bakabar.com, JAKARTA - Rangkaian webinar literasi digital di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh telah bergulir pada Kamis (6/4) pukul 10.00-12.00 WIB.
Kegiatan webinar bertajuk 'Sukses Belajar Online Dengan Kemampuan Literasi Digital' merupakan kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dengan beberapa SMA di Kabupaten Aceh Besar diantaranya SMAs Malem Putra 2, SMA Madani Al-Aziziyah, SMAN 1 Darul Imarah, SMA Teungku Chik Kuta Karang, SMAs Malem Putra 1, dan SMAN 1 Simpang Tiga dengan melibatkan para siswa sebagai audiensnya.
Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo itu sukses dihadiri oleh 300 peserta daring, dan juga dipandu beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Kegiatan webinar bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Ini penting karen pengguna internet di Indonesia pada awal Tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu penggunaannya perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan bijak dan tepat.
Baca Juga: SMPN 8 dan SMPN 4 Muaro Jambi Belajar Mengenali Hak dan Tanggungjawab di Ruang Digital
Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.
Pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil itu menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat saat ini berada di kategori 'sedang' dibandingkan dengan tahun lalu.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.
"Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital," katanya lewat diskusi virtual.
Cakap bermedia digital
Pada sesi pertama, Senior Product Manager Anwar Sadat menyampaikan mengenai cakap bermedia digital. Cakap bermedia digital yaitu mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital.
Baca Juga: SMA Kabupaten Karimun Belajar Hak dan Tanggungjawab di Ruang Digital
Skill pertama yang harus dikuasai yaitu lanskap digital merupakan pemanfaatan penggunaan perangkat digital. Selanjutnya perlu menguasai memanfaatkan mesin pencari agar bisa mencari informasi yang akurat membedakan informasi yang hoaks atau tidak.
Setelah itu perlu memanfaatkan percakapan dan media sosial dengan cara melakukan komunikasi di dunia digital. "Kalau media sosial, perlu upload konten dahulu kemudian dapat berkomunikasi, kalau aplikasi percakapan (Whatsapp) bisa teks dan telepon, terdapat juga emoji/simbol, kemudian dalam aplikasi percakapan dan media sosial perlu dapat membedakan mana hoaks atau tidak," ujarnya
Terakhir, kata Sadat, di media sosial dapat melakukan produksi dan distribusi konten serta memiliki kemampuan menggunakan dompet digital. Penggunaan aplikasi loka pasar dan bertransaksi digital menggunakan perangkat digital melalui media sosial dan e-comerce, penting untuk memastikan transaksi di dunia digital berjalan dengan aman,
"Agar tidak dibohongi, dapat mencapai kecakapan digital jika dapat mengetahui dan paham ragam dan perangkat lunak yang menyusun lanskap digital," ungkapnya.
Belajar online
Selanjutnya, Pengawas Sekolah Jhon Abdi memberikan pemaparan bahwa belajar online adalah sistem belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogi (alat bantu pendidikan), yang dimungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis jaringan. Kegiatan itu untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar dan pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang berarti.
Baca Juga: SMA di Aceh Besar Belajar Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital
Untuk itu, kata Jhon, literasi digital diperlukan karena merupakan kebiasaan yang berulang agar memiliki keterampilan individu dalam mengaplikasikan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga dapat menemukan, memilih, dan memilah informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi, dan berkomunikasi secara efektif.
"Literasi digital itu meliputi informasi dan data, pembelajaran, komunikasi dan kolaborasi, keterampilan teknis, kreasi, dan inovasi," ujarnya.
Selanjutnya, kompetensi yang diperlukan saat ini adalaj mengenal mesin pencari untuk melakukan berbagai aktivitas lainnya dan navigasi hypertekstual. "Jadi bagaimana seseorang itu ketika membaca sesuatu, ada link, dia bisa mengklik link itu, maka terhubung dengan link lain yang berupa teks juga," ungkap Jhon.
