Literasi Digital

SMPN 3 Kubung Solok Belajar Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berbudaya

Keminfo berkolaborasi dengan SMPN 3 Kubung Kabupaten Solok melaksanakan webinar literasi digital dengan tema 'Menjadi Warga Digital yang Cakap, Berbudaya'.

Featured-Image
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berkolaborasi dengan SMPN 3 Kubung Kabupaten Solok melaksanakan webinar literasi digital sektor pendidikan pada Senin (3/4) dengan tema “Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berbudaya”. Foto: KemenKominfo

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berkolaborasi dengan SMPN 3 Kubung Kabupaten Solok sukses melaksanakan webinar literasi digital sektor pendidikan pada Senin (3/4) dengan mengusung tema 'Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berbudaya'.

Webinar yang dilaksanakan pada pukul 14.00-16.00 WIB dengan menyasar segmen pelajar SMP itu, sukses dihadiri oleh sekitar 130 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

Kegiatan yang digelar di SMPN 3 Kubung, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat itu bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. 

Di Indonesia, pengguna internet pada awal Tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Penggunaan internet telah membawa berbagai dampak negatif, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. Foto: KemenKominfo
Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet. Foto: KemenKominfo

Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMAN 5 Prabumulih: Jadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif dan Inovatif

Pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil itu menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.

“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya lewat diskusi virtual.

Memanfaatkan ruang digital

Narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menyampaikan bahwa terdapat tiga skill yang harus dikuasai anak-anak untuk mempersiapkan diri di masa depan, yakni Bahasa Asing, Bahasa Pemograman atau coding, dan Bahasa Data. Foto: KemenKominfo
Narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menyampaikan bahwa terdapat tiga skill yang harus dikuasai anak-anak untuk mempersiapkan diri di masa depan, yakni Bahasa Asing, Bahasa Pemograman atau coding, dan Bahasa Data. Foto: KemenKominfo

Pada sesi pertama, Dosen, Writerpreneur, dan Entrepreneur Dian Ikha Pramayanti menyampaikan terdapat tiga skill yang harus dikuasai anak-anak untuk mempersiapkan diri di masa depan, yakni bahasa asing, bahasa pemograman (coding), dan bahasa data.

Ruang digital, kata Dian, ada batasnya sehingga tidak menimbulkan hal-hal negatif seperti bullying, doxing, konflik atau perselisihan, penipuan, pengambilan data pribadi oleh pihak tidak bertanggung jawab, dan bubble filter.

Baca Juga: Gaung Literasi Digital di Beberapa SMP Kabupaten Deli Serdang

Algoritma filter bubble yaitu sebuah algoritma sistem yang memungkinkan penggunanya mendapatkan konten serupa sesuai dengan perilakunya ketika menggunakan layanan internet dan web.

"Contoh bubble filter adalah dengan menyukai sebuah postingan, share, comment, klik link tertentu, hingga history pencarian pengguna," jelasnya.

Untuk itu diperlukan adanya konten-konten yang bersifat positif. Contoh konten positif adalah membuat tutorial yang positif, membagikan pengalaman pribadi yang menginspirasi, membuat karya fotografi, membuat review atau resensi terhadap sebuah karya, membuat artikel ilmiah, dan memberikan opini positif.

Selain itu, perlu untuk menjaga menjaga informasi data pribadi dan data-data sensitif lainnya. Itu dapat dilakukan dengan menggunakan password yang kuat, menggunakan antivirus di hp, laptop, komputer.

"Termasuk aktifkan 2FA 2 faktor autentifikasi, gunakan jaringan yang aman, tidak menggunakan WIFI publik untuk transaksi keuangan," terangnya.

Baca Juga: Literasi Digital Ajarkan SMPN 5 Padang Panjang Membuat Video Pembelajaran yang Menyenangkan

Hal lainnya, memeriksa link/URL, periksa aktivitas akun secara berkala, dan membackup data secara berkala. Seta tak kalah penting adalah bijak memilih teman di medsos, tidak asal posting dan komentar, serta hati-hati saat membagikan sesuatu, karena berhubungan dengan jejak digital.

