seperti Aplikasi animasi, video, gambar, dan desain grafis.
Tak hanya itu, penggunaan teknologi juga memungkinkan untuk berinteraksi secara informal melalui media sosial, dan adanya aplikasi terjemahan yaitu membantu siswa untuk mengatasi hambatan bahasa dalam berkomunikasi dengan teman sekelas dari latar belakang budaya yang berbeda.
“Dalam penggunaan teknologi digital untuk mengajarkan isu-isu global dan multikultural, penting untuk mempertimbangkan keragaman bahasa dan budaya siswa. Guru dapat menggunakan platform digital yang inklusif dan multibahasa untuk memfasilitasi akses siswa ke konten dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan mereka," ujarnya.
Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 3 Kotabumi Lampung, Narasumber: Cyberbullying Harus Dihentikan
Sementara bagi siswa, mereka dapat belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang dari latar belakang yang berbeda, mengembangkan kerjasama, dan memahami kompleksitas isu-isu global.
Platform sosial media, crowdsourcing, dan kampanye daring dapat membantu siswa menyebarkan kesadaran tentang isu-isu global, menggalang dukungan, dan mempromosikan perubahan positif.
Penggunaan teknologi digital juga dapat memfasilitasi pembelajaran tentang isu-isu global dan multikultural dengan cara yang lebih inklusif dan terhubung. "Namun, penting untuk mempertimbangkan keragaman bahasa dan budaya siswa, dan untuk mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi warga global yang aktif dan sadar.” papar Dian.
8 kemampuan digital
Selanjutnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang Yudy Hilmawan memberikan pemaparan bahwa transformasi teknologi pembelajaran dengan digitalisasi menuntut 8 kemampuan digital yang harus dikuasai.
Kemampuan tersebut meliputi; kemampuan mengelola identitas personal, melakukan pencarian informasi, mempelajari peralatan digital, mengoptimalkan layanan digital, membuat konten digital, membuat aplikasi digital, melakukan personal branding, dan kemampuan melakukan kolaborasi digital.
Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 1 Indralaya, Kominfo: Waspadai Cyberbullying
Dalam memanfaatkan teknologi digital untuk pembelajaran, Yudy mengingatkan untuk selalu berpegang pada digital ethics. Hal-hal yang harus dilakukan yaitu kemampuan menyadari, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari, bijak dalam menggunakannya untuk harmonisasi dalam pembelajaran dan kehidupan bermasyarakat, berpegang pada prinsip kesadaran, tanggung jawab, integritas, dan kebajikan, bersikap sopan santun, dan tatakrama yang baik dalam komunikasi, memakai bahasa dan tulisan yang jelas.
“Kita ketahui bersama bahwa episode ke-15 Program Merdeka Belajar tentang Implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar mengharuskan semua guru di semua jenjang dan para siswa SD, SMP, SMA/SMK untuk memiliki akun belajar.id yang login ke PMM. Pemanfaatan PMM untuk belajar mandiri sangat mendukung percepatan digitalisasi pembelajaran. Saatnya melakukan transformasi pembelajaran dari konvesional menuju kontekstual dengan memanfaatkan teknologi digital untuk hasil belajar yang holistic guna terciptanya profil pelajar pancasila,” papar Yudy.
Peran penting teknologi
Selanjutnya, giliran Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader (KOL) yang menyampaikan bahwa teknologi sangat memudahkan kehidupan sehari-hari, harus memanfaatkan teknologi digital dengan baik dan aktif.
Selain itu, ruang digital sudah semakin pesat, sudah tersedia banyak aplikasi yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Sehingga sangat disayangkan jika sebagai pengguna tidak menggunakan dengan baik dan benar.
“Kalau dulu, saya les itu kita harus datang nih ke gurunya, harus datang ke banyak tempat-tempat les di wilayah-wilayah rumah kita, jaraknya 1km 2km dari rumah, tapi kalau sekarang, les aja kita tinggal pilih mau pake aplikasi apa, aplikasi penunjangnya apa, tinggal pilih mata pelajarannya apa, tetap belajarnya di rumah, jadi sebegitu nikmatnya sekarang dunia pendidikan kalau berhubungan tentang ruang belajar digital,” ungkap Reni.
