Wisata Akhir Pekan

Magelang Punya Candi Asu, Alternatif Wisata Selain Borobudur

Berkunjugn ke Kabupaten Magelang, tak melulu Borobudur. Ada juga destinasi wisata menarik lain. Salah satunya Candi Asu.

Featured-Image
Candi Asu (Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Berkunjugn ke Kabupaten Magelang, tak melulu Borobudur. Ada juga destinasi wisata menarik lain. Salah satunya Candi Asu.

Bangunan bersejarah ini ada di antara ladang milik penduduk di sebelah barat lereng Gunung Merapi.

Tepatnya di tepian Sungai Tlingsing Pabelan, Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun. Atau sekitar 25 Km dari Candi Borobudur ke arah timur laut.

Baca Juga: Situs Candi Lumbung Magelang Bakal Dipindah

"Candi Asu merupakan Candi Hindu peninggalan Mataram Kuno. Bercorak Hindu dari Trah Wangsa Sanjaya pada masa pemerintahan Raja Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi 880 Masehi," kata juru pelihara Kompleks Candi Asu, Jumat, Sabtu (15/7).

Hal itu dibuktikan dengan adanya Prasasti Sri Manggala II, Kurambitan I dan Kurambitan II. Berada di sekitar Candi Asu.

Kata dia, penamaan Candi Asu diberikan oleh masyarakat sekitar. Karena saat ditemukan pertama kali oleh keturunan Belanda, bangunan bersejarah itu tak diketahui namanya.

Baca Juga: Mengenal Upanat, Sandal Khusus dari Daun Pandan untuk Naik ke Candi Borobudur

Saat ditemukan, terdapat arca lembu nandi yang sudah rusak. Sehingga bentuknya terlihat menyerupai anjing atau dalam Bahasa Jawa disebut asu. 

Menurut versi lain, masyarakat sebenarnya menyebut Candi Aso. Berasal dari kata Jawa; ngaso. Artinya istirahat. 

"Bisa dilihat, lokasi Candi Asu berada di tengah-tengah ladang. Sehingga dulu sering digunakan untuk beristirahat oleh penduduk sekitar yang mengolah lahan," tuturnya.

Mitologi Dewindani

Di Candi Asu, ada mitologi yang berkembang. Sebagian masyarakat Hindu meyakini, situs bersejarah itu adalah bentuk simbolis dari Dewindani yang dikutuk oleh dewa.

Dewindani adalah seorang putri raja berdarah ningrat. Namun dianggap tercela lantaran tak bisa mengendalikan gairah seksualnya yang meletup-letup.

Berdasarkan cerita tutur yang berkembang di masyarakat, walaupun sudah bersuami, Dewindani kerap berhubungan dengan pria lain. 

Karena perilakuknya itu, Dewindani dikutuk oleh para dewa. Menjadi seekor lembu dengan muka menyerupai asu (anjing).

Baca Juga: Menikmati Secangkir Kopi Luwak dengan Pemandangan Candi Pawon

Dari situ, Candi Asu Sengi lalu dibangun. Sebagai pengajaran kepada manusia agar tidak terjebak oleh jeratan seks bebas.

"Tetapi dalam hal ini tidak ada bukti otentik yang menuliskan cerita tersebut. Namun ada masyarakat yang percaya pada sejarah Dewindani," kata Jumat.

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Candi Asu, bisa datang membawa kendaraan pribadi. Karena tak ada transportasi umum yang menjangkau lokasi tersebut.

"Wisatawan yang berkunjung tidak dikenai biaya harga tiket masuk apapun alias gratis. Bisa belajar sekaligus refresing," pungkas Jumat.

Editor


Komentar
Banner
Banner