Gunung Sindoro

Sejarah Candi Pringapus, Penjaga Mata Air Lereng Gunung Sindoro

Daerah sekitar situs bersejarah Candi Pringapus adalah wilayah endapan lahar gunung Sindoro. Tanahnya sangat subur.

Featured-Image
Candi Pringapus (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, TEMANGGUNG - Daerah sekitar situs bersejarah Candi Pringapus adalah wilayah endapan lahar gunung Sindoro. Tanahnya sangat subur.

Menyusuri lereng Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung, pengunjung akan dimanjakan dengan hamparan kebun tembakau serta udara yang sejuk. Tak hanya itu, pengunjung juga akan menemui banyak peninggalan sejarah yang unik dan sayang untuk dilewatkan.

Salah satu peninggalan sejarah di Kabupaten Temanggung yang unik dan menarik untuk dipelajari adalah Candi Pringapus. Sesuai namanya, candi tersebut terletak di desa Priangapus, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Daerah situs Candi Pringapus dan sekitamya merupakan wilayah endapan lahar gunung Sindoro yang memiliki karakteristik tanah subur, sehingga sekitarnya digunakan untuk kebun oleh warga setempat.

Keunikan lain dari Candi Pringapus adalah lokasinya yang berada di tengah-tengah perkampungan penduduk dan diapit oleh kebun produktif milik masyarakat.

Baca Juga: Magelang Punya Candi Asu, Alternatif Wisata Selain Borobudur

Dibangun pada 850 Masehi

Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Rendra Agusta menuturkan, Candi Pringapus pertamakali disebut 1844 pada catatan peneliti asal Jerman, Junghuhn yang kala itu sedang melakukan penelitian di Pulau Jawa.

Berdasarkan catatan Junghuhn, adanya candi lain yang berdiri sekitar 300 meter dari Candi Pringapus yang bernama Candi Perot.

"Menurut catatan sejarah dan temuan benda arkeologi disekitarnya, Candii Pringapus memiiki luas 29,68 meter persegi dan dibangun sekitar 850 Masehi dengan dominasi komponen batu andesit," kata Rendra, Sabtu (15/7).

Selain itu, Rendra mengatakan, Candi Pringapus berasal dari zaman pemerintahan Dinasti Syailendra, di masa yang tidak jauh berbeda dengan pembangunan Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Rendra menjelaskan, Candi Pringapus pertamakali direstorasi dan dipugar oleh Dinas Purbakala Pemerintah Kolonial pada 1930.

"Dilihat dari bentuk bangunannya, Candi Pringapus berarsitek Hindu Syiwa dengan struktur bangunan menyerupai Mahameru atau tempat tinggal para dewata," tuturnya.

Hal tersebut terbukti dengan adanya arca Lembu Nandini, kendaraan Syiwa, dan relief hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa.

Menengok lebih dalam ke struktur Candi Pringapus, pengunjung bisa melihat satu buah candi, seperti Candi Bima yang ada di Banjarnegara.

Di sekitar Candi Pringapus dipenuhi rerumputan hijau yang biasanya dimanfaatkan pengunjung untuk duduk-duduk.

Baca Juga: Menikmati Secangkir Kopi Luwak dengan Pemandangan Candi Pawon

Terbuat dari Batu Andesit

Juru Kunci Candi Pringapus, Daryono menuturkan, bangunan bersejarah tersebut tersusun dari bebatuan andesit, yang terdiri dari 3 bagian yakni bawah, tengah dan atas.

"Bawah merupakan kaki candi atau Bhurloka, yang menyimbolkan dunia bawah atau dunia pendosa," kata dia.

Sedangkan bagian tengah, kata Daryono, merupakan badan candi yang disebut Burwaloka, yang menyimbolkan tempat orang-orang suci yang terbebas dari dosa.

"Bagian atas atau Swarloka, yang merupakan simbol alam atas yakni tempat bersemayamnya para dewa," tuturnya.

Daryono menjelaskan, Candi Pringapus mengahadap ke arah barat, dan di dalamnya terdapat arca Nandini yang merupakan sapi tunggangan dari Dewa Syiwa.

"Dalam candi tersebut terdapat arca lembu dalam posisi duduk. Di sebelah barat bangunan candi, di tepi 'sendang' (danau kecil) terdapat sebuah lingga dan arca sapi," ujarnya.

Menurut Daryono, penduduk setempat meyakini, arca sapi ini merupakan penjaga ketersediaan air sendang.

Sebab, salah satu keunikan sendang tersebut adalah airnya tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau berkepanjangan.

Editor
Komentar
Banner
Banner