bakabar.com, JAKARTA - Baru-baru ini terjadi dua kecelakaan yang melibatkan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dan mahasiswi di Cianjur.
Terlepas dari siapa yang benar dan salah, kejadian nahas tersebut disinyalir akibat kesalahan manusia (human error) di mana kedua pihak gagal mengantisipasi kecelakaan yang merenggut nyawa penerus bangsa.
"Berdasarkan sudut pandang safety (keamanan), kedua kecelakaan, mutlak karena gagalnya kedua belah pihak untuk mengantisipasi kecelakaan tersebut," ujar Pendiri Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu kepada bakabar.com, Selasa (31/1).
Menurutnya kondisi kegagalan mengantisipasi kecelakaan itu merupakan hal yang umum di Indonesia sehingga menjadi penyebab tingginya angka kecelakaan yang ada.
"Seperti kita lihat dari kasus ini, berdasarkan kronologi yang disampaikan pihak polisi, si pengendara motor harus bermanuver karena ada sesuatu di depan pengendara," ungkapnya.
Baca Juga: Grup Toyota Raih Penjualan Teratas secara Global pada 2022
Baca Juga: Kompolnas Pertanyakan Kejanggalan Kematian Hasya, Jasad Dibiarkan Terkapar
Lebih lanjut, ia menjelaskan akibat manuver tersebut, pengendara kehilangan kendali dan terjatuh, lalu terlindas mobil pensiunan polisi berpangkat AKBP tersebut.
"Karena gagal mengantisipasi kondisi yang ada, sehingga dia harus bermanuver tiba-tiba. Seharusnya indikasi pengemudi yang antisipatif, mereka tidak akan pernah melakukan pengereman mendadak," katanya menjelaskan akar masalah itu.
Begitu pula dengan pengemudi mobil yang disebutnya juga gagal mengantisipasi kondisi yang ada di depannya.
"Karena dia melihat bahwa ada sepeda motor di jalur lawan, bukan di jalurnya, dia (pengemudi mobil) berpikir itu (kondisinya) aman," imbuhnya.
Baca Juga: Catat! Ini Kriteria Subsidi Konversi Motor Listrik
Faktanya karena manuver tiba-tiba tersebut, motor itu jadi berada di jalan bersebrangan sehingga kecelakaan itu terjadi meski mobil dalam berada di kondisi yang sedang berjalan pelan.
"Mindset pengemudi mobil saat itu berada dalam kondisi aman dan nyaman, karena tidak ada kendaraan di depannya," tegas Jusri.
Ia mengatakan dalam konsep safety, pengemudi tidak boleh berpikir salah atau benar karena hal tersebut bukan domain atau haknya untuk menilai.
"Fokusnya hanya bagaimana dia berkendara secara aman dan selamat sampai tujuan," tandasnya.
Cara Meminimalisir dan Menanggulangi Kecelakaan
Sementara itu, Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana juga ikut memberikan penjelasan cara meminimalisir kejadian serta pelajaran yang bisa dipetik dari kecelakaan tersebut.
"Untuk meminimalisir bahaya kecelakaan para pengguna jalan harus menerapkan gaya berkendara gabungan antara hardskill (operasional, antisipasi) dan softskill (perilaku yang baik, kewaspadaan)," ujar Sony saat dihubungi bakabar.com hari ini.
Kedua pakar safety kebanggaan Indonesia itu pun sama-sama menekankan pentingnya peran pengemudi untuk mengetahui bahaya dan ancaman di jalan raya.
"Bahaya dan ancaman itu berbeda, bahaya tidak selalu mengancam. Pengemudi juga harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman yang ada," jelas Jusri memaparkan perbedaan bahaya dan ancaman.
Baca Juga: Bukan Mobil Audi A6, Keluarga Selvi Meyakini Pengemudi Mobil Innova Pelaku Tabrak Lari
Baca Juga: Kapolda Metro Jaya akan Bentuk Tim Pencari Fakta Tabrakan Mahasiswa UI
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa hal tersebut hanya bisa diperoleh dari pengetahuan.
"Mengemudi atau berkendara di jalan raya bukan sekedar soal keterampilan. Tapi soal pengetahuan, bagaimana dia punya komitmen tentang prioritas keselamatan, ketertiban, empati, dan seberapa antisipatifnya dia," tutup Jusri.