Merdekakan Tunanetra Lewat Derma Kornea
Dalam akidah, aktivitas jemaah Ahmadiyah memang kontroversial. Tak perlu membahas itu. Fokus saja pada sosial beragama.
Lagi pula, Ahmadiyah tak menutup geliat mereka dalam bergerak pada urusan sosial untuk kerelaan mendonorkan kornea mata.
Riuh rendah seteru dan pertentangan menjadi momok yang tak lagi laten dihadapi jemaah Ahmadiyah.
Mereka tak gusar. Tetap berupaya untuk mendermakan indra penglihatan untuk memerdekakan para tunanetra.
Baca Juga: Hari Pahlawan: Puluhan Komunitas Kompak Donor Darah di Banjarmasin dan Martapura
Demi ingin mengubah masyarakat Indonesia yang tak bisa melihat untuk menatap lebih lama daripada biasanya, meskipun kornea mata mereka harus didonorkan.
Jemaah Ahmadiyah berikhtiar untuk mengisi dan menebus janji kemerdekaan dengan berkorban. Demi memerdekakan masyarakat yang membutuhkan pendonor mata.
Catatan raihan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pun mereka terima. Namun hanya menjadi jawaban dari kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: Unik, Peringatan Hari Buruh di Jakut Ada Donor Darah hingga Undian Doorprize
Nyatanya, mereka masih menyimpan pertanyaan. Bagaimana dengan kemerdekaan dirinya sendiri yang masih sunyi bersembunyi dalam aktivitas keagamaan.
Mubaligh Ahmadiyah DKI Jakarta, Sadili Fadhal Ahmad tetap teguh. Ia bertekad untuk tetap mengisi ruang kosong mendermakan kornea mata bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan.
Tak peduli ganjaran tentang tudingan kesesatan dialamatkan pada mereka dalam konteks ajaran. Sekalipun itu berdampak pada kehidupan sosial kemasyarakatan.
Jemaah Ahmadiyah menganggap donor mata sebagai panggilan kemanusiaan yang bertujuan memberi terang dalam gelap masyarakat yang tak bisa melihat.
Gerakan mereka lebih dikenal sebagai Donor Mata Indonesia atau DMI. Bukti kasih jemaah Ahmadiyah kepada sesama manusia.
"Ketika saya sudah tiada, kornea mata saya akan memberikan sinar baru untuk orang lain,” kata Dili saat ditemui bakabar.com di Masjid Al-Hidayah, Jalan Balikpapan I No.10, Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (16/8).
Derma kornea mata telah menjadi internalisasi nilai bagi penganut Ahmadiyah. Bahkan sampai anggota keluarganya pun didorong untuk mendonorkan kornea mata kepada sesama manusia.
"Semua warga Ahmadiyah, termasuk saya," kata dia dengan rasa bangga.
"Istri, anak-anak saya, kami bersama-sama dalam gerakan ini. Ini lebih dari tanggung jawab, ini adalah pelayanan kemanusiaan," sambung dia.
Kesukarelawanan mendonorkan mata bukan pepesan kosong. Hal ini merupakan ikhtiar jemaah Ahmadiyah mengisi kemerdekaan Indonesia melalui membuka penglihatan yang semula gelap menjadi terang.
"Langkah kami dalam mendorong dan turut serta dalam donor organ adalah manifestasi dari rasa cinta kami pada Indonesia, negara yang telah merayakan 78 tahun kemerdekaannya," jelasnya.
Sunyi yang sembunyi dalam gerak sosial kemasyarakatan jemaah Ahmadiyah tetap mengharapkan kemerdekaan dalam beragama. Meski ikhtiar mereka hanya berbisik di tengah gandrungnya narasi mayoritas yang tak mampu ditandingi.
Halaman selanjutnya: Masjid yang Tersegel