bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten mengamini pelaksanaan KTT Ke-42 ASEAN yang digelar di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah berdampak untuk kemajuan pariwisata daerah-daerah di Tanah Air, termasuk Kabupaten Lebak.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Imam Rismahayadi dalam keterangan, Selasa (22/5) mengungkapkan Pemerintah Kabupaten Lebak tengah memfokuskan pembangunan pariwisata, karena memberikan efek cukup besar untuk peningkatan pendapatan masyarakat juga penyerapan lapangan kerja.
Regulasi pemerintah pusat melalui KTT ASEAN dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan berkembangnya sektor UMKM, Ekonomi Kreatif dan Destinasi Wisata. Sektor itu, kata dia, dipastikan dapat membangkitkan klaster-klaster ekonomi masyarakat setempat, sehingga mampu mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Lebak mengembangkan 25 destinasi wisata untuk menarik kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Dari 25 destinasi wisata di antaranya terdapat wisata budaya masyarakat Badui, wisata alam Pantai Sawarna dan wisata sejarah Museum Multatuli yang sudah mendunia.
Baca Juga: Geliat Perajin Kerai Pelepah Sawit di Lebak, Tumbuhkan Perekonomian Lokal
Pengembangan destinasi wisata itu merupakan ikon Kabupaten Lebak untuk menerima wisatawan asing, termasuk wisatawan dari negara -negara ASEAN. Bahkan, potensi destinasi wisata masyarakat budaya Badui yang mendunia itu, karena mereka masih mempertahankan adat leluhur dan menolak kehidupan modern.
Itu juga merupakan wisata budaya di Pulau Jawa yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Pulau Jawa. "Objek wisata budaya tersebut banyak dikunjungi para peneliti dari berbagai perguruan tinggi nasional maupun mancanegara," ujarnya.
Sedangkan wisata alam pesisir Pantai Sawarna, kata dia, sangat cocok untuk bermain selancar karena karakteristik ombaknya cukup besar lantaran secara langsung berhadapan dengan Samudera Hindia.
"Selama ini, Pantai Sawarna banyak dikunjungi wisatawan asing untuk bermain selancar juga menikmati panorama alam pesisir selatan Perairan Kabupaten Lebak," terang Imam.
Baca Juga: Setelah Harga Naik, Petani Karet di Lebak Kembali Bergairah
Begitu juga wisata sejarah Museum Multatuli yang menceritakan penindasan kehidupan masyarakat pribumi atau warga Lebak saat zaman kolonial Belanda.
Pada tahun 1859, Eduard Douwes Dekker yang seorang warga negara Belanda membela rakyat Indonesia dengan menulis buku berjudul Max Havelaar dengan menggunakan nama samaran Multatuli. Max Havelaar mengisahkan cerita berupa kritik atas kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial pada masa penjajahan.
Dimana orang Belanda mengeruk keuntungan dari warga pribumi yakni masyarakat Kabupaten Lebak yang diperas oleh bupati untuk membayar pajak dan tanam paksa.
Selain itu, ada kisah tentang masyarakat lokal tentang kisah asmara Saidjah dan Adinda. "Kami yakin destinasi wisata itu dilirik wisatawan asing dari negara ASEAN karena sudah mendunia," katanya.
Baca Juga: Saat Ramadan, Permintaan Kolang-Kaling di Lebak Meningkat
Ia mengatakan pemerintah daerah terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) tata kelola pariwisata agar destinasi wisata yang ada dilirik wisatawan mancanegara. Peningkatan SDM itu perlu diprioritaskan, terlebih adanya proyek pembangunan Jalan Tol Serang - Panimbang.
"Kami optimistis melalui SDM tata kelola itu dipastikan destinasi wisata akan dibanjiri wisatawan domestik dan mancanegara," katanya.
Sementara itu, pelaku UMKM di kawasan wisata Pantai Sawarna Kabupaten Lebak menyatakan bahwa mereka sangat terbantu pendapatan pada akhir pekan, karena banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang ke daerah itu.
"Kami setiap akhir pekan bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp2,5 juta," kata Hamdan (40) seorang pedagang oleh-oleh makanan.
