bakabar.com, JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) mengendus adanya sosok beking dalam prahara sengketa jalan tambang di Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar.
Sekadar tahu, buntut sengketa nyawa Sabriansyah (63) melayang di tangan puluhan preman. Lansia tersebut tewas diparang, ditembak, lalu dicincang oleh puluhan orang suruhan sebuah perusahaan tambang.
"Peristiwa kekerasan yang kejam terjadi lagi di Bumi Kalimantan Selatan terkait dengan sengketa lahan penduduk yang mempertahankan haknya dengan perusahaan tambang," jelas Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso kepada bakabar.com, Jumat malam (31/3).
Baca Juga: Kalimat Terakhir Jurkani Sebelum Wafat
Catatan media ini, sengketa pertama yang menumbalkan nyawa warga adalah kasus Jurkani. Advokat PT Anzawara tersebut meregang nyawa setelah dibacok hingga tangannya nyaris putus oleh sekelompok orang di lokasi tambang Angsana, Tanah Bumbu, Oktober 2022 silam.
Sekalipun polisi sudah menangkap sejumlah pelaku, namun mereka diyakini hanyalah pelaku lapangan. Polisi belum juga mampu mengungkap aktor intelektual pembunuhan mantan polisi berpangkat AKP itu.
Baca Juga: PEMBUNUHAN JURKANI: Polisi Tutup Peluang Tersangka Baru!
"Kasus Jurkani tidak pernah menyeret aktor intelektual, kasus kakek Sabriansyah jangan sampai seperti itu," jelas sekretaris jenderal Peradi ini.
Aksi premanisme berujung pembunuhan tak boleh berulang lagi di Kalsel. Sugeng pun meminta Kapolda Irjen Pol Andi Rian membongkar otak di balik pembunuhan Sabriansyah. "Jangan hanya menindak pelaku di lapangan," jelasnya.
Sugeng meyakini bila kematian Sabri tak mampu diusut tuntas Andi Rian, maka tak salah publik akan melihat adanya kesan pembiaran pada aksi premanisme.
"Jika polisi tak mampu membongkar kasus konvensional seperti ini, artinya akan ada pembiaran dapat dilakukannya kekerasan-kekerasan beruntun di Bumi Kalsel," jelasnya.
Runtun Perkara
Sabriansyah meregang nyawa dalam peristiwa pengeroyokan di Desa Mengkauk, Kecamatan Pengaron. Nyawanya melayang setelah dieksekusi puluhan preman suruhan perusahaan tambang imbas polemik kepemilikan jalan angkutan batu bara.
Jasad Sabri sudah bersimbah darah pada Rabu (29/3) di areal kebun karet sekitaran jalan tambang Desa Mengkauk atau sepekan setelah aksi penutupan jalan hauling.
Tak lama berselang, polisi berhasil memaksa satu pelaku berinisial Y atau Aya menyerahkan diri ke Polres Banjar.
Baca Juga: Dalang Aksi Barbar Pembunuh Lansia Banjar di Jalan Tambang Versi Polisi
Dari penyerahan diri Aya, terungkap bahwa ia hanyalah orang suruhan perusahaan untuk membuka jalan hauling yang ditutup Sabri dan keluarga lantaran melewati lahan kerabatnya.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Kapolda Kalsel Irjen Pol Andi Rian, dalam konferensi pers malam tadi, mengungkap satu nama perusahaan yang diduga berkonflik dengan Sabri dan keluarganya.
"Diduga para pelaku memang disuruh oleh seorang petinggi PT JGA. Kita akan panggil dari JGA untuk dimintai keterangannya," ungkap Andi Rian.
Apakah benar pelaku berjumlah sampai 30 orang? Andi Rian tampaknya belum bisa memastikan. Ia baru berkata bahwa terduga pelaku yang diburu berjumlah 2 orang.
"Ada dua pelaku lain yang masih kita buru," jelas mantan direktur tindak pidana umum Bareskrim Mabes Polri itu.
