bakabar.com, JAKARTA - Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Dawarblandong Mojokerto menggelar peribadatan "Jalan Salib" pada Peringatan Jumat Agung.
Uniknya, dalam peringatan mengenang pengobanan Yesus dalam serangkaian perayaan Hari Raya Paskah tersebut dilakukan dengan menggunakan baju adat Jawa.
Panitia Hari Besar Gerejawi Pendeta Galih Christianto menerangkan penggunaan baju adat Jawa tersebut dimaksudkan untuk meneguhkan para jamaah sebagai seorang Kristen yang berada di Jawa.
"Jadi kami tidak menghilangkan kami sebagai orang Jawa," katanya, Jumat (7/4).
Baca Juga: Amankan Prosesi Laut Semana Santa di Flores Timur, TNI AL Kerahkan KRI Untung
Tak hanya itu, penggunaan baju adat Jawa bukan hanya menegaskan diri sebagai orang dari Suku Jawa, melainkan juga merepresentasikan pakaian ala kadarnya yang dipakai dalam sehari-hari.
Pakaian ala kadarnya dalam bentuk pakaian adat Jawa tersebut juga menggambarkan pakaian ala kadarnya yang dipakai sehari-hari saat Yesus dulu hendak disalib.
"Tahun-tahun kemarin kami tidak mengadakan karena keterbatasan Covid-19, tapi beberapa tahun sebelumnya kami mengadakan hal yang sama dan tetap menggunakan pakaian Jawa," tuturnya.
Baca Juga: Sambut Prosesi Semana Santa, Umat Islam di Flores Timur Turut Lakukan Pengamanan
Setiap tahunnya GKJW Dawarblandong mengadakan Jalan Salib dengan cara menempuh perjalanan sejauh satu setengah kilometer. Namun dalam dua tahun terakhir agenda tersebut ditiadakan karena pandemi Covid-19.
Pendeta Galih menerangkan peribadatan Jalan Salib digelar untuk mengenang perjalanan Yesus dalam menjalani hukuman mati dengan cara disalib.
Jalan Salib dan Ramadan sebagai Momentum Melebur Dosa
Peristiwa tersebut terjadi pada masa Kerajaan Romawi yang berlangsung di abad ke- 1 Masehi. Di bawah pengadilan pemuka agama Yahudi, Yesus dianggap melakukan pelanggaran agama karena mengaku sebagai anak Allah.
"Jalan Salib atau jalan sengsara Yesus, itu dalam maksud kami Jemaat GKJW Dawarblandong menghayati dan merefleksikan, bahwa umat berdosa itu ditebus dengan sengsara Yesus," ucapnya seperti dilansir Antara.
Pendeta Galih menjelaskan, kegiatan ini juga bertepatan dengan umat Islam yang sedang menjalankan ibadah Puasa, jadi pihaknya tetap menghormati dengan tidak makan maupun minum di sepanjang jalan saat kirab.
Baca Juga: Sambut Hari Raya Paskah, Sekolah di Biak Papua Diliburkan
"Sudah saya sampaikan ke seluruh jemaat yang mengikuti kirab untuk saling menghargai, mungkin yang minum tadi hanya dua orang karena memang sudah sepuh, selebihnya tidak ada," katanya.
Hal tersebut, merupakan sarana bagi pihaknya untuk bertoleransi dan menghargai umat Islam yang sedang berpuasa.
"Kami juga merefleksikan ketika Jalan Salib ini adalah jalan sengsara untuk menebus dosa manusia, dan kami pun juga menghayati bahwa Ramadhan adalah sarana untuk melebur dosa," ujar Pendeta Galih.
Baca Juga: Polisi Perketat Pengamanan Gereja Saat Perayaan Paskah di Surabaya
Dia berharap dengan adanya Jalan Salib tersebut, seluruh jemaat khususnya yang berada di GKJW Dawarblandong Mojokerto dapat menjadikan Yesus sebagai teladan bagi kehidupannya.
"Setiap warga jemaat agar Hati, diri dan perbuatannya senantiasa hanya tertuju pada Yesus Sang Penebus, dan Yesus sebagai teladan kehidupannya," ucapnya.