Kompetensi berikutnya adalah evaluasi konten. Menurutnya, tidak semua konten, apalagi sedang dalam bulan Ramadan, kadang-kadang ada konten yang karena terpapar ber ulang-ulang maka dianggap benar.
"Sehingga harus kita filter bahwa tidak semua konten itu kita terima saja namun kita harus menggunakan kemampuan berpikir kritis, memberikan penilaian terhadap sesuatu yang ada di dunia online, kemudian kita menyusun kembali pengetahuan, membangun suatu informasi yang diperoleh sehingga bisa kita manfaatkan untuk keperluan yang lebih luas lagi.” papar Jhon.
Baca Juga: SMPN 3 Kubung Solok Belajar Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berbudaya
Pastikan kebenaran informasi
Terakhir, Vean Mardhika selaku Key Opinion Leader menyampaikan bahwa hal yang harus diperhatikan saat belajar online adalah memastikan informasi yang didapat adalah suatu kebenaran.
"Hal-hal yang diposting harus membantu orang lain mendapatkan informasi, postingan yang diposting tidak boleh menabrak norma dan aturan, tidak semua informasi harus diposting terutama data diri, dan sesuatu yang kita upload harus mengandung kebaikan untuk orang lain," jelasnya.
Vean menambahkan, "Kalau di sosial media akses menyebarluaskan informasi sangat cepat, luas, dan itu merupakan salah satu hak. Tapi tidak berarti kita mengambil hak orang lain, karena setiap orang punya hak untuk bebas dari ancaman, cacian, hate speech, dan memperoleh perlindungan hukum baik itu di ruang digital."
Tanya jawab
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.
Pertanyaan pertama dari Rivad Pratama Afriyanto yang bertanya bagaimana cara meningkatkan keefektifan pembelajaran di dunia digital tapi masih ada keterbatasan internet dan sinyal di daerah daerah terpencil di Indonesia, khususnya di Aceh?
Menjawab itu, Anwar Sadat mengatakan, lebih efektif untuk belajar offline. "Kita jangan sering online dan lebih banyak mengunduh materi pelajarannya. Jika tidak mungkin coba belajar melalui channel TVRI atau bisa membuat radio komunitas. Memanfaatkan komunikasi yang offline," katanya.
Pertanyaan kedua dari Rifani Maghfirah yang bertanya apakah literasi digital akan meningkatkan pengetahuan digital secara positif dan apa saja hal positif tentang penggunaan digital kedepannya?
Jhon Abdi menanggapi dengan mengatakan, "Setiap informasi yang kita terima di dunia maya jangan diserap dengan cepat. Harus disaring terlebih dahulu dan memilih sumber yang terpercaya. Menggunakan media sosial untuk belajar hal positif yang kita dapatkan."
Pertanyaan ketiga dari Dea Ayu Devara Sari. Dia bertanya bagaimana cara mengedukasi milenial agar melek dan cakap teknologi tetapi tetap berbudaya Pancasila yang luhur dan tetap mencintai kebudayaan Nusantara, dan bagaimana caranya membawa kebudayaan Indonesia dalam digitalisasi?
Kembali Anwar Sadat menanggapi, bahwa penting mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan menghormati orang lain dan menjaga dan tidak menyakiti orang lain. "Membuat konten sebanyaknya tentang Indonesia agar budaya kita semakin di kenal oleh negara lain," ujarnya.
Baca Juga: Gaung Literasi Digital di Beberapa SMP Kabupaten Deli Serdang
Senada, Jhon Abdi menanggapi bahwa hal-hal positif yang didapatkan di sekolah harus diimplementasikan di kehidupan nyata. "Dan mungkin bisa kita tayangkan di platform dunia digital, kemudian bisa viral dan berdampak positif," jelasnya.
Usai sesi tanya jawab, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000.
Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, key opinion leader dan seluruh peserta webinar. Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.