Baca Juga: Lansia Tewas Dieksekusi Preman Suruhan di Banjar, Anang Teringat Kasus Jurkani
Konflik lahan menjadi penyebab utama kematian Sabri. Sabri tewas dikeroyok, ditembak, lalu dicincang oleh puluhan orang suruhan perusahaan.
"Bagaimanapun caranya supaya jalan hauling itu dibuka," begitu perintah salah seorang petinggi perusahaan ke Aya.
Sabri merupakan kerabat pemilik lahan bernama Muhammad bin Saad. Luasnya 10.000 meter persegi sesuai Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 584/Mengkauk.
Di tanah tersebut, para perusahaan tambang lalu lalang mengangkut emas hitam. Konflik makin tak terhindarkan saat pemilik lahan menggugat perusahaan ke Pengadilan Negeri (PN) Martapura.
Baca Juga: Runtun Perkara Lansia Dibacok-Ditembak Preman Tambang di Banjar
"Permasalahan tidak lain lantaran perusahaan batu bara merasa lebih berhak atas tanah tersebut. Padahal rakyat kecil yang memiliki SHM-nya," ucap pengacara pemilik lahan, Husrani Noor, Jumat (31/3) pagi.
Kliennya berupaya mengamankan tanah tersebut dengan cara menanam pohon karet. Selama 23 tahun ia hanya gigit jari. "Jadi wajar kalau beliau juga ingin mengambil manfaat dari tanah miliknya," kata Husrani.
Sejak pemblokiran jalan hauling pekan lalu, aksi premanisme mulai berdatangan. Jumlahnya lebih dari 20 orang.
Puncaknya pada Rabu (29/3) kemarin. Sebanyak enam mobil kembali menyambangi lokasi jalan yang ditutup, dengan maksud menemui pemilik lahan, Muhammad.
Lantaran tak ada di lokasi, satu mobil memilih mendatangi rumah Muhammad. Mereka mengaku datang atas perintah PT JGA. "Tujuannya mau menawarkan Rp50 ribu per satu ret," jelasnya.
Muhammad lalu membuka diri, meski tidak langsung mengiyakan. "Pada akhirnya juga tidak jelas kepastiannya dan mereka pulang," ungkap Husrani.
Baca Juga: Advokat Jurkani Tewas, Saksi Kunci Pembacokan Brutal di Tanbu Ketakutan
Sejumlah utusan yang diduga preman tersebut memilih kembali ke lokasi tanah berkonflik. Nahas, Muhammad sudah mendapatkan kabar sudah terjadi penyerangan yang menewaskan satu korban. "Sabri tewas," bebernya.
Bersandar keterangan saksi, pelaku berjumlah lebih dari 20 orang. Mereka menaiki 5 unit mobil. Masing-masing membawa senjata tajam. Bahkan senjata api. Warga pun berlarian melihat kedatangan mereka.
"Jadi saat penyerangan itu juga ada warga lainnya di sana. Lantaran melihat keberingasan pelaku yang jumlahnya puluhan dengan sajam, warga pun berlarian. Tertinggal satu korban ini (Sabriansyah)," jelasnya.
"Warga yang lain, menurut saksi kami, ada sekitar 10 orang. Mereka semua lari, tidak mau menunggu, jika menunggu kata saksi kami, semuanya akan ditebas," sambungnya.
Baca Juga: Saksi Kunci Pembunuhan Jurkani Diperiksa di Banjarmasin, Belum Ada Kemungkinan Tersangka Baru
Sabri tewas usai mengalami luka tembak pada wajah bagian pelipis, serta sejumlah luka bacok di bagian kepala, leher dan lainnya.
Pembunuhan tersebut seperti sudah tereancana matang. Terlihat dari kesiapan pelaku membawa senjata tajam dan luka-luka korban pada bagian vital.
"Saya berharap kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan menangkap semua pelaku. Kalau tidak sampai tuntas, maka Kalsel akan menjadi wilayah 'primitif' yang berakibat akan dianggap biasa-biasa saja dengan tindakan premanisme," pungkasnya.