Baca Juga: Literasi Digital Ajak Siswa Cintai Produk dalam Negeri
Tanya jawab
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.
Pertanyaan pertama diajukan Aulya Istikomah yang bertanya bagaimana caranya menghadapi netizen yang suka berkomentar negatif. Bagaimana caranya untuk membuat personal branding yang baik bagi konten kreator pemula, sedangkan di dunia digital sekarang sudah banyak sekali pesaing dan bakalan kalah dengan konten negatif lain. Juga bagaimana cara agar konten lebih berkembang dari konten lain yang sudah memiliki branding yang kuat?
Menjawab hal itu, Dian Ikha Pramayanti menjelaskan bahwa di dunia digital ada yang namanya algoritma agar konten negatif tersebut akan terus ada. Untuk itu, perlu dibuat konten yang positif agar orang lain membagikan postingan tersebut.
"Kalau ingin posting tidak perlu melihat komentar negatif. Personal branding kita tidak instan dan dibentuk dengan konsistensi. Rekam jejak digital kita sangat penting dalam dunia pekerjaan," paparnya.
Pertanyaan kedua dari Gina Lanina. Dia bertanya tentang kecakapan digital peserta didik dalam berinternet. Contohnya saat mencari jawaban menggunakan google. Untuk itu, Gina bertanya cara meminimalisir ketergantungan tersebut agar para peserta didik tidak hanya mengandalkan google.
Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMPN 1 Kotabumi Lampung, Kemenkominfo: Indeks Kita Masih Rendah
Yudy Hilmawan menanggapi pertanyaan tersebut dengan menjelaskan bahwa guru akan memberikan tugas atau kurikuler. "Kita harus menjunjung tinggi digital etis dalam memanfaatkan internet dan dunia digital. Siswa harus dapat berhasil dalam pembelajaran holistik dan diimbangi dengan kecerdasan intelektual. Harus dijadikan panduan dan pedoman," terangnya.
Pertanyaan ketiga dari Nadia Shafira yang menanyakan langkah yang bisa dilakukan sebagai netizen untuk berkontribusi menjaga kebudayaan di ranah digital yang berdasar pancasila? Dan apa saja yang bisa dilakukan sebagai pelajar untuk menumbuhkan cinta dan bangga budaya Indonesia agar tidak terkontaminasi dengan budaya asing di ruang digital?
Kembali Dian Ikha menanggapi dengan mengingatkan bahwa di dunia digital hendaknya mengikuti pedoman Pancasila. "Kita tidak boleh menjelekkan orang lain. Menggunakan produk Indonesia dengan bangga. Penguatan projek pancasila yang merupakan bagian dari implementasi merdeka," katanya.
Senada, narasumber Yudy Hilmawan menjelaskan cara yang bisa dilakukan untuk berkontribusi pada nilai-nilai budaya nasional. Salah satunya melalui profil pelajar pancasila, yang terdapat 6 elemen, yaitu bertakwa kepada Tuhan, tidak meninggalkan kearifan lokal dan nasional, mandiri, gotong royong, berpikir kritis, dan kreatif.
"Dengan 6 komponen jika diterapkan akan menjadi budaya kepribadian para siswa," tegasnya.
Baca Juga: Empat Pilar Literasi Digital, Kominfo: Problematika Masih Besar
Usai sesi tanya jawab Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader (KOL) kembali menyampaikan bahwa nilai-nilai pancasila harus selalu digaungkan, dan harus mematuhi hukum di dunia digital, dan memanfaatkan era digital dengan baik.
"Tetap ada koridor, tetap ada payung hukum yang harus kita taati, harus kita patuhi," ujar Reni.
Setelah sesi tanya jawab, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000.
Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.
Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/), Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo), Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).