Pembangunan ekonomi di Kota Banjarmasin menghadapi tantangan yang semakin beragam. Jumlah pemuda produktif meningkat setiap tahun, namun tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Di sisi lain, pasokan pangan daerah masih banyak bergantung dari luar kota. Kondisi ini mendorong perlunya usaha produktif yang dapat dilakukan pemuda sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.
Oleh: Dede Ayu Nirmalasari*
Di sisi lain, pasokan pangan daerah masih banyak bergantung dari luar kota. Kondisi ini mendorong perlunya usaha produktif yang dapat dilakukan pemuda sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.
Budidaya jamur tiram merupakan salah satu pilihan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Usaha ini dapat memberikan manfaat ekonomi secara langsung dan mendukung pemenuhan pangan masyarakat. Sebagai pangan bergizi, jamur tiram mengandung protein tinggi, vitamin, serta serat beta-glukan yang baik bagi kesehatan. Permintaan terhadap pangan sehat juga semakin meningkat di lingkungan perkotaan seperti Banjarmasin.
Dari sisi teknis, budidaya jamur tiram mudah dilakukan bahkan pada skala rumahan. Masa panennya relatif singkat, yaitu 30 sampai 45 hari setelah penanaman bibit. Ketersediaan serbuk gergaji sebagai media tanam juga sangat mendukung, mengingat Banjarmasin memiliki aktivitas industri pengolahan kayu yang cukup besar. Dengan kebutuhan lahan yang kecil, pemuda dapat memulai usaha tanpa hambatan ruang.
Modal awal usaha jamur tiram terbilang terjangkau bagi pelaku pemula. Keuntungan dapat diperoleh baik dari penjualan produk segar maupun produk olahan bernilai tambah. Di Banjarmasin, harga jamur tiram segar berkisar antara Rp25.000 hingga Rp35.000 per kilogram. Kondisi ini membuktikan bahwa usaha jamur tiram dapat memberikan pendapatan yang realistis bagi pemuda.
Upaya pengembangan jamur tiram di Kota Banjarmasin telah didukung oleh pemerintah daerah. Unit usaha di bawah pembinaan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin menjadi bukti bahwa komoditas ini dapat dikembangkan secara efektif. Pelibatan generasi muda dalam pelatihan budidaya membuka peluang tumbuhnya wirausaha baru di sektor pangan.
Selain memberikan dampak ekonomi, budidaya jamur tiram berperan dalam memperkuat ketahanan pangan daerah. Produksi pangan lokal yang berkesinambungan akan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah. Jamur tiram yang dibudidayakan di Banjarmasin dapat menjadi alternatif pangan bergizi yang mudah diakses masyarakat.
Pengembangan usaha ini memerlukan kerja sama berbagai pihak. Pemerintah daerah dapat memperluas dukungan pelatihan dan bantuan sarana produksi. Perguruan tinggi dapat berkontribusi melalui penelitian dan pendampingan usaha. Sementara itu, pemuda perlu berani berinovasi, termasuk dalam memanfaatkan pemasaran digital untuk memperluas jangkauan produk.
Strategi pemasaran menjadi faktor penting dalam keberlanjutan usaha jamur tiram. Pemanfaatan marketplace, media sosial, dan layanan pesan antar dapat membantu pelaku usaha menjangkau konsumen lebih luas. Kemitraan dengan pelaku kuliner lokal juga perlu diperkuat agar rantai pasok lebih stabil dan berdaya saing.
Dengan potensi yang besar tersebut, pemuda Banjarmasin memiliki peran strategis dalam menggerakkan ekonomi lokal berbasis komoditas pangan. Budidaya jamur tiram dapat menjadi sarana peningkatan pendapatan sekaligus mendukung kemandirian pangan masyarakat. Melalui inovasi dan kolaborasi, jamur tiram dapat berkembang sebagai usaha berkelanjutan yang memberikan manfaat nyata bagi Kota Banjarmasin.
* Mahasiswa Agribisnis, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin









