Memaafkan Jokowi

OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (9)

JOKOWI segera mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden dengan meninggalkan sejumlah masalah fundamental yang belum usai.

Featured-Image
Ilustrasi-Opini Memaafkan Jokowi

JOKOWI segera mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden dengan meninggalkan sejumlah masalah fundamental yang belum usai.

Namun Jokowi relatif sukses menelurkan pemimpin penggantinya yang mewarnai dinamika politik Indonesia.

Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka telah memberanikan diri menjadi Wali Kota Surakarta. Bahkan ia ditiupkan wacana untuk mengisi posisi bakal calon wakil presiden.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (8) 

Jokowi sukses. Berhasil menjadikan anak-anaknya berkiprah di dunia politik, meneguhkan bahwa anak Presiden memang memiliki keistimewaan dan jalan tol terjun gelanggang di dunia politik.

Adik Gibran, Kaesang Rakabuming Raka juga bernasib sama. Bermetamorfosa menjadi politikus. Tak tanggung-tanggung, Kaesang yang hanya bermodalkan menjadi kader PSI selama beberapa hari dipercaya menjadi Ketua Umum DPP PSI.

Hilang akal. Partai anak muda yang miskin dengan kaderisasi dan memanfaatkan figur demi menembus Senayan. Tetapi yang dilupakan PSI yakni mencatatkan perjuangan politiknya seperti tak memiliki ideologi dan proses. PSI bahkan terkesan menjadi partai untuk anak Jokowi, atau anak tokoh politik.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (7)

PSI gagal memecah kebuntuan rupa partai politik yang stagnan dalam berkontribusi menumbuhkan geliat demokratisasi. Bahkan Kaesang melenggang mudah menduduki posisi ketua umum.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (6)

PSI menyadari Giring Ganesha yang hanya seorang vokalis ternyata tak terlalu signifikan menolong elektoral. Kini PSI beradu untung dengan memasang Kaesang menjadi ketua umum.

Sekali lagi, Jokowi berhasil menelurkan anak-anaknya untuk berkiprah di dunia politik. Dengan kesengajaan atau tidak untuk memproyeksikan anak-anaknya, Jokowi mesti memahami bahwa menjadi pemimpin tak sekadar nama dan jabatan. Melainkan tanggung jawab yang pantang dilanggar lantaran berkaitan dengan hidup masyarakat.

Gibran dan Kaesang mesti mempelajari apa yang telah dilakukan Jokowi. Jokowi yang puas memimpin Indonesia selama 10 tahun, akan lengser.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (5)

Namun sekelumit masalah masih menggunung, terutama berkaitan dengan kesejahteraan yang menjadi barang asing bagi masyarakat. Termasuk keadilan yang menjadi barang mahal bagi rakyat.

Kita tak bisa memimpikan Jokowi saat lengser akan dihantui banyak legasi yang justru kontraproduktif dengan kepentingan masyarakat.

Apalagi Jokowi masih gagal dalam menyemai dan memberikan kesejahteraan dan keadilan.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (4)

Presiden bukan sekadar jabatan, melainkan tanggung jawab yang berat bagi seorang yang ingkar mematangkan kebermanfaatannya untuk masyarakat.

Presiden yang ingkar janji, ingkar sumpah, dan ingkar komitmen untuk memberikan kesejahteraan dan keadilan tak layak dikenang sebagai pemimpin yang bermanfaaat bagi rakyat.

Tak mengapa sejarah telah mencatatkan Jokowi sebagai presiden, namun kita memahami Jokowi memiliki keterbatasan dan tak mampu menyajikan keadilan hingga kesejahteraan bagi masyarakat.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (3)

Maka tak perlu berharap terlalu banyak dengan Jokowi, termasuk anak Jokowi yang melesat dengan karbit untuk menjadi politikus yang akan mewarnai dinamika politik Indonesia.

Baca Juga: OPINI: Memaafkan Presiden Joko Widodo (2)

Adagium menarik perlu menjadi tamparan bagi bangsa Indonesia.

'Membaca buku yang sama, akhir ceritanya pun akan sama'.

Jokowi nantinya akan menyaksikan beragam akrobatik politik yang mungkin serupa dengan dirinya.

"Jokowi tentu dapat menitipkan masalah keadilan dan kesejahteraan rakyat kepada anak-anaknya, karena hingga kini gagal ditebus oleh Jokowi.- Safarian Shah Zulkarnaen

Editor


Komentar
Banner
Banner