bakabar.com, BALIKPAPAN - Proyek pengendalian banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Ampal saat ini masih belum kelar.
Proyek dengan nilai Rp 136 miliar itu berdampak buruk bagi warga sekitar. Terutama sektor usaha kedai kopi di sekitarnya.
"Sekarang pemasukan menurun. Sepi, jarang orang mau ngopi di sini. Karena jalannya rusak," kata Madi seorang karyawan kedai kopi, Selasa (28/11).
Baca Juga: Soal DAS Ampal Balikpapan, MAKI Tunggu Habis Kontrak
Baca Juga: Gegara DAS Ampal, Anggota DPRD Balikpapan Diancam PT Fahreza
Kondisi jalan berlumpur saat hujan dan berdebu ketika terik panas. Selain itu pintu masuk ke kedai kopi tersebut rusak. Ditambah alat berat yang terparkir di depannya.
Kondisi tersebut dirasakan Madi satu bulan terakhir ini. Padahal sebelum adanya proyek DAS Ampal, kedai kopinya selalu jadi tempat favorit anak muda. Sehari, omsetnya bisa Rp500 ribu.
"Sekarang dapat Rp100 ribu aja sehari syukur. Pernah sehari itu cuma Rp7 ribu. Orang kesini cuma beli cokelat," akunya.
Baca Juga: Membingungkan, MAKI Pertanyakan Sumber Anggaran DAS Ampal Balikpapan
Baca Juga: Proyek DAS AMPAL, Dinas PU: Tidak Ada Tambahan Anggaran Rp 80 Miliar
Tak hanya Madi, pengendara sepeda motor yang melintas di Jalan MT Haryono juga mengeluhkan kondisi jalan.
Mulyadi misalnya, yang hampir setiap hari melewati jalan berlumpur dan berdebu itu.
Perawat salah satu rumah sakit di Balikpapan itu turut mengeluhkan dampak proyek DAS Ampal.
"Debu nya itu yang gak tahan, tapi karena memang harus lewat sini ya mau gak mau dilewati aja," kata Mulyadi.
Baca Juga: Dugaan Korupsi DAS Ampal, BPKP: Audit Dilakukan Jika Ada Permintaan
Tak jarang Mulyadi juga memilih mencaru jalan alternatif saat pulang kerja. Selain persoalan debu, kemacetan yang terjadi di Jalan MT Haryono saat jam pulang kerja pun membuatnya kesal.
"Mending mutar kalau jam pulang kerja, kalau berangkat ya harus lewat sini, karena jalan terdekat," ungkap dia.