bakabar.com, JAKARTA - Rangkaian Webinar Literasi Digital yang digagas oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI digelar di beberapa kota di Indonesia. Salah satunya di Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
Pada Kamis (02/3) webinar bertajuk “Cyberbullying: Apa itu dan bagaimana cara menghentikannya” terselenggara dengan baik di SMPN 3 Kotabumi, Lampung dengan melibatkan para siswa sebagai audiensnya.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI itu bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Dengan begitu, kemampuan kognitif akan meningkat untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan dalam sambutannya menyebutkan, pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa.
"Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen," ujarnya secara daring.
Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 1 Indralaya, Kominfo: Waspadai Cyberbullying
Menurut Semuel, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. Pasalnya, hasil survei literasi digital yang dilakukan bersama Siberkreasi dan Katadata pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4.
"Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik," kata Semuel.
Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo menjadi agenda yang strategis dan krusial untuk membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.
Waspada Cyberbullying
Pada sesi pembuka, Nadila Fitria selaku Key Opinion Leader (KOL) menyampaikan bahwa perkembangan teknologi yang pesat membuat banyak hal, baik yang positif dan negatif bertebaran di jagat maya. Untuk itu para pelajar harus mempelajari lebih dalam tentang peran digital.
“Untuk teman-teman yang ada di level sekolah SMP SMA kita harus belajar bareng, cocok dengan hastagnya makin cakap digital, jangan sampai kita terpuruk sendiri atau kena mental dalam menghadapi dunia digital ini,” ujar Nadila yang juga berprofesi sebagai presenter.
Baca Juga: Literasi Digital Ajak Siswa Cintai Produk dalam Negeri
Selanjutnya, giliran Sekretaris PWI Jatim Eko Pamuji memberikan pemaparan tentang ruang digital tidak selalu aman. Alasannya, disana banyak kejahatan, seperti perundungan atau bulllying.
Cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran. Penelitian menyebut hampir 49% pengguna internet pernah dibully.
Terdapat dampak dari perundungan yaitu masalah belajar/akademik, penurunan tingkat serapan materi pelajaran, timbul masalah sosial yaitu tidak percaya diri, cemas, suka menyalahkan diri sendiri dan menjadi pemalu.
Kemudian dampak ke fisik meliputi sulit tidur, terdapat luka pada tubuh korban. Cara mengatasi perundungan adalah cuek ketika dibully dan tunjukan prestasi, serta menjalin banyak pertemanan, dan tanam rasa percaya diri.
"Karena itu jangan terpancing untuk melawan, jangan menunjukkan rasa takut, dan laporkan pada pihak yang berwenang," ungkapnya.
Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMPN 1 Kotabumi Lampung, Kemenkominfo: Indeks Kita Masih Rendah
Eko menjelaskan, jika perundungan di dunia nyata meliputi perundungan fisik seperti menjambak dan memukul. Sementara perundungan verbal seperti meledek dan mempermalukan.
Perundungan sosial contohnya membeda-bedakan dan mengucilkan. Perundungan tersebut bisa terjadi juga di dunia maya.
"Perundungan di dunia maya yaitu memperolok di medsos dengan mengirimkan berbagai pesan menyakiti, menyebarkan kabar bohong, pesan teror, mengancam, perang kata-kata dari dunia maya (flaming), mengubah foto yang tidak semestinya, membuat akun palsu untuk merusak reputasi seseorang, memperdaya seseorang untuk melakukan sesuatu yang memalukan, mengucilkan seseorang dari grup online,” terang Eko.
Hentikan Cyberbullying
Tampil sebagai narasumber kedua, Kepala Bidang PAUD dan PNF Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Utara, Yeni Sulistina. Dia menyampaikan materi tentang Cyberbullying dan cara menghentikannya.
Bullying dapat dilakukan secara langsung, sedangkan cyberbullying dapat dilakukan secara bersamaan.
Baca Juga: Empat Pilar Literasi Digital, Kominfo: Problematika Masih Besar
Jika pelajar membully teman di dunia nyata, maka dapat berlanjut ke dunia maya. Cara menghindari cyberbullying, menurut Yeni adalah dengan memprivate account social media, mengenali akun palsu, memblokir teman yang mangganggu di social media.
Ketika menjadi korban cyberbullying diharapkan melapor pada pihak yang berwenang. Setiap sesuatu yang dilakukan di media sosial itu ada rekam jejaknya, untuk itu selalu berhati-hati dalam berkomentar di sosial media agar tidak terjerat dalam pasal UU ITE.
“Anak SMP seringkali bercanda diluar kendali, dianggapnya bercanda ternyata masuk perundungan/bully. Harus dihindari jangan sampai membuat lelucon yang berdampak perundungan," ujar Yeni.
Cara membedakan lelucon atau bullying adalah jika semua teman suka bercanda dengan satu sama lain, tetapi kamu merasa terluka atau berpikir sepertinya mereka menertawakanmu bukan tertawa bersamamu, maka candaan mungkin sudah terlalu jauh dan termasuk bullying.
"Maka yang dapat dilakukan adalah mengatakan jika merasa tidak senang dan mencari bantuan," kata Yeni.
Baca Juga: Tahun 2022, Literasi Digital Masyarakat Indonesia Meningkat
Tanya jawab
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.
Dede Saptadi Putra, salah seorang peserta mengajukan pertanyaan tentang apa tindakan yang harus di lakukan ketika terjadinya bullying di sekolah?
Narasumber Sekretaris PWI Jatim Eko Pamuji menanggapi bahwa pengendalian diri penting dilakukan. Namun ketika tidak mampu mengendalikan diri karena bullyingnya telah menyentuh ruang psikis, solusinya pergi ke psikolog. Hal itu perlu dilakukan agar bisa melanjutkan aktivitas secara normal.
Selepas sesi tanya jawab, moderator kembali memanggil Nadila Fitria Key Opinion Leader (KOL) yang menyampaikan bahwa para pelajar harus berhati-hati saat berkomentar di social media.
"Bijaklah bermain social media agar terhindar dari dampak negatif, salah satunya cyberbullying. Cara menghindari cyberbullying yaitu private account social media dan mengabaikan komentar negatif pada postingan kita," terangnya.
Baca Juga: Pengamat: Literasi Digital dan Keuangan Jadi Faktor Penting Transformasi Digital
Nadila menambahkan, "Kita harus lebih bijak dan positif dalam dunia digital ini agar tidak menjadi pengguna digital yang buruk. Tunjukan prestasi bahwa kita itu bisa menjadi yang lebih baik dari orang yang suka cyberbullying dan jadi kan bullying mereka sebagai motivasi,” ujar Nadila.
Usai diskusi, moderator membuat kesimpulan dari pemaparan narasumber. Tak lupa moderator mengumumkan sepuluh pemenang yang berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp100.000.
Moderator mengucapkan terima kasih kepada seluruh narasumber dan peserta webinar. Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.