Tokoh Inspiratif

Meresapi Gelap dan Sunyi Dunia dari Ketegaran Helen Keller

Helen Keller adalah seorang penyandang tunarungu dan tunanetra. Sepanjang hayatnya, dia terus belajar memandang dunia di tengah kegelapan dan kesunyian.

Featured-Image
Tokoh inspiratif Helen Keller (Foto: dok. Kompas)

Mengeyam Pendidikan Tinggi

Selang tiga tahun usai bertemu dengan Sullivan, Keller mengungkapkan bahwa dirinya ingin belajar berbicara.

Saat berusia 10 tahun, dia mulai mengenyam pendidikan formal di Horace School for the Deaf and Hard of Hearing di Boston.

Baca Juga: Twitter Hadirkan Ikon-Ikon Baru, Bikin Cuit Makin Gaya

Sedari kecil, Keller selalu ingin merasakan pendidikan tinggi. Dia pun mempersiapkan diri untuk berkuliah, sampai akhirnya benar-benar menjadi mahasiswa di Radcliffe College pada 1900. 

Empat tahun kemudian, Keller menerima gelar cum laude Bachelor of Arts di usia 24 tahun. Dia menjadi orang buta dan tuli pertama yang memperoleh gelar tersebut.

Menjadi ‘Pendobrak’ Difabel

Bukan sekadar menyandang gelar akademis, Keller terus mengembangkan keterampilan yang tak pernah dilakukan orang sepertinya: menulis tentang kebutaan.

Buku Helen Keller (Foto: dok. Fatinah Munir)
Buku Helen Keller (Foto: dok. Fatinah Munir)

Dia juga menulis beberapa buku, seperti The Story of My Life (1903), Optimism (1903), The World I Live In (1908), My Religion (1927), Helen Keller's Journal (1938), dan The Open Door (1957).

Tak berhenti di situ, Keller melebarkan sayapnya ke ranah politik. Tepatnya pada paruh abad ke-20, dia mulai aktif menyoroti isu sosial dan politik, antara lain hak pilih bagi perempuan, perdamaian, dan pengendalian kelahiran.

Baca Juga: Bunda Corla Dikira Transgender Gegara Suara Berat, Benarkah Pengaruh Rokok?

Keller pun tak segan-segan menyuarakan peningkatan kesejahteraan bagi tunanetra di depan Kongres.

Semangatnya dalam memperjuangkan hak difabel semakin membara, terlebih ketika dirinya bergabung dengan American Federation for the Blind (AFB).

Akhir Perjalanan Helen Keller

Tahun demi tahun berlalu, Keller terus membawa inspirasi bagi banyak orang. Sayang, perjalanan mulianya mesti terhenti saat usianya hendak memasuki 88 tahun.

Beberapa pekan sebelum ulang tahun ke-88, tepatnya pada 1 Juni, Helen Keller meninggal dunia.

Baca Juga: iPhone 14 Series Sudah Bisa Dipesan di Indonesia, Simak Harganya

Abunya lantas diletakkan di samping teman dekatnya, Anne Sullivan, di St Joseph's Chapel of Washington Cathedral.

Meski telah lama berpulang, nama Helen Keller selalu dikenang. Kesuksesan di tengah keterbatasan itu membuat sosoknya dikenal sebagai aktivis yang disegani banyak orang. 

Darinya, manusia belajar, kekurangan bukanlah akhir kehidupan. Sebagaimana kata pepatah, “Ada banyak jalan menuju Roma.

Editor


Komentar
Banner
Banner