apahabar, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berkolaborasi dengan SMPN 5 Padang Panjang melaksanakan webinar literasi digital Sektor Pendidikan.
Kegiatan yang mengusung tema “Membuat Video Pembelajaran Yang Menyenangkan” telah dilaksanakan pada Kamis (30/3) pukul 14.00-16.00 WIB, berlokasi di SMPN 5 Padang Panjang, Kabupaten Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Baca Juga: Literasi Digital Bekali SMP Kabupaten Muaro Jambi Tentang Jenis Cyberbullying di Dunia Maya
Pengguna internet di Indonesia pada awal Tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.
Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.
Kemudian pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil ini dianggap menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia saat ini berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun lalu.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya lewat diskusi virtual.
Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.
Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SMP ini, sukses dihadiri oleh sekitar 50 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya. Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dr (Cand.) E. Rizky Wulandari, S.Sos, M.I.Kom (Dosen STIKOSA AWS, Bendahara RTIK Surabaya).
Narasumber yang hadir adalah Rahmat Habibullah, M.Pd (Duta Rumah Belajar Sumbar / Wakil Humas SMPN 5 Padang Panjang), kemudian Reni Risti Yanti (Presenter) bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL), Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Sonaria. Para narasumber tersebut memperbincangkan tentang 4 pilar literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Ethic, Digital Safety dan Digital Skill.
Pada sesi pertama, narasumber Dr (Cand.) E. Rizky Wulandari, S.Sos, M.I.Kom menyampaikan bahwa dalam membuat video pembelajaran di dunia digital diperlukan etika.
Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 1 Lubuk Pakam, Narasumber: Jarimu Harimaumu
Etika berinternet meliputi menulis email dengan ejaan yang benar dan kalimat sopan, tidak menggunakan huruf kapital semua, membiasakan menulis subject email untuk mempermudah penerima pesan, menggunakan BCC (blind carbon copy) bukannya CC (Carbon copy) untuk menghindari tersebarnya email milik orang lain, tidak mengirim email berupa spam, menghargai hak cipta orang lain, menghargai privasi orang lain, tidak menggunakan kata-kata jorok dan vulgar.
Etika yang harus diperhatikan dalam membuat video pembelajaran meliputi mencantumkan sumber, menghindari plagiarisme, memastikan konten yang kita buat berasal dari sumber yang terpercaya, menghindari kata-kata atau gambar yang vulgar dan berbau sara, menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
“Nah kalau ruang lingkup etika ini ada 4 ya teman-teman yang harus kita pahami, bahwa kita melakukan sesuatu dengan kesadaran, bikin konten di sosial media, bikin konten untuk hari ini, bahas tentang video pembelajaran, ya memang tujuannya untuk video pembelajaran, ga usah ada terselubung tujuan yang lain gitu, misalnya mau diselip-selipin dagangan gitu misalnya sambil bikin video, ya gausah, jadi sesuaikan tujuan kita maunya apa,” ujar Rizky.
“Kemudian integritas, membuat video pembelajaran, berarti harus mencari sumber-sumber terpercaya ntah dari google scholar atau artikel ilmiah, jika itu karya orang lain kita camtukan sumbernya, supaya menghindari plagiasi, kemudian bertanggung jawab, apapun yang kita lakukan di dunia maya ataupun dunia nyata itu kita harus bertanggung jawab, jangan pernah lempar batu sembunyi tangan,” kataya.
Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 1 Indralaya, Kominfo: Waspadai Cyberbullying
“Jangan main komen-komen atau bikin postingan di sosial media, terus giliran ada yang tersinggung ada yang marah, terus kitanya kabur, tidak semudah itu, di dunia digital semua bisa dilacak, dan yang terakhir ruang lingkupnnya kebajikan, yaitu hal-hal yang memiliki nilai manfaat nilai kemanusiaan nilai kebaikan, ketika kita bikin konten pembelajaran, pastinya harus bernilai kebajikan, memberikan hal yang berfaedah untuk semua orang,”lanjutnya..
Giliran narasumber kedua, Rahmat Habibullah, M.Pd memberikan pemaparan tentang video pembelajaran, video pembelajaran adalah suatu video yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku, mengaplikasikan prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan pelajar mencermati materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik.
Karakteristik media video meliputi menampilkan gambar dengan gerak serta suara secara bersamaan, mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub), dan lain sebagainya,
Juga harus mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen, yang terakhir memungkinkan adanya rekayasa. Video yang baik yaitu memenuhi kriteria seperti gambar dan suara jelas, stabil (tidak goyang), dan materi tidak terpotong. Teknik produksi memerlukan pengetahuan dasar visualisasi yaitu type of shot, camera angle, camera movement, dan teknik pencahayaan.
“Tahapan video pembelajaran ada 3, pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahap pra produksi meliputi penentuan ide, penyusunan garis besar isi media (GBIM), penyusunan jabaran materi media, penyusunan naskah, pengkajian naskah, kemudian naskah video yang telah disetujui oleh pengkaji akan layak produksi,” kata Rahmat.
“Tahap produksi meliputi rembuk naskah, penentuan tim produksi, casting (pencarian pemain), pencarian lokasi shooting, rapat tim produksi, pengambilan gambar (syuting), kemudian sekumpulkan klip video dari lapangan yang siap diserahkan kepada editor untuk dipilih sesuai naskah. Tahap pasca produksi meliputi editing, pengsian musik, preview, uji coba, revisi, distribusi/penyiaran. Hasil akhir tahap pasca produksi adalah sebuah media video pembelajaran yang siap dimanfaatkan oleh siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas,” jelasnya.
