Kabar Pasar

Jelang Rilis Data Inflasi AS, IHSG Diperkirakan Variatif

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa diperkirakan bergerak variatif menjelang laporan data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Rabu (12/4) waktu setempat.

Featured-Image
Karyawan berdiri di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa diperkirakan bergerak variatif menjelang laporan data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Rabu (12/4) waktu setempat.

IHSG dibuka melemah 6,08 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.765,1. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 1,12 poin atau 0,12 persen ke posisi 934,4.

"IHSG berpeluang bergerak pada level 6.708 hingga 6.819," tulis Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Selasa (11/4).

Dari mancanegara, investor dapat mencermati data inflasi AS periode Maret 2023 yang akan dilaporkan pada Rabu (12/4) waktu setempat.

Baca Juga: Hindari 'Saham Gorengan', Analis: Investor Perlu Papan Pantauan

Data pasar tenaga kerja AS yang masih solid dan inflasi yang sulit turun, membuat investor kembali memprediksi The Federal Reserve (The Fed) dapat menaikkan suku bunga acuan pada Mei 2023 mendatang.

Dari komoditas, minyak mentah ditutup turun setelah naik selama tiga minggu beruntun, dipicu oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut yang dapat melemahkan permintaan.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia Maret 2023 mencapai 145,2 miliar dolar, atau meningkat dibandingkan 140,3 miliar dolar AS pada akhir Februari 2023.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Baca Juga: Awal Pekan, IHSG Ditutup Melemah Imbas Penurunan Saham Teknologi

Selain itu, IHSG masih mendapat sentimen positif dari terus menguatnya nilai tukar rupiah.

Bursa AS ditutup variatif pada perdagangan kemarin di tengah menguatnya data tenaga kerja Negeri Paman Sam tersebut yang dirilis pada Jumat (7/4) pekan lalu.

Selain itu, investor juga masih menantikan rilisnya data Inflasi AS pada Rabu (12/4), dan laporan kinerja keuangan perbankan kuartal I-2023.

Baca Juga: Harga Saham Batu Bara Terus Terperosok, Mirae Ungkap Alasannya

Investor masih melihat bahwa The Fed bisa menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Mei 2023 mendatang, melihat data tenaga kerja AS yang masih solid.

Sementara itu, konsensus memperkirakan, inflasi yang akan dirilis pada Rabu (12/4) melandai ke level 5,2 persen dari sebelumnya 6 persen.

Editor
Komentar
Banner
Banner