Bisik Harap Jemaah Ahmadiyah
Gegap gempita mayoritas masyarakat Indonesia disemarakkan dalam berbagai parade. Mengisi, berkontribusi, hingga merawat kemerdekaan menjadi tema tunggal saat menginjak 17 Agustus.
Indonesia merdeka. 78 tahun pun sudah berlalu. Jemaah Ahmadiyah meniti dan menanti harap yang seolah tunggal. Menuntut hak beragama yang dilindungi tanpa dihantui ketakutan konflik horizontal.
Ahmadiyah, kata Dili, akan berikhtiar untuk tetap mengisi kemerdekaan dengan kontribusi aktivitas sosial kemasyarakatan.
Momok api menyala dan kerusakan yang meluluhlantahkan rumah hingga tempat ibadah, ingin seolah sirna.
"Saya berharap banyak, negara semakin toleransi negara ini," ungkap Dili.
Baca Juga: Pengorbanan Nabi Ibrahim Bagi Ahmadiyah Depok
Maka ia berharap pemerintah dapat berdiri di tengah seteru pendapat yang berbeda dalam menjalani ritual keagamaan dan keyakinan masyarakat.
Meski minor dan kondisinya terhimpit, ia berharap pemerintah merendahkan telinganya untuk mendengar dan memahami jerit keluh kesah jemaah Ahmadiyah tumbuh hidup di Indonesia.
Baca Juga: Islamic Cultural Center, Sering Ditolak karena Beda
Puncak kulminasi dari harapan jemaah Ahmadiyah yang sunyi bersembunyi, yakni keadilan.
Hak beragama menjadi harapan yang mereka gantungkan kepada pemerintah. Begitu juga ikhtiar menyemai keadilan tatkala konflik horizontal merugikan mereka. Rumah dan tempat ibadah hancur, nyawa pun tak murah harganya.
Maka ia pun meminta keadilan. Mereka tak menuntut balas atas anarkisme yang dialami, namun keadilan yang mesti tegak meskipun mereka mengakui tumbuh dalam minoritas. Sunyi yang bersembunyi.
"Harusnya negara kembalikan saja kepada peraturan Undang-Undang yang sudah dibuat," ujarnya.
Halaman selanjutnya: Merdekakan Tunanetra Lewat Derma Kornea