Pelecehan Di Transjakarta

Cegah Pelecehan Seksual, Pakar: Tambah Angkutan Umum Khusus Wanita

Pakar transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengusulkan TransJakarta untuk menambah armada transportasi khusus wanita untuk

Featured-Image
Calon penumpang menunggu bus TransJakarta di Halte Bundaran Senayan, Jakarta, Minggu (29/3/2020). Foto-Antara/M Risyal Hidayat/foc

bakabar.com, JAKARTA - Pakar transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengusulkan TransJakarta untuk menambah armada transportasi khusus wanita untuk memitigasi risiko terjadinya pelecehan seksual di angkutan umum.

"Saya usulkan TransJakarta untuk menambah operasional khusus perempuan, bahkan mikrotrans yang saat ini juga belum (ada)," kata Darmaningtyas di Jakarta, Minggu (26/2).

Ia mengungkapkan bahwa armada khusus wanita harus ditambah sehingga ruang layanan publik berupa transportasi umum ramah terhadap wanita.

Baca Juga: Pemprov DKI Evaluasi Keamanan Angkutan Umum, Buntut Kasus Pelecehan Seksual

Terlebih dalam hasil survei pada 2008 lalu, transportasi publik di Jakarta didominasi perempuan dan bersepakat untuk memisahkan antara pria dan wanita di angkutan umum.

"Karena memberikan rasa nyaman," ucap Darmaningtyas.

Baca Juga: Korban Pelecehan Seksual Pulogadung Sempat Tahan Pelaku agar Tidak Kabur

Meski TransJakarta dapat mengatur posisi duduk di mikrotrans seperti di bagian depan, tetapi penumpang lainnya masih dicampur dengan pria.

Adapun di dalam mikrotrans dapat dilakukan pengkhususan sisi tempat duduk bagi pria dan wanita. Bagian kiri untuk pria, sedangkan kanan untuk perempuan.

"Kenapa bagian kanan? Karena 70 persen penumpang mikrotrans itu kan perempuan ya," ucap dia.

Untuk itu penambahan armada khusus perempuan semestinya juga diterapkan, tak hanya memisahkan posisi duduk semata. Maka hal ini bisa menjadi upaya mitigasi agar moda transportasi seperti KRL, MRT, atau LRT dapat meminimalisir terjadinya pelecehan seksual.

"Saya kira pelecehan ini bukan hanya untuk TransJakarta, tapi juga terjadi di moda lainnya seperti di KRL juga terjadi. Karena masalahnya itu selama berhimpit-himpitan penumpang, maka sengaja atau tidak, tak terhindarkan adanya pelecehan seksual," katanya.

Baca Juga: Lagi! Pelecehan Seksual Terjadi di Bus TransJakarta Rute Monas-Pulogadung

Diketahui, pelecehan seksual yang terjadi di bus transjakarta menjadi viral di media sosial twitter. Dalam treat di twitter itu terdapat foto dan kronologi beserta foto juga video yang menjelaskan tentang deskripsi pelaku.

Dalam kasus ini pelaku berhasil kabur. Pelaku kabur dengan cara meloncat dari halte bus TJ. "Kami akan lakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut," ujar Kapolsek Kemayoran, Komisaris Polisi Ardiansyah kepada wartawan, Selasa (21/2).

Ardiansyah mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak TransJakarta. Meskipun belum ada laporan dari korban, pihaknya akan menindaklanjuti tragedi pelecehan seksual tersebut.

"Akan koordinasi dengan pihak TransJakarta," tegasnya.

Baca Juga: Pelaku Pelecehan di Transjakarta Diringkus, Lengkap dengan Kartu Akses Milik Anggota Polri

Menanggapi hal tersebut, aktivis perempuan Etika Putri mengecam perbuatan nirmoral yang terjadi di tempat umum. Menurutnya hal ini merupakan cerminan dari budaya patriarki yang masih lekat di masyarakat.

“Memandang tubuh perempuan sebagai objek seksual, merupakan satu dari sekian banyak warisan budaya patriarki yang hingga hari ini jadi bagian dari society kita,” tuturnya pada Selasa (21/2).

Meski beberapa kampanye di ruang publik sudah mulai dilakukan, menurutnya, pengetahuan dan membangun kesadaran akan kesetaraan gender penting untuk dilakukan oleh seluruh sektor, hingga di bagian paling kecil seperti tingkat RT/RW.

Editor


Komentar
Banner
Banner