Sejarah

Menyusuri Sejarah Industri Musik Indonesia di Lokananta

Saat mengunjungi Lokananta, pengunjung dapat melihat berbagai rekaman yang diproduksi oleh Lokananta, mulai dari gending, keroncong, dan genre musik lainnya.

Featured-Image
Galeri Lokananta (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, SOLO - Deretan piringan hitam berjajar rapi pada sebuah rak di sudut ruangan. Setiap piringan menyimpan banyak lagu yang salah satunya merupakan bukti sejarah industri musik Indonesia.

Pada sudut lain, tersimpan sebuah gramaphone yang tak lagi hidup. Namun gema lagu-lagunya masih berkumandang pada setiap lorong-lorong mengisi setiap sudut dengan alunan musik merdu.

Ruangan pada gedung tua yang pernah terabai itu kini memang telah menjelma menjadi primadona baru kota. Gedung itu bernama Lokananta, bangunan yang menjadi saksi geliat industri musik di Indonesia.

Pemandu Tour, Tatag Teja menuturkan, Gedung Lokananta didirikan sejak 29 Oktober 1956, oleh salah seorang pejuang Indonesia dan Menteri Olahraga era pemerintahan Ir. Soekarno, R. Maladi.

Baca Juga: Hari Pertemanan Sedunia: Memupuk Persatuan dan Kesepahaman Antar Manusia

"Lokananta telah menjadi salah satu ikon dalam industri musik dan rekaman di Indonesia," kata Teja, Jumat (28/7).

Sebab, Lokananta menjadi saksi perilisan lagu-lagu wajib perjuangan Indonesia Seperti Indonesia Raya, Bagimu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa, dan Rayuan Pulau Kelapa.

"Lokananta juga menjadi saksi proses rekaman penyanyi keroncong legendaris, Waldjinah, dan Orkes Bintang Surakarta," ujar  Teja.

Tak hanya itu, Teja mengatakan, pada 2012 hingga 2015, para artis tanah air mulai merekam karya lagu-lagu mereka di Lokananta seperti Glen Fredly, White Shoes and The Couple Company, hingga band aliran ska ternama asal Jogja, Shaggydog.

Baca Juga: Umat Buddha Rayakan Upacara Apihoma Tantrayana Zhenfozong Borobudur

Meski sempat terabaikan puluhan tahun, Lokananta kini telah bertransformasi semenjak direvitalisasi. Ruangan yang dulu sepi kini dipermak menjadi lebih bergaya masa kini namun tidak menghilangkan kesan klasik.

Saat mengunjungi galerinya, pengunjung dapat melihat berbagai rekaman yang diproduksi oleh Lokananta, mulai dari gending, keroncong, dan genre musik lainnya.

Menurut penelusuran Apahabar.com pada Jumat (28/7), galeri Lokananta terbagi menjadi 9 ruang, mulai dari galeri linimasa, gamelan, diskografi, begawansolo, anekanada, proklamasi, ruang pamer, pustaka, dan toko lokananta.

Galeri Lokananta berlokasi di kompleks Studio Lokananta dan Lokananta bloc di Jalan Ahmad Yani No. 389, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Baca Juga: Mengenal Benteng Vastenburg, Situs yang Merekam Pakubuwono II dan Sejarah Solo

Bagi yang penasaran ingin mengunjunginy, Galeri Lokananta buka pada hari Rabu hingga Senin mulai pukul 10.00 WIB - 16.00 WIB.

Sementara pada hari Selasa, Galeri Lokananta akan tutup. Sesi kunjungan di Galeri Lokananta pun dibuka terbatas dengan tiga sesi kunjungan setiap harinya, yaitu pukul 10.00, 12.00, dan 14.00 WIB.

Pengunjung Galeri Lokananta akan dikenakan tiket yang harus dipesan secara daring terlebih dahulu. Namun demikian, pengunjung tidak bisa datang dan membeli tiket Galeri Lokananta di tempat.

Baca Juga: WRI Indonesia 'Muda Melangkah,' Ruang Anak Muda Peduli Lingkungan

Hanya pengunjung yang telah melakukan registrasi daring sebelumnya dan membayar tiket yang bisa masuk. Registrasi secara daring dibuka mulai pukul 07.00 WIB pada hari kunjungan, sehingga pengunjung tidak dapat memilih tanggal.

Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, tiket masuk Galeri Lokananta dapat diperoleh dengan harga Rp 25.000 dan dibayarkan dengan metode non tunai saat registrasi di loket yang tersedia.

Editor


Komentar
Banner
Banner