"Identitas digital yang sehat dan positif itu seperti apa, yaitu hati-hati pada rekam jejak digital, menjaga rekam jejak digital dengan baik, menjunjung tinggi etika komunikasi karena di media sosial manusia bisa tersinggung dan kalau di provokasi bisa marah," terangnya.

Dian menambahkan, "Kita harus elektif dalam menyebarkan informasi, tidak menyebarkan rahasia/data pribadi ke ranah publik seperti nomor NIK. Baru punya sim KTP langsung difoto, itu ga boleh."

Etika digital

Vera Herlily, M.Pd. memberikan pemaparan bahwa etika digital adalah serangkaian aturan dan prosedur yang dibuat untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi digital. Foto: KemenKominfo
Vera Herlily, M.Pd. memberikan pemaparan bahwa etika digital adalah serangkaian aturan dan prosedur yang dibuat untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi digital. Foto: KemenKominfo

Selanjutnya, Kepala SMPN 3 Kubung Kabupaten Solok Vera Herlily menjelaskan soal etika digital sebagai aturan dan prosedur yang dibuat untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi digital.

Menurut Vera, terdapat manfaat di ruang digital, seperti kemudahan mencari sumber informasi, sebagai media komunikasi, memperluas pergaulan, ajang promosi, hiburan, dan untuk mempelajari sesuatu.

Baca Juga: Literasi Digital Bekali SMP Kabupaten Muaro Jambi Tentang Jenis Cyberbullying di Dunia Maya

Sedangkan dampak di media sosial meliputi terjadi kesenjangan informasi, kecanduan media sosial, berkurangnya intensitas dalam berinteraksi langsung, menimbulkan kecemburuan sosial, dan menciptakan identitas baru.

Untuk mencegah efek negatif di media sosial bisa dilakukan dengan melaksanakan etika komunikasi, tidak menciptakan konten yang merugikan orang lain (hoaks) dan menyaring informasi terlebih dahulu sebuah informasi menggunakan konsep T.H.I.N.K.

"T nya is it True benar ga postingan kita ini, sesuai ga dengan aturan, jangan kita sembarang posting dengan mudahnya jari-jari manis anak-anak ibu semua untuk memposting sesuatu yang tidak benar, sehingga muncul berita hoax," ujarnya.

Kemudian is it Hurtful atau akan menyakitkan kah postingan kita bagi orang lain. Itu perlu dipikirkan. Kemudian is it Illegal. 'Legal ga, boleh ga kita posting ini," katanya.

Kemudian is it Necessary? Penting sebuah hal kita posting. Berikutnya, yang paling penting berkaitan dengan etika, is it Kind? "Santunkah, Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan santun, tentu ini perlu kita pertahankan, kita lestarikan, walaupun berdasarkan data di Asia Tenggara, Indonesia termasuk orang-orang yang kurang santun dalam bermedia sosial, ini harus kita hapus," papar Vera.

Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 7 Prabumulih Ajarkan Tantangan Hoaks di Dunia Pendidikan

Cakap digital

Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader yang menyampaikan bahwa hal yang perlu dilakukan agar makin cakap digital, beretika dan berbudaya di ruang digital adalah dengan menjadi orang yang sama di dunia nyata dan di ruang digital. Foto: KemenKominfo
Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader yang menyampaikan bahwa hal yang perlu dilakukan agar makin cakap digital, beretika dan berbudaya di ruang digital adalah dengan menjadi orang yang sama di dunia nyata dan di ruang digital. Foto: KemenKominfo

Berikutnya, Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader (KOL) yang menyampaikan  hal-hal yang perlu dilakukan agar semakin cakap digital, beretika dan berbudaya di ruang digital.

Caranya adalah dengan menjadi orang yang sama di dunia nyata dan di ruang digital. "Jangan menjadi orang yang ketika di dunia nyata sopan, begitu jadi netizen etika nya tidak ada. Kemudian budaya itu mencerminkan nilai-nilai pancasila yang sudah tertanam dari kecil, praktekkan budaya dan nilai-nilai pancasila di ruang digital, dan manfaatkan ruang digital sebaik mungkin," jelasnya.

