bakabar.com, JAKARTA - Konflik agraria akibat ekspansi bisnis perkebunan sawit kembali memakan korban. Pendekatan represif di wilayah konflik agraria yang sudah berlangsung lama kembali dipertontonkan aparat.
Kali ini masyarakat di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, yang menjadi korban tindakan brutal aparat keamanan untuk membekingi perusahaan.
Sedikitnya 20 orang warga dikriminalisasi, tiga orang tertembak, dua diantaranya kritis dan satu orang tewas di tempat.
Tercatat Saudara Gijik, warga Bangkal yang tewas akibat peluru tajam. Peristiwa naas tersebut terjadi Sabtu (7/10) saat Masyarakat bangkal melakukan aksi damai untuk menuntut tanah plasma mereka dari perusahaan perkebunan sawit, PT. Hamparan Masawit Bangun Persada I (PT. HMBP I) – bagian dari Best Group Agro International, milik keluarga Tjajadi.
Baca Juga: PPMAN Desak Pemerintah Bentuk Tim Pencari Fakta Independen untuk Kasus Seruyan
Peristiwa Seruyan menandakan Pemerintahan Jokowi tidak bergeming untuk merubah pola-pola penanganan aparat di wilayah konflik agraria yang selalu menggunakan pendekatan represif dan intimidatif dengan cara menurunkan barisan aparat keamanan.
Pemerintah tidak pernah belajar dari wajah buruk penanganan dan penyelesaian konflik agraria selama 9 (sembilan) tahun terakhir.
Catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), selama dua periode pemerintahan Presiden Jokowi (2015-2022) sudah tercatat 69 korban tewas di wilayah konflik agraria. Peristiwa yang terjadi di Seruyan ini semakin menambah daftar panjang korban tewas di wilayah konflik agraria.
Video Journalist: Tim Redaksi
Video Editor: Iskandar Zulkarnaen
Produser: Jekson Simanjuntak