Surabaya - Ari Dwi Nanto anggota Brigade Mobil (Brimob) Porong menjadi saksi kedua dalam sidang Tragedi Kanjuruhan.Dalam kesaksiannya Ari Dwi mengatakan bahwa saat skor pertandingan antara Arema vs Persebaya 3-2, situasi sudah mulai memanas.
Saat itu suporter mulai riuh karen kecewa. Rasa kecewa tersebut dilampiaskan pada saksi dengan melempar bekas nasi bungkus, dan botol isi air kencing.
"Suporter sudah seperti kecewa. Mereka melampiaskan kekecewaan mereka pada kami dapat lemparan dalam bentuk nasi bungkus bekas. Bungkus popmie, botol isi air kencing. Kami bertahan, cuma baunya amis dan pesing itu," ujar saksi Ari Dwi, Kamis (9/2).
Baca Juga: Korban Tragedi Kanjuruhan Sambangi Senayan, Curhat Dampak Lahir-Batin
Ari menjelaskan, kedatangannya ke Kanjuruhan atas dasar perintah yang dituangkan dalam surat perintah dari dansat Polda Jatim.
Dia tiba di stadion Kanjuruhan sekitar pukul 14.30 WIB. Saat itu cuaca hujan sehingga apel dilakukan di tribun penonton VIP. Apel dipimpin langsung oleh Kapolres Malang.
"Dalam arahan Kapolres seingat saya dilarang membawa senjata api dan senjata senjata tajam bagi para aparat keamanan. Dilarang eksesif (berlebihan). Dan kita diminta menghadapi ancaman yang ada dengan kemampuan serta peralatan yang kita miliki," ujarnya.
Baca Juga: Tim Gabungan Aremania Minta Polri Investigasi Tragedi Kanjuruhan dengan Profesional
Saksi sendiri saat itu berada di ring dua yakni memeriksa dari pintu ke pintu penonton. Saat pertandingan memasuki menit ke 80, kita harus bergeser ring 1 menggantikan posisi Kompi Malang yang melaksanakan pengamanan. Pergeseran melalui pintu B samping selatan tribun VIP.
"Kita lewat pintu B karena bersamaan mengambil anggota per pos, kita juga lihat pintu tertutup yang terbuka hanya B jadi masuk situ," ujarnya.
Saat ditanya bagaimana situasi di luar stadion, saksi mengatakan banyak penonton di luar tapi tidak bisa masuk, padahal mereka memiliki tiket.
Baca Juga: Datangi Bareskrim, KontraS Bawa 2 Saksi Kunci Tragedi Kanjuruhan
Saat pertandingan sudah berakhir kata saksi, pemain Persebaya langsung lari ke loker atau ruang ganti tanpa adanya salaman dengan pemain lawan dan wasit seperti biasa.
"Disitulah kami lihat banyak lemparan ke pemain-pemain itu. Kemudian suporter turun ke lapangan berusaha memprovokasi suporter lain akhirnya di sektor selatan juga terprovokasi banyak yang turun kita himbau agar naik lagi keatas. Tapi karena desakan dari atas, mereka gak bisa kembali akhirnya turun bersamaan. Kita berusaha halau ke timur. Karena ada pintu besar dimungkinkan bisa kami dorong biar keluar dari stadion lewat itu. Ternyata pintu F besar itu tertutup," beber saksi.
Setelah itu lanjut saksi, penonton terkumpul di tengah lapangan depan lorong ruang ganti pemain. Sementara penonton yang lain terus turun ke timur, dan Brimob tidak ada yang jaga di situ karena Brimob difokuskan di sisi Utara dan Timur.
"Di posisi saya saat itu tidak ada Steward, tapi kita lihat dari kejauhan Steward menghalau suporter," ujarnya.