bakabar.com, JAKARTA- Anggota komisi III DPR RI, Santoso mengungkapkan peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung merupakan shock therapy kepada pemerintah.
Apalagi pelaku pemboman bernama Agus Sujatno alias Agus Muslim adalah seorang mantan napiter pemboman yang pernah dipenjara dalam kasus yang sama.
"Ya ini kan satu indikasi pertama bahwa mereka mau menunjukkan dia masih ada. Kedua, sebagai shock therapy kepada pemerintah, negara gitu. Mereka menunjukkan bahwa mereka masih eksis," jelas Santoso di Komples Parlemen DPR, Jakarta, Rabu (7/12).
Baca Juga: Penolakan RKUHP di Motor Bomber Bandung, Arteria Buka Suara
Diketahui Agus merupakan mantan narapidana kasus bom Cicendo, Jawa Barat, dan telah dihukum penjara selama empat tahun di Nusakambangan.
Melihat aksi bom bunuh diri yang dilakukan di Polsek Astana Anyar, komisi III meminta BNPT, Kapolri dan BIN untuk bersinergi dalam mengusut dan mengungkap kasus terorisme di Indonesia.
"Pertama BNPT, kemudian Polri melalui Densus 88, Kemudian BIN. Ketiga badan itu yang harus bekerja secara sinergi," ujarnya.
Baca Juga: Tujuh Langkah Kemenhub Amankan Angkutan Laut Jelang Natal dan Tahun Baru
Santoso juga meminta kepada aparat kepolisian agar meningkatkan kewaspadaan menjelang hari raya Natal dan tahun baru (Nataru), agar tidak ada lagi aksi-aksi terirosme. Kepolisian juga diharapkan bekerja secara sinkron dengan pihak pihak pengamanan lainnya.
"Diperlukan kewaspadaan aparat penegak hukum agar tidak ada ego sektoral dalam melakukan pengamanan di Nataru ini. Jangan bekerja sendiri sendiri. Ini kan tanggung jawab bersama. Jadi harus sinkron," pungkasnya.
Sebelumnya, peristiwa bom bunuh diri terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung. Akibat ledakan bom 10 orang petugas kepolisian mengalami luka. Salah seorang dari petugas meninggal setelah mengalami kondisi kritis. Satu korban lainnya adalah warga sipil.