bakabar.com, JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengambil ancang-ancang untuk merajai bisnis smelter Indonesia. Morowali dan Kolaka dibidik sebagai daerah pemasok nikel.
Teranyar, perusahaan multitambang asal Brasil tersebut mengeksekusi transaksi afiliasi dengan pemegang saham perseroan Vale Canada Limited (VCL). Transaksi dilaporkan mencapai Rp140 miliar.
Transaksi melibatkan dua anak perseroan salah satu pemain terbesar di industri nikel Indonesia tersebut. Yakni PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI) dan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI).
Baca Juga: Siapa Konglomerat Pemilik Smelter Nikel GNI yang Terbakar?
Baca Juga: 'Haji' Kalsel di Balik Kisruh Nikel Luwu, Denny: Pemainnya Itu-Itu Saja
Perseroan membeli saham VCL dalam BNSI sebanyak 349.990 lembar saham dengan nominal sebesar Rp10 juta. Dengan begitu, kepemilikan INCO dalam saham BNSI meningkat menjadi 99,9971%.
Sementara itu, VCL memindahkan saham 130 lembar atau setara Rp130 juta dalam KNI ke perseroan. Dengan transaksi ini, INCO memegang 100% saham KNI.
Direktur Utama Vale Indonesia, Febriany Eddy bilang tujuan di balik transaksi itu berhubungan dengan rencana pengembangan fasilitas nikel.
"Transaksi pembelian saham VCL di PT KNI dilaksanakan oleh Perseroan sehubungan dengan rencana pengembangan fasilitas pengolahan nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara," jelas Febriany dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (11/1),
Rencana pengembangan fasilitas nikel tersebut akan dilaksanakan oleh perseroan dengan mitranya. Adapun KNI akan menjadi perusahaan pelaksana proyek tersebut.
Baca Juga: Kaltim Bangun 2 Smelter Nikel dengan Total Investasi Rp36,5 Triliun
Baca Juga: Sosok 'Haji' dalam Kisruh Nikel Luwu: Hanya Alat Oknum Jenderal?