Baca Juga: KEK Tanjung Lesung Hadirkan Kampoeng Joglo, Tawarkan Wisata Budaya
Berharap masuknya investasi
Pemerintah Kabupaten Lebak Provinsi Banten berharap penyelenggaraan KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, membawa dampak masuknya investasi di daerah ini sehingga menyerap tenaga kerja.
Sekretaris Pemerintah Kabupaten Lebak Ajis Suhendi dalam keterangannya, Selasa (22/5) menjelaskan kemudahan yang akan diberikan kepada investor yang ingin berinvestasi di Lebak.
"Kami memberikan kemudahan perizinan bagi investor dari negara-negara ASEAN yang ingin berinvestasi di Lebak," kata Ajis.
Kemudahan investasi, didukung infrastruktur Tol Serang - Panimbang yang melintasi lima kecamatan di Kabupaten Lebak, dapat memberikan dampak ekonomi atas investasi dan meningkatkan daya saing.
Baca Juga: Hari Nelayan, Momentum Tingkatkan Semangat Potensi Pariwisata Sukabumi
Pemerintah Kabupaten Lebak menyiapkan lahan seluas 3.000 hektare untuk dijadikan Kawasan Industri Terpadu (KIT). Pengembangan kawasan industri tersebut guna mendorong Penanaman Modal Asing (PMA) bisa masuk ke Lebak.
Investasi itu memberikan efek cukup besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, juga penyediaan lapangan kerja. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Lebak siap menampung investasi dari negara -negara ASEAN, seperti Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura dan Vietnam.
"Apalagi, Pemerintah Kabupaten Lebak sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Berinvestasi," ujarnya. Perda itu memberikan insentif dengan membebaskan pajak daerah juga kemudahan perizinan.
"Kami menjamin investasi di sini aman dan kondusif, karena mendapat perlindungan pemerintah setempat," tegas Ajis. Menurutnya, selama ini sumber daya alam Kabupaten Lebak memiliki potensi luar biasa dan bisa mendatangkan PMA, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata hingga pertambangan.
Baca Juga: Bangkitkan Pariwisata, Belitung Kembangkan 'Sport Tourism'
Di samping itu Kabupaten Lebak sangat strategis, karena wilayahnya berdekatan dengan pusat Ibu kota Negara dan terdapat prasarana transportasi di antaranya jalan kereta api, tol, Pelabuhan Cilegon dan Bandara Soekarno-Hatta.
Begitu itu juga memiliki jaringan listrik induk di Suralaya Cilegon, Labuan dan jika terdapat gardu induk di Cijaku maka kawasan Lebak selatan tidak mengalami kembali pemadaman listrik.
Keunggulan lainnya, kata Ajis, Kabupaten Lebak memiliki pasokan air cukup besar dari kawasan Waduk Karian juga terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) Ciliman dan Cidurian.
"Kami berharap pengusaha dari negara-negara ASEAN dapat melakukan investasi di Lebak," ujar Ajis.
Baca Juga: Nusantara Edupark, Tempat Wisata Edukasi Pertanian Anak di Madiun
Ia juga mengatakan investor yang kelak menanamkan modal di KIT yang dipusatkan di Kecamatan Cileles untuk perusahaan yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan kerusakan alam. Pemerintah daerah mengutamakan pengembangan KIT seluas 3.000 hektare yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sebab wilayah ujung barat Provinsi Banten itu merupakan daerah pertanian, perkebunan dan penghijauan.
Pengembangan KIT harus bersinergi dengan lingkungan agar tidak menimbulkan kerusakan alam yang bisa mengakibatkan bencana. Selama ini, lanjutnya, Lebak masuk kategori daerah rawan bencana banjir, longsor, gempa, kebakaran hutan dan lainnya.
Dengan demikian, pihaknya siap menerima investor dari negara -negara ASEAN yang ramah lingkungan, di antaranya membuka industri manufaktur maupun pengelolaan hasil perkebunan, pertanian dan peternakan.
"Kami ingin investor itu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga memberikan kesejahteraan kepada masyarakat setempat," katanya.