Pertanian Tembakau Jember

Tembakau Jember Gagal Panen, Petani Terjerat Utang

Hujan yang mengguyur kawasan Jember pekan lalu membuat ribuan hektare tanaman tembakau gagal panen. Membuat petani terjerat utang.

Featured-Image
Tanaman tembakau di Jenggawah tampak layu setelah berhari-hari diguyur hujan, Sabtu (8/7). (apahabar.com/ M Ulil Albab)

bakabar.com, JEMBER - Hujan yang mengguyur kawasan Jember pekan lalu membuat ribuan hektare tanaman tembakau gagal panen. Membuat petani terjerat utang.

Banyak petani yang terjerat utang di bank. Tak sedikit buruh pabrik tembakau terancam menganggur.

Anggota Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jember, Dinas TPHP Jember sudah melakukan pendataan. Mereka menghitung luasan kebun di Kecamatan Ambulu dan Wuluhan yang ditanami tembakau.

Baca Juga: Sawah Terendam Air, Petani Tembakau Jember Terancam Gagal Panen

Berdasarkan penghitungan Dinas TPHP di dua kecamatan tersebut, tanaman tembakau yang mengalami gagal panen mencapai 3.200 hektare.

"Luasan itu belum termasuk di kecamatan lain seperti Puger dan Jenggawah," kata Sucipto dihubungi Apahabar, Rabu (12/7).

Untuk kawasan Ambulu dan Wuluhan, desa yang banyak terdampak berada di Desa Ampel, Kesilir, Tanjungrejo, Sabrang, Sidomulyo, Sumberejo, dan Lojejer.

"Tahun ini mayoritas yang menanam tembakau memang Jember Selatan. Selain itu juga banyak yang menanam cabai dan gubis. Itu sama besar biayanya," katanya.

Baca Juga: Petani Jember Demo Tolak Hari Tanpa Tembakau dan RUU Kesehatan

Lebih lanjut, Mantan Ketua KTNA Jember ini berharap agar pemerintah tidak hanya melakukan pendataan, namun juga turun untuk memberikan bantuan bibit, relaksasi utang bank, hingga bantuan pupuk.

"Sebagian besar petani itu menanam tembakau, modalnya pinjam bank," katanya.

Kerugian petani sendiri bila dihitung biaya menanam hingga perawatan, per hektare menghabiskan Rp50 juta.

Harapannya, petani bisa mendapatkan kelonggaran waktu untuk angsuran utang ke bank. Sebab banyak petani yang menanam dari modal meminjam bank.

Lebih lanjut, petani asal Desa Dukuhdempok, Kecamatan Wuluhan ini menyebut, tembakau yang sudah layu, bila dipanen secara dadakan akan masuk kategori kualitas jelek.

Baca Juga: Isi RUU Kesehatan, Tembakau Setara Narkotika: Mematikan Hajat Hidup Orang Banyak

Per kwintal hanya Rp500 sampai Rp1 juta. Sementara, kualitas daun tembakau normal per kwintal bisa seharga Rp7 hingga Rp10 juta.

"Tembakau tidak bisa dipanen mendadak. Meski sudah waktunya panen kalau kena itu (banjir), masuknya feeler (kualitas terendah)," jelasnya.

Bila daun tembakau masuk kategori feeler, maka untuk biaya ganti tenaga sudah tidak cukup.

"Kembali modal sulit, untuk bisa bayar tenaga kerjanya saja sudah untung," katanya.

Tanaman Tembakau Terendam
Tanaman tembakau milik petani di Ambulu terendam banjir, Jumat (7/7). Foto: Polsek Ambulu

Buruh Terancam Menganggur

Banyaknya petani tembakau di Jember yang mengalami gagal panen, diprediksi bakal membuat perusahaan eksportir tembakau akan melakukan pengurangan tenaga kerja.

Tidak hanya itu, perusahaan tembakau juga bakal sulit menyerap hasil panen tembakau karena semakin rendahnya kualitas akibat terdampak hujan.

Kendati dipastikan harga tembakau akan melambung tinggi karena terbatasnya stok tembakau dari Jember.

Baca Juga: 5 Gudang Tembakau di Jember Ludes Terbakar, Warga Berhamburan

Sekretaris DPC Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jember, Taufik Rahman bahkan memastikan, bakal ada banyak tenaga kerja yang dipangkas, sebab terbatasnya bahan baku tembakau.

"Kualitas daun tembakau juga akan berkurang. Tentunya serapan tenaga kerja akan berkurang," kata Taufik kepada Apahabar.

Selain itu, sedikitnya bahan baku tembakau juga bakal memangkas durasi kerja. Pekerja yang biasanya mendapatkan jatah kerja hingga 8 bulan di tiap musim, kini diperkirakan hanya akan bertahan kerja 3-4 bulan ke depan.

"Kondisi banyak gagal, kualitas turun, harga naik, tenaga kerja tidak akan terserap semua. Dan tidak bekerja lama, biasanya 6-8 bulan. Bisa hanya 3-4 bulan selesai," jelasnya.

Baca Juga: RUU Kesehatan Dinilai akan Merugikan Petani Tembakau di Temanggung

Jumlah buruh petani hingga buruh tembakau di Jember diperkirakan mencapai ratusan ribu. Sebab dari 2,6 juta penduduk Jember, 30-40 persen merupakan petani.

Sementara dari sepuluh perusahaan eksportir tembakau di Jember yang menjadi anggota SPSI, diperkirakan mencapai 12.000 buruh.

"Itu dari 10 perusahaan yang masuk jadi anggota SPSI," katanya.

Di sisi lain, perusahaan juga terganjal ketatnya standar untuk melakukan eksport tembakau dan rokok cerutu ke Eropa.

Baca Juga: Kedapatan Lakukan Transaksi, Empat Penyalahguna Tembakau Sintetis di Bogor Diamankan Polisi

"Sekarang persyaratan sangat ketat, dan di luar sedang krisis, para customer di Eropa. Harga dikhawatirkan akan turun, banyak pengusaha di luar tidak membeli, menunggu situasi stabil," jelasnya.

Akibatnya banyak pengusaha yang menahan tidak membeli. "Ada yang membeli tapi harga murah. Sementara pengusaha (di Jember) butuh dana segar," jelasnya

Editor


Komentar
Banner
Banner