Reni juga menambahkan, "Kita harus berpikir secara kritis, itu wajib. Kita juga harus yang namanya lebih kreatif. Kemudian kita juga harus berkolaborasi, jangan pernah malu, jangan pernah sungkan karena sekarang justru era nya kita berkolaborasi dengan siapapun, karena punya hak yang sama, dan terbuka untuk siapapun," ungkap Reni.

Reni mengungkapkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama di ruang digital. "Kalau orang lain di belahan dunia manapun bisa sukses gara-gara ruang digital, baik dari proses belajar mengajar, maupun proses keseharian, kita yang ada di Kabupaten Solok itu juga pasti bisa," kata Reni.

Tanya jawab

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Foto: KemenKominfo
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Foto: KemenKominfo

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Moderator kemudianmemilih tiga penanya dan mempersilahkanbertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Deli Serdang, Teknologi Dukung Proses Belajar

Pertanyaan pertama dari Muhammad Darusman. Ia mengajukan pertanyaan cara mengedukasi masyarakat dalam penerapan budaya baru agar dapat memilah dan menelaah setiap informasi yang didapatkan.

Menjawab itu, Dian Ikha menjelaskan jika di ruang digital setiap orang harus menunjukan dirinya yang sebenarnya. Ïtu merupakan karakter kita, jangan ikut-ikutan. Hiasi postingan di ruang digital kita dengan hal-hal yang baik. Memposisikan nilai-nilai pancasila sebagai karakter kita di ruang digital, apalagi ada kurikulum merdeka yang merupakan pelajar berkarakter pancasila," jelasnya.

Dian juga mengusulkan agar para siswa mengikuti event-event literasi digital, dan tidak melakukan hal negatif serta gunakan wawasan sebagai pelajar yang berbudaya di dunia digital.

Pertanyaan kedua dari Endang Dwi yang bertanya soal aturan sekolah namun masih saja ada saja oknum yang bertindak tidak sesuai dengan peraturan tersebut. Parahnya dengan kemajuan teknologi terutama media sosial membuat mudahnya berita menjadi viral.

"Bagaimana kita bisa memiliki etika digital yang baik sesuai peraturan sekolah maupun masyarakat?" tanya Endang.

Baca Juga: Ratusan Siswa SD Prabumulih Ikuti Webinar 'Literasi Digital Sejak Dini'

Vera Herlily, M.Pd menanggapi sambil menjelaskan bahwa tahap pertama harus disosialisasikan jika terjadi pembullyan atau konten negatif, itu akan ada sanksinya.

"Etika di dunia digital harus dimasukkan ke tata tertib sekolah, agar siswa bisa digiring bagaimana bermedia sosial. Dalam memberi tugas sekolah, dapat melalui tiktok atau media sosial, sehingga ada penguatan karakter yang bisa ditanamkan," paparnya.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. Foto: KemenKominfo
Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. Foto: KemenKominfo

Pertanyaan ketiga dari Windy. Dia mengajukan pertanyaan bagaimana membuat masyarakat kita selalu menerapkan cakap, kreatif, dan produktif dalam memanfaatkan media digital untuk hal positif.

Kembali Dian Ikha menanggapi dengan menekankan pentingnya membuat konten positif di media sosial, mengandung informatif, mengandung kebaikan, memberikan inspirasi dan juga konten original dari diri sendiri.

"Jangan komentar julid. Luruskan niat untuk membuat konten positif untuk personal branding diri kita sendiri," ujarnya.

Baca Juga: Literasi Digital di SD dan SMP Kabupaten Ogan Ilir, Jaga Data Pribadi dengan Baik

Selanjutnya Vera Herlily menanggapi, "Tetap fokus pada hal positif positif, perlu saring dan seleksi konten yang benar, jangan dengan mudahnya membagikan hal yang tidak benar.

Usai sesi tanya jawab, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000.

Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 16.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Editor
Komentar
Banner
Banner