bakabar.com, JEMBER - Abdul Bahari (62) warga Dusun Utara I, Desa Kalisat yang dituduh sebagai dukun santet oleh tetangganya, hanya bisa pasrah. Sudah tiga pekan, Bahari tinggal di kantor desa setempat.
Ia tidak berani keluar lingkungan kantor desa, untuk sekedar jalan jalan atau ibadah salat Jum'at. Sehari-hari, Abdul Bahari hanya menghabiskan waktunya dengan makan, tidur, mencuci dan mengharap ada keluarga yang bersedia menerimanya.
Kepala Desa Kalisat, Sudi Rahardjo mengatakan sebelumnya, ia tinggal di Kantor Polsek Kalisat sejak 2 Mei 2023.
Namun, karena masyarakat sudah kompak mengusir, dan pihak keluarga juga tidak ada yang mau menampung, Abdul Bahari akhirnya dipindahkan ke kantor desa.
Baca Juga: Dituduh Jadi Dukun Santet, Perempuan di Bondowoso Melawan Balik
Sudi mengatakan, pihaknya bersama Muspika dan tokoh masyarakat sudah menggelar musyawarah sebanyak 4 kali. Namun tetap tidak kunjung mendapatkan solusi.
"Coba diselesaikan dengan sumpah pocong, Pak Bahari mau, tapi pihak yang menuduh ini tidak berani," kata Sudi kepada bakabar.com, Jumat (9/6).
Terbaru, Abdul Bahari sedang diajukan agar dirawat di Panti Jompo milik Dinas Sosial Provinsi Jatim. Sebab hingga kini masyarakat masih kompak menolak Abdul Bahari tinggal di desanya.
"Alasannya semua sama. Takut dengan Pak Bahari," ujarnya.
Baca Juga: Dituding Jadi Dukun Santet, Pria di Jember Ini Diusir Warga
Pemerintah Desa juga terus melakukan edukasi agar hak kemanusiaan Abdul Bahari untuk hidup tenang, tidak berlarut-larut terampas.
"Ya setidaknya dicek ke Medis dulu lah," kata Kepala Dusun Krajan, Desa Kalisat, Rauzi menambahkan.
Sebab kata Rauzi, Abdul Bahari dituduh memiliki ilmu hitam yang digunakan untuk menyantet warga desanya dengan alasan yang tidak bisa dibuktikan.
Awal Mula Dituduh Dukun Santet
Semua berawal ketika seorang warga ada yang sakit, kemudian bermimpi bertemu dengan Abdul Bahari. Dua tahun silam, Abdul Bahari juga sempat mengalami peristiwa serupa, namun tidak sampai berujung anarkis.
"Jadi ini bukan yang pertama kali. Dua tahun silam sudah pernah," katanya.
Dua tahun silam, katanya, Rumah Abdul Bahari di Dusun Utara dilempari batu oleh masyarakat. Penyebabnya, ada seorang warga yang pulang dari perantauan Malaysia, mengalami sakit.
Baca Juga: Tega! Ibu di Jember Tikam Leher Anak Kandung Saat Tidur
keluarga perantauan tersebut sempat meminta air ke Abdul Bahari sebagai syarat untuk obat. Abdul Bahari menolak permintaan tersebut karena sudah dituduh sebagai dukun santet.
Tak berselang lama, orang yang sakit tersebut meninggal dunia. Akibat insiden itu, rumahnya Abdul Bahari kemudian dilempari batu oleh warga.
Dari peristiwa itu, Bahari kemudian pindah ke Dusun Tengah, di rumah keponakannya. Namun, di tahun 2023 ini ia kembali dituduh. Seperti tak ada ampun, masyarakat benar benar mengusir Bahari dari kampungnya.
"Tapi ya itu berdasarkan mimpi," katanya kepada bakabar.com.
Baca Juga: Petani Jember Demo Tolak Hari Tanpa Tembakau dan RUU Kesehatan
Kini, Rauzi dipercaya untuk memantau dan memastikan keamanan Abdul Bahari. Pihaknya melalui kepala desa juga diminta melayani untuk memberikan kebutuhan dasar Abdul Bahari seperti makan 3 kali sehari.
"Pertama keluar kemarin, ingin potong rambut. Akhirnya saya antar keluar. Jadi kalau mau keluar harus atas seizin saya, kalau nggak saya gak bisa tanggungjawab," ujarnya.
Istri Tak Kunjung Menjenguk
Mirisnya, kata Rauzi, istri Abdul Bahari sendiri tidak berani menjenguk suaminya sendiri. Terlebih keduanya memang sudah lama pisah ranjang.
"Tapi selama Pak Bahari tinggal di Dusun Tengah, masih tanggung jawab memberi nafkah," ujarnya.
Bahari selama ini hanya bekerja sebagai buruh tani. Ia pernah menikah dua kali, dan pernah dikaruniai anak.
Baca Juga: Buruh Muroco Tagih Janji DPRD Jember, Ancam Blokir Operasional Pabrik
"Tapi istrinya dulu dan anaknya meninggal," katanya.
Kini, Bahari sejatinya sedang membutuhkan kehadiran istrinya. Baru baru ini, Bahari sempat menitipkan pesan kepada Rauzi agar istrinya mau datang untuk menjenguk.
"Tapi ya sampai sekarang gak datang," katanya.
Ingin Hidup Tenang
Sementara itu, Abdul Bahari mengaku hanya ingin hidup tenang kembali berkumpul dengan masyarakat.
Dengan kemejanya yang lusuh dan mengenakan sarung, Bahari menemui bakabar.com dengan kondisi perut kenyang, baru makan nasi bungkus yang dibelikan perangkat desa.
Semua baju bajunya tampak ditaruh dalam sebuah karung. Tak ada barang berharga yang ia bawa.
"Ya setiap hari saya bantu nyapu-nyapu di sini," katanya.
Baca Juga: Pejabat Langgar Netralitas ASN dalam Politik di Jember, Ada Nama Bupati!
Sudah 3 pekan tinggal di kantor desa. Bahari disarankan untuk sementara tidak salat Jumat, dengan alasan keamanan.
Kepada bakabar.com, Bahari menyampaikan sedikitpun tidak menyimpan dendam, kendati sudah diperlakukan demikian oleh masyarakat di desanya.
"Buat masyarakat Kalisat. Buat apa saya dendam, apa perlunya sih," kata Bahari.
Ia bahkan sudah siap disumpah pocong sebagai bukti bahwa dirinya tidak berbuat seperti yang dituduhkan.
"Saya siap. Saya hanya ingin hidup dengan tenang," katanya