REKENING GENDUT. Main tambang ilegal. Bisnis narkoba. Sahabat Tuan Takur. Empat hal itu jadi SOP Kepolisian Negara Jahanam. Syukur, bukan Indonesia!
Sah-sah saja. Namanya juga SOP. Standar operasional prosedur. Artinya fesyen polisi di Jahanam memang begitu.
Apalagi, biaya hidup mereka mahal. Satu kemejanya saja, kalau dirupiahkan bisa sampai Rp11 juta. Polisi Indonesia tidak akan mampu bergaya seperti itu.
Lagipula, kepolisian Jahanam memang kelewat OP (overpower). Otoritasnya luas. Mencakup seluruh wilayah negeri. Mereka tak bisa diintervensi lantaran bekerja langsung di bawah presiden.
Baca Juga: Selain Kapolres Kotabaru, Ini Deretan Polisi Rekening Gendut
Memang ada juga lembaga yang tak bisa diintervensi kekuasaan lain di Wakanda. Seperti kehakiman dan kejaksaannya. Tapi masih tidak se-OP polisi.
Why? Polisi Jahanam bersentuhan langsung dengan masyarakat. Menertibkan, menindak, mengayomi dan melindungi. Termasuk jadi pelindung Tuan Takur.
Sedangkan kehakiman dan kejaksaan tidak. Tugasnya hanya sebatas mengadili dan menghukum. Mereka tak berinteraksi langsung dengan masyarakat luas.
Struktur organisasi kepolisian Jahanam memang sekuat itu. Otoritasnya di bawah presiden satu garis komando sampai level daerah hingga sektor. Sahabat yang menyenangkan bagi Tuan Takur.
Jauh sekali jika dibandingkan dengan kepolisian di Amerika Serikat. Di negara Joe Biden itu polisi di bawah otoritas daerah. Begitu sebutan sederhananya.
Baca Juga: Terseret Skandal Ismail Bolong, Eks Kapolda Kaltim Malah Promosi, Pengamat: Aneh
Lembaga kepolisian di Amerika didirikan berdasarkan kebutuhan wilayah dan negara bagian. Sebut saja seperti NYPD (New York), LAPD (Los Angeles) atau APD (Atlanta). Ketiganya di bawah otoritas wali kota setempat.
Atau ada juga Texas Ranger dan Pennsylvania State Police. Keduanya di bawah kendali kepala negara bagian.
Bahkan di sana ada juga polisi yang dipilih langsung oleh rakyat. Di tingkat kota disebut chief of police. Untuk desa; sheriff. Kalau di Indonesia, selevel dengan Kapolres dan Kapolsek. Di Jahanam, cari tahu sendiri.
Departemen dan lembaga-lembaga kepolisian itu tak terkoneksi. Tidak seperti di Wakanda yang satu garis otoritas dari level tertinggi hingga paling bawah.
Polisi di negeri Paman Sam hanya punya wewenang di wilayahnya. Itupun atas intervensi wali kota atau kepala negara bagian. Di tempat lain, mereka jelas tak punya taring.
Baca Juga: Perang Bintang di Vonis Mati Sambo, Castro: 'Iblis' Sebelah Tertawa
Kalaupun di Amerika ada polisi yang nakal, jelas atas perintah. Kalau bukan pesuruh mafia lokal, berarti mengamankan wali kota korup atau kepala negara bagian.
Memberantasnya mudah. Tinggal kirim FBI atau DEA. Dua lembaga ini berada di bawah Departemen Kehakiman. Jika di Indonesia, sebut saja Kementerian Hukum dan HAM.
Atau, bisa juga kirim agensi independen profesional. Seperti di film Fast and Furious. Maka masalah polisi korup dan Tuan Takur beres.
Kembali pada polisi di Jahanam. Di sini, cara-cara penanganan di Amerika tidak akan berlaku. Struktur kepolisian di negara ini terlalu kokoh.
Jika ada bawahan nakal, selama bagian dari komplotan, komandan-komandannya bakal mengambil peran. Yang penting setoran lancar. Posisi mereka terlalu agung. Selevel dengan penguasa wilayah.
Baca Juga: Tak Ada Tambang Ilegal di Km 171 Tanah Bumbu: Katarak!
Mengambil struktur di Indonesia, level bhabinkamtibmas di Wakanda nyaris setara dengan kepala desa. Bahkan lebih. Begitu juga di tingkatan seterusnya.
Sekarang coba bayangkan. Di salah satu desa di Jahanam, ada Tuan Takur nakal. Siapa kira-kira yang pertama kali dia dekati? Apakah polisi, atau kepala desa? Silakan jawab sendiri.
Begitulah polisi Jahanam. Mereka punya garis otoritas yang kokoh. Dari level desa, terkoneksi hingga pimpinannya di pusat pemerintahan.
Sekali lagi, untung polisi di Indonesia tidak begitu. Mereka terlampau sederhana. Paling banter, ngurusin orang kesurupan. Duitnya dikit.
Bayangkan saja jika polisi Indonesia seperti di Jahanam. Uh, banyak gulanya bosku. Manis. Jin Ifrit gunung bakal menyertai elu! Coba aja. Lumayan buat beli kemeja Rp11 juta.
Jadi, apa kesimpulan tulisan ini? Nothing. Silakan mainkan subjektivitas pikiran Anda sendiri. Jahanam adalah neraka paling terkutuk menurut kitab suci. (Fahriadi Nur)