bakabar.com, JAKARTA - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan membatasi pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) yang tidak berorientasi pada produk energi hijau demi mendorong ekosistem baterai mobil listrik.
"Ke depan kita akan melakukan pembatasan terhadap pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada green energy," kata Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat.
Saat ini sudah banyak smelter yang memproduksi Nikel Pig Iron (NPI) yang masuk dalam kategori pioneer. Di sisi lain, cadangan bijih nikel sebagai bahan baku terbatas, sehingga penggunaannya diprioritaskan untuk produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
"Sekarang lebih dorong dengan hilirisasi yang nilai tambahnya bisa sampai dengan 80 hingga 100 persen. Itu yang akan kita lakukan," kata Bahlil.
Baca Juga: Raksasa Smelter Indonesia Bidik Nikel Pomala-Morowali
Baca Juga: Siap-Siap! Dua Smelter Kalimantan Segera Berproduksi
Dalam rapat terbatas mengenai ekosistem pembangunan mobil listrik dan industri baterai mobil listrik, Bahlil menegaskan bahwa saat ini ekosistem itu sudah mulai berjalan.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya ...
Pembangunan pabrik komponen baterai yakni prekursor katoda oleh LG di Batang mulai berjalan pada semester pertama tahun 2024. Perusahaan asal Korea Selatan itu melakukan investasi sebesar 9,8 miliar dolar AS untuk produksi komponen baterai listrik dari hulu sampai hilir.
Pemerintah terus mewujudkan ekosistem kendaraan listrik, karena kendaraan listrik menjadi solusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan menghemat subsidi BBM yang selama ini membebani APBN.
Baca Juga: Pengusaha Minta Pemerintah Investasi di Smelter Bauksit
Baca Juga: ESDM Nilai Pembangunan Smelter Masih Berantakan, Kenapa?
Hingga Desember 2022, pengguna Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau Electric Vehicle (EV) masih lebih rendah dibanding kendaraan yang menggunakan Internal Combustion Engine (ICE).
Per Desember 2022 penjualan motor listrik telah mencapai 15 ribu unit, sementara mobil listrik sebesar 8 ribu unit. Angka itu masih jauh dibanding total penjualan kendaraan ICE hingga 6,5 juta unit motor dan 1 juta unit mobil sebagaimana data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada 2019.