Literasi Digital

Empat Pilar Literasi Digital, Kominfo: Problematika Masih Besar

Nursodik Gunarjo menyatakan saat ini masih terdapat problematika dalam literasi digital di sela kemudahan masyarakat mengakses internet.

Featured-Image
Direktur Pengelolaan Media, Direktorat Jenderal Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nursodik Gunarjo dalam Diskusi Publik di Jakarta Selatan, Selasa (21/2).

bakabar.com, JAKARTA - Direktur Pengelolaan Media, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nursodik Gunarjo menyatakan saat ini masih terdapat problematika dalam literasi digital di sela-sela kemudahan masyarakat mengakses internet.

Nursodik mengatakan terdapat empat pilar literasi digital di antaranya digital skills, digital ethic, digital safety, serta digital culture. Akan tetapi, dari keempat pilar tersebut baru satu yang terlaksana dengan baik, yakni digital skills.

"Kalau dari sisi digital skills kita sudah luar biasa dan tidak dipermasalahkan. Meskipun ini juga kemampuan masyarakat untuk menggunakan perangkat secara bijak belum baik," terang Nursodik Selasa (21/2) di Jakarta Selatan.

Kendati demikian, Nursodik menyampaikan bahwa hal yang tak kalah penting dalam literasi digital adalah digital ethic. Menurutnya, hal tersebut perlu mengingat saat ini banyak konten-konten negatif yang beredar di media.

Baca Juga: Maret 2023, Kominfo Janji Perpres Publisher Right Selesai

"Karena mereka sebenarnya tidak mengerti bahwa hal tersebut tidak boleh disebarluaskan. Akan tetapi, kemampuan mereka menggunakan medianya tidak dibarengi dengan digital ethic," ungkapnya.

Dengan demikian, ungkap Nursodik, kemudian muncul konten provokatif yang bertebaran di media akibat ketidakmampuan mereka menyesuaikan dengan norma, hukum, sosial, budaya, agama, dan etika yang terdapat di masyarakat.

Ketiga, digital safety. Nursodik menilai digital safety saat ini dinilai buruk. Itu karena, masyarakat acap kali mengobral data-data pribadi secara tanpa sadar.

"Secara tidak sadar anda sering mengobral data-data pribadi anda. Secara tidak sadar anda mengaktifkan lokasi saat berada di suatu tempat. Padahal saat itu anda tengah bersama dengan keluarga. Orang tua artinya kalau seperti itu ketahuan rumah anda kosong dan lainnya," ungkapnya.

Baca Juga: Usut Kasus Korupsi, Kejagung Periksa Menkominfo dan Geledah Dua Kantor

Dengan demikian, kata Nursodik, digital culture belum terlaksana karena belum bisa menerapkan hal itu sebagai budaya, terutama dalam menggunakan perangat dengan baik.

"Yang jelas akhirnya digital culturenya belum dapat kita atau belum bisa menggunakannya sebagai budaya sehari-hari dalam menggunakan perangkat dengan baik," tegasnya.

Nursodik menambahkan, konten provokatif biasanya muncul karena pada dasarnya manusia memiliki potensi bias, terlebih seseorang akan memilih informasi berdasarkan yang dia sukai.

Editor


Komentar
Banner
Banner