Kebakaran Smelter

Faskes Ala Kadarnya, Pekerja Smelter di Morowali Terancam Debu Tambang

Ketua Serikat Pekerja Industri Morowali (SPIM-KPBI), Afdhal Amien mengungkap persoalan beruntun yang dihadapi pekerja di kawasan industri PT IMIP, Morowali, Sul

Featured-Image
Sejumlah pekerja menjaga jarak dari area tungku smelter 41 PT ITSS Morowali yang meledak, Minggu (24/12). Beberapa polisi juga ada. Foto: Istimewa

bakabar.com, JAKARTA - Ketua Serikat Pekerja Industri Morowali (SPIM-KPBI), Afdhal Amien mengungkap persoalan beruntun yang dihadapi pekerja di kawasan industri PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah tidak hanya berkutat pada persoalan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Debu tambang, kata Afdhal, juga mengancam kesehatan para pekerja. Pasalnya, lokasi perusahaan dan tempat tinggal pekerja berada pada letak yang dekat.

Sehingga, para pekerja mengalami ancaman polusi berganda. Yakni saat bekerja di industri smelter, juga saat tinggal di pemukimannya.

"Tak jauh dari situ," ujarnya kepada apahabar,com dalam Diskusi Reguler KPBI bertajuk Membongkar Puncak Gunung Es Ledakan di Morowali dan Bencana Tambang di Indonesia, dikutip Sabtu (6/1).

Baca Juga: Sisi Gelap Transparansi Upah Pekerja Smelter di Morowali

Baca Juga: Pemerintah Abai hingga Sederet Pelanggaran HAM di Industri Smelter

Ancaman infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) semakin mengancam saat berpapasan dengan truk operasional tambang.

Tak hanya terpusatkan dengan aktivitas tambang nikel, tambang batu bara juga semakin menambah ancaman kualitas udara di sekitar lokasi smelter.

Terlebih, meski tidak merinci angkanya, tahun 2020 terdapat kasus anak-anak pekerja smelter mengalami sakit ISPA dengan beragam tingkat keparahan.

"Semua itu tidak terlepas dari apa yang saya gambarkan dari polusi udara yang tidak sehat," terangnya.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya..

HALAMAN
12
Editor
Komentar
Banner
Banner