bakabar.com, JAKARTA – Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKPU-UI) mengungkapkan alasan terjadinya kelangkaan MinyaKita di pasar tradisional.
Direktur Eksekutif LKPU-UI Ditha Wiradiputra menjelaskan kelangkaan terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah produksi dengan permintaan. Permintaan masyarakat terhadap kebutuhan MinyaKita sangat tinggi, sementara produksi terbatas sehingga mengakibatkan terjadinya kelangkaan.
Saat ini, pemerintah sedang menggenjot produktivitas MinyaKita untuk menyelesaikan masalah kelangkaan di pasaran.
“Jika bicara soal penimbunan menurut saya sudah tidak relevan lagi. Saat ini masalahnya ada di jumlah produksi,” ujarnya dalam Seminar Kajian Penegakan Hukum Persaingan Usaha Dalam Penjualan Minyak Goreng Kemasan Di Indonesia di Jakarta, Senin (3/4).
Baca Juga: Stok MinyaKita di Pasaran Mulai Stabil, Harganya Kembali Normal
Para pelaku usaha yang memproduksi MinyaKita ternyata memproduksi minyak goreng mereklain. Kebanyakan mereka memproduksi minyak goreng jenis premium. Imbasnya, banyak pelaku usaha yang mengurangi jumlah produksi MinyaKita, karena ingin mendorong mereknya bisa laku di pasaran.
“Karena masyarakat melihat harganya cukup signifikan, rasanya pasti nggak jauh beda, ya udah mereka beralih ke Minyakita,” ujar Dhita.
Pelaku usaha kemudian menggunakan modus penjualan baru dalam bentuk bundling. Caranya dengan menjual MinyaKita dalam satu paket bersama dengan minyak goreng merek lain.
“Tapi KPPU langsung melihat, mereka mengubah tidak melakukan praktik bundling karena KPPU tahu. Jadi saya tidak melihat adanya penimbunan, tapi karena produksinya terbatas,” paparnya.
Baca Juga: Mendag Zulhas Klaim Stok MinyaKita Aman Jelang Ramadan
Pada kesempatan yang sama, ahli ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Banu Muhammad memastikan tidak ditemukannya bukti penimbunan.
“Pemerintah melihat ‘oh perlu menambah produksi’, ya ayo ditambah karena secara bahan baku kita nggak kekurangan, CPO (minyak sawit mentah) kita relatif melimpah,” Jelasnya.
Momen Ramadan dan jelang hari raya Idulfitri telah mengakibatkan permintaaan MinyaKita meningkat. Peningkatan itu, kata Banu, harusnya bisa diprediksi dan diantisipasi jauh-jauh hari.