bakabar.com, JAKARTA - Polemik kelangkaan MinyaKita perlahan mulai mereda. Memasuki hari pertama bulan Ramadan, stok dan harga minyak goreng besutan pemerintah itu kembali normal di pasaran.
Pantauan bakabar.com di Pasar Kranggan Jatisampurna dan Pasar Induk Kramat Jati, MinyaKita berjejer rapi. Keberadaannya mudah ditemukan di setiap sudut toko sembako di kedua pasar induk tersebut.
Para pedagang kembali menjual harga minyak goreng sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Kholifah (26) pedagang sembako di Pasar Kramat Jati mengaku mendapatkan stok MinyaKita, minyak goreng murah tidak sesulit sebelumnya. Keberadaannya juga melimpah di tingkatan grosir.
Baca Juga: Mendag Zulhas Klaim Stok MinyaKita Aman Jelang Ramadan
"Kalau sekarang Alhamdulilah sudah engga susah lagi buat cari barangnya. Jadi kan harganya juga murah. Kalau barangnya engga langka," jelasnya saat dijumpai di pasar Kramat Jati, Kamis (23/3).
Namun, dirinya berharap agar kelangkaan tidak terjadi lagi pada saat menjelang lebaran. Bukan hanya pada minyak murah, tetapi terhadap bahan pokok lainnya, seperti telur dan beras.
"Cuma kalau bisa pemerintah jaga terus sampe lebaran. Gak cuma minyak tapi beras, telur, semuanya. Jangan sampe deh pas lebaran barang pada langka lagi," imbaunya kepada pemerintah.
Sri (41) pedagang sembako di pasar Kramat Jati juga mengharapkan hal serupa. Dia meminta pemerintah untuk mampu menjaga kestabilan dan ketersediaan pasokan hingga hari raya Idul Fitri.
Baca Juga: Kelangkaan Minyak Subsidi MinyaKita Meluas hingga Jambi
"Udah aman buat minyak. Saya kan jualnya minyak, beras, gula, telur. Gak cuma saya pasti yang berharap harga terus stabil. Tapi semua pembeli juga sama berharap harga stabil, barang aman," ungkap Sri.
Sementara itu di Pasar Kranggan Jatisampurna, Rehan (18) pedagang sembako mengaku menjual MinyaKita dengan harga eceran Rp.14500/liternya. Itu sebagai dampak dari semakin normalnya stok di pasaran yang ternyata dibarengi dengan harga yang bervariasi.
"Udah hampir sebulanan ini stok mulai kembali normal. Tapi alasan saya jual lebih tinggi dari harga eceran karena dapetnya juga lebih tinggi. Walaupun engga setinggi sebelumnya yang sampai Rp16500-Rp17000," ungkap Rehan.
Mengaku tidak meraup untung banyak, ia menjual hanya dengan marjin keuntungan yang tipis dengan harapan modal cepat kembali. "Jadi misalnya dapet harga beli Rp14000. Nah saya jual Rp 14500. Cuma ambil untung 500. Yang penting cepat lakunya. Kan yang jualan banyak di pasar," terang Rehan.
Baca Juga: MinyaKita Langka di Pasaran, Ini Penyebabnya!
Berbeda dengan Rehan, pedagang lainnya mengeluhkan harga minyak goreng murah yang belum stabil di Pasar Kranggan. Karena itu, mereka berharap kestabilan stok minyak goreng benar-benar dijaga oleh pemerintah.
"Harga udah termasuk aman. Tapi masih belum bisa jual normal HET-nya. Soalnya kita disini dapetnya juga lebih tinggi ya, walaupun ga jauh banget," ungkap Aan, pedagang sembako kepada bakabar.com.
Pentingnya menjaga kestabilan stok, menurut Aan, sangat diperlukan demi menghindari potensi kenaikan harga. "Ya udah tugasnya pemerintah buat menjaga barang biar engga langka. Karena kalau barang langka, ujung-ujungnya harganya engga ngotak," jelasnya.
Baca Juga: Tok! Pemerintah Batasi Pembelian MinyaKita 2 Liter Per Orang
Sebelumnya, produk minyak goreng andalan pemerintah, MinyaKita mulai ikutan langka di pasaran. Kelangkaan bahkan terjadi sejak awal tahun dan memicu kenaikan harga di tingkat pengecer.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengeklaim Minyakita terlalu sukses sehingga meningkatkan permintaan produk tersebut. Kedua, indikasi peredaran MinyaKita salah sasaran, akibat aksi curang dari para pemain besar. Mereka, kata Zulhas, telah mengemas kembali minyak goreng premium dengan label Minyakita.