Selanjutnya, giliran Reni Risti Yanti selaku Key Opinion Leader (KOL) menyampaikan bahwa tidak menyenangkan jika media pembelajaran tidak berupa video, Reni menyampaikan pengalamannya mempunyai anak yang gemar belajar dengan menggunakan video pembelajaran, video pembelajaran sangat efektif dalam membuat siswa untuk mudah mengerti.
“Saya berkaca pada kondisi anak saya, kebetulan saya punya putra usia 7 tahun, yang juga sudah bersekolah walaupaun masih sekolah TK B, anak saya itu suka banget kalau dikasih video pembelajarannya itu audio visual, dibanding saya harus ngasih dia buku bacaan, kalau buku bacaan tuh dia 5 menit aja dia ketiduran, tapi kalau saya kasih video pembelajaran walaupun durasinya 20 menit 25 menit dia tetap tontonin, padahal isi materinya sama, berarti itu menandakan karakteristik anak jaman sekarang mungkin dengan orang-orang seusia saya yang memang udah tua itu notabenenya kita udah berbeda gitu ” kata Reni.
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.
Pertanyaan pertama dari Eliza Asyifa yang mengajukan pertanyaan untuk membuat konten edukasi, apa saja yang harus kita tuangkan dalam konten? Dan bagaimana cara agar konten kita diminati lebih banyak orang? Dan bagaimana cara agar konten kita terhindar dari plagiarisme.
Kemudian narasumber Dr (Cand.) E. Rizky Wulandari, S.Sos, M.I.Kom menanggapi bahwa yang harus kita tuangkan dalam konten yang pertama adalah membuat skenario yang sudah jelas isinya materi apa saja yang akan kita bahas video, agar diminati banyak orang kita harus tau audiens kita siapa, jika audiens kita anak-anak, kita membuat konten yang terdiri dari audio visual dan gambar yang bergerak, semenarik mungkin agar mudah dipahami. Cara agar konten kita terhindar dari plagiarisme adalah mencantumkan sumber jangan sampai kita ngaku-ngaku itu karya kita.
Baca Juga: Literasi Digital Ajak Siswa Cintai Produk dalam Negeri
Pertanyaan kedua dari Ester Helen yang mengajukan pertanyaan bagaimana cara melawan dan mengatasi konten negatif provokasi dan berita hoaks? Apakah media sosial akan bisa terbebas dari konten negatif tersebut? Serta bagaimana langkah kita agar terhindar dari konten negatif sehingga kita dapat disebut orang yang ber-etika dalam dunia digital?
Kemudian narasumber Rahmat Habibullah, M.Pd menanggapi bahwa media sosial tidak bisa terlepas dari konten negatif, sebagai netizen harus lebih selektif dalam melihat konten. Ketika ada konten hoaks, kita lihat dulu berita ini benar atau tidak, membandingkan suatu informasi dengan informasi lainnya, untuk menguji kebenaran konten tersebut, langkah-langkahnya kita klarifikasi dulu, kita cari, kita akses sumber asalnya.
Pertanyaan ketiga dari Rizky Nanda mengajukan pertanyaan bagaimana cara mengatasi dan cara menghindari anak-anak kita dari konten yang negatif, apalagi anak kita sekarang sudah pintar-pintar bermain HP dibandingan orang tuanya, terkadang aplikasi yang dibuka pasti ada iklan tidak senonoh, jadi saran tentang permasalahan ini bagaimana?
Narasumber Dr (Cand.) E. Rizky Wulandari, S.Sos, M.I.Kom menanggapi bahwa kita harus mendampingi mereka, buat mereka nyaman berkomunikasi dengan kita, jadi mereka akan terbuka dengan kita. Jangan lepas control, kita bisa connect email anak kita ke email kita, agar semua aktivitas anak bisa kita pantau. Kita ajarkan anak untuk melihat hal-hal yang baik, agar algoritme nya juga baik.
Selanjutnya narasumber Rahmat Habibullah, M.Pd juga menanggapi bahwa teknologi mempunyai dua sisi, sisi positif dan sisi negatif, kita harus sampaikan kepada anak kita bahwa ada hal yang tidak pantas kita lihat, sebagai orang tua seharusnya bisa mendampingi mereka, tetapi karena berbagai hal kita tidak bisa mendampingi anak kita selalu, kita harus menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan.
Yang terakhir Key Opinion Leader Reni Risti Yanti juga memberikan tanggapan bahwa harus ada pengawasan terhadap anak, kita harus belajar agar tidak kalah canggih dengan anak, karena saya bekerja, anak saya tidak saya perbolehkan mengakses internet selain hari sabtu dan minggu, diperbolehkan menonton televisi tetapi televisi edukasi, juga apapun yang ditanyakan anak saya ketika saya tidak tahu pada saat itu saya akan bilang ‘nanti ibu kasih tau ya’ saya ga akan pernah bilang ‘ibu ga tau’ karena jangan sampai anak kita mencari tahunya dari yang lain, dari video, dari orang lain, pada akhirnya dia tidak akan percaya pada orang tuanya karena orang tuanya tidak mengetahui apa-apa.
Sesi tanya jawab selesai, moderator memberikan kesimpulan dari pemaparan materi-materi webinar sesi sore ini dan moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 16.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.
Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.