Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.
Pertanyaan pertama dari Bagas yang mengajukan pertanyaan bagaimana ya cara kita sebagai anak muda agar lebih peduli lagi tentang data pribadi dan rekam jejak digital kita? Karna di era sekarang banyak sekali kasus-kasus kejahatan digital yg diawali dengan ketidaksengajaan kita terhadap data pribadi dan rekam jejak digital di media sosial yg kita miliki.
Kemudian narasumber Arief Rama Syarif menanggapi bahwa Mulai dari diri sendiri dengan tidak memposting foto lebaran bersama keluarga, foto dalam postingan tersebut bersama keluarga dapat terhitung yang akan mengakibatkan kebocoran data. Pergunakan media sosial sebagai portofolio dengan membagikan karya kreasi positif agar membuat personal branding yang positif.
Pertanyaan kedua dari Rere S yang mengajukan pertanyaan Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat di dunia ini berasal dari berbagai latar belakang budaya dan sosial sehingga rentan adanya kesalahpahaman dalam etika dalam berinternet/ berselancar di dunia digital.
Bagaimana menanggulangi perbedaan etika-etika dari berbagai budaya di dunia ketika berada dalam dunia digital? Lalu bagaimana cara menanggulangi komentar/ postingan yang menyangkut masalah Ras dan SARA di Dunia Maya karena terkadang kebebasan tanpa batas dalam dunia Maya menjadikan manusia lupa akan batasan?
Narasumber Dra. Suryati AS, MM. menanggapi bahwa saat bermedia sosial, kita dapat terhubung dari berbagai suku bangsa. Cara menyikapinya yaitu dengan selalu mengingat bahwa negara Indonesia itu satu kesatuan sikap dengan menanamkan sifat nasionalisme dengan menganggap apapun perbedaan tersebut sebagai sesuatu kekayaan dan kelebihan. Etika dalam berselancar di internet harus paham bahwa ada perbedaan banyak di seluruh dunia dengan menempatkan diri menjadi masyarakat Indonesia yang ramah, sopan dan santun.
Pertanyaan ketiga dari Rezza Fatur mengajukan pertanyaan bagaimana menanamkan kecakapan digital dan berpikir kritis untuk pelajar dalam menanggapi hoax provokasi, konten negatif, dan cyberbullying?
Karena pelajar sekarang lebih suka ikut ikutan dan merasa di media sosial bebas berkomentar dan bebas mengekspresikan diri tanpa menyadari kerugian yang dialami jika berperilaku buruk di media sosial? Bagaimana sikap kita sebagai pelajar untuk mengingatkan orang yang lebih tua yang kurang cakap digital dalam mengakses dunia digital?
Arief Rama Syarif menanggapi bahwa kita harus menyadarkan semua orang bawah dunia maya merupakan cerminan di dunia nyata. Jika kita di dunia nyata tidak pernah mengomentari dengan hal-hal negatif maka di dunia maya pun akan terbawa.
Dengan aktivitas membagikan hal hal positif dan memahami apa yang dilakukan di ruang digital sama dengan yang dilakukan di dunia nyata. Selanjutnya narasumber Dra. Suryati AS, MM., juga menanggapi bahwa kalau dari dunia pendidikan tidak boleh terlepas dari pemahaman moral dan juga akhlak yang mulia sehingga kita dapat membatasi diri. Ruang digital tentukan memiliki hukum yaitu UU ITE maka moral terhadap hukum dengan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Patuhi agama dan tanamkan akhlak yang baik dalam melakukan sesuatu termasuk bermedia sosial.
Sesi tanya jawab selesai. Setelah itu, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.
Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Lampung merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.