Bisnis Tambang Nikel

Babak Baru Hillcon (HILL) selaku Kontraktor Tambang Nikel dan Batu Bara

PT Hillcon Tbk (HILL) akhirnya melanjutkan proses IPO yang sebelumnya sempat tertunda pada Juni 2022.

Featured-Image
Perusahaan jasa kontraktor pertambangan, PT Hillcon Tbk (HILL) targetkan pendapatan Rp6 triliun dan laba bersih Rp1 triliun pada tahun ini. Foto: Hilcon

bakabar.com, JAKARTAPT Hillcon Tbk (HILL) yang didirikan di tahun 1995 akhirnya melanjutkan proses initial public offering (IPO) yang sebelumnya sempat tertunda pada Juni 2022. Dalam aksi korporasi ini, perseroan siap melepas sebanyak 442,3 juta saham atau setara 15%. 

Dalam keterangannya, Direktur Hillcon Jaya Angdika mengatakan harga IPO saham HILL berkisar Rp 1.250-2.000 per saham. Dengan demikian, HILL berpeluang meraup dana segar hingga Rp 884,6 miliar.

Adapun masa penawaran awal saham HILL berlangsung sejak 12 Januari 2023 hingga 26 Januari 2023. Kemudian, IPO diharapkan efektif terbit pada 7 Februari 2023. Adapun masa penawaran umum dijadwalkan pada 9-13 Februari 2023 dan pencatatan perdana di BEI pada 15 Februari 2023.

Hillcon Investama yang bentuknya perseroan itu menargetkan pendapatan sebesar Rp 6 triliun dan laba bersih Rp 1 triliun pada tahun ini. Target itu sejalan dengan 3 pelanggan baru yang sudah masuk pipeline perseroan.

Baca Juga: Buruan, Saham PT Hillcon Dibanderol Rp2.000/Lembar

Menurut Jaya Angdika, target tersebut akan dicapai perseroan dengan menambah volume pertambangan dari komoditas nikel sebanyak 15 juta ton.

"Dengan demikian, kami bisa meningkatkan volume tambang nikel yang sebelumnya hanya 9 juta ton pada 2022," jelas Jaya di Jakarta, Jumat (13/1).

Meskipun demikian, Jaya tidak mengungkap nilai kontrak dari para pelanggan baru tersebut. Sebagai informasi, rata-rata kontrak baru perseroan memiliki jangka waktu hingga 3 tahun dan terbuka peluang untuk perpanjangan.

Pegang Kontrak Penambangan
Saat ini, HILL telah memegang 8 kontrak penambangan, namun perseroan memilih fokus sebagai kontraktor tambang saja. Alasannya, kegiatan pertambangan membutuhkan dana yang mahal.

"Kami akan fokus menjadi kontraktor tambang saja yang nanti kami feeding ke smelter mereka," ungkap Jaya.

Baca Juga: Polda Kalsel Tangani 5.364 Kasus Pidana 2022, Ada Tambang Ilegal

Untuk memuluskan rencana peningkatan produksi tahun ini, Direktur Utama Hillcon Hersan Qiu menyatakan bahwa pihaknya menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) berkisar Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun.

Sumber dana itu akan bersumber dari hasil IPO saham. Jika tidak cukup, perseroan akan membuka opsi pinjaman bank atau multifinance.

Hillcon yang melanjutkan proses IPO, sebelumnya sempat tertunda pada Juni 2022. Menurut Jaya, perseroan terkendala timetable yang sempit.

Penundaan IPO terjadi karena ada penyelesaian masalah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dengan kegiatan IPO perusahaan sangat berdekatan yakni PT Hillcon Jaya Sakti (HS) dengan PT Intraco Prima Servis, anak usaha PT Intraco Penta Tbk (INTA).

"Sebenarnya soal PKPU sudah selesaikan dalam waktu 4 hari karena memang bukan perkara kami, penundaan dilakukan karena timetable-nya saja yang sudah sempit," papar dia.

Baca Juga: Raksasa Smelter Indonesia Bidik Nikel Pomala-Morowali

Sesuai rencana, dana hasil IPO nantinya akan dipakai perseroan untuk memberikan pinjaman ke anak usaha, yaitu PT Hillcon Jaya Sakti (HS). Selanjutnya, HS akan menggunakan 55% dana tersebut untuk modal kerja dan 45% belanja modal.

Kinerja HILL
Dalam profil perusahaan dijelaskan bahwa pendapatan usaha perseroan terutama dihasilkan dari jasa pertambangan dan jasa konstruksi. Jasa pertambangan meliputi, antara lain jasa subkontraktor, jasa pertambangan, dan jasa ekskavasi batuan. Jasa konstruksi meliputi, antara lain, pekerjaan tanah, pembangunan jalan, dan daerah aliran sungai.

Pendapatan usaha mengalami kenaikan sebesar Rp 881,83 miliar atau 68,4%, dari Rp 1,28 triliun pada periode sembilan bulan yang berakhir tanggal 30 September 2021 menjadi Rp 2,17 triliun pada periode sembilan bulan yang berakhir tanggal 30 September 2022.

"Kenaikan itu terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan usaha dari jasa pertambangan, yang diimbangi oleh penurunan pendapatan usaha dari jasa konstruksi," ungkap Jaya

Baca Juga: Pengusaha Minta Pemerintah Investasi di Smelter Bauksit

Beban pokok pendapatan mengalami kenaikan sebesar Rp 827,30 miliar atau 108,2%, dari Rp 764,80 miliar pada 30 September 2021 menjadi Rp 1,59 triliun pada 30 September 2022.

Sementara laba bersih periode berjalan Hillcon per 30 September 2022 mengalami penurunan jadi Rp 260,42 miliar dari sebelumnya Rp 313,55 miliar di 30 September 2021.

"Sampai 30 September 2022, posisi aset HILL sebesar Rp 3,09 triliun, liabilitas Rp 2,23 triliun, dan ekuitas Rp 860 miliar," tandas Jaya.

Editor


Komentar
Banner
Banner