Apahabar.com, MAGELANG - Sejumlah penganut agama Buddha di Indonesia saat ini tengah menyelenggarakan Upacara Apihoma Tantrayana Zhenfozong Borobudur 2023.
Upacara itu diadakan oleh Majelis Agama Buddha Tantrayana Satya Buddha Indonesia (Madha Tantri) dan Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan Indonesia (Majelis ZFZ Kasogatan).
Upacara yang diikuti oleh sejumlah penganut agama Buddha tersebut, diselenggarakan di Candi Borobudur, Jawa Tengah pada Sabtu, 29 Juli 2023 yang diikuti ribuan peserta.
Upacara akbar itu mengusung ritual khas Tantrayana, yakni memberikan persembahan melalui media api (apihoma). Acara dilaksanakan bertepatan dengan bulan Suro 1957, awal tahun yang disucikan masyarakat Jawa.
Baca Juga: Asalha Puja Borobudur Bakal diikuti 5.000 Umat Buddha se-Indonesia
Rangkaian kegiatan itu diharapkan sebagai titik mula kebangkitan kembali ajaran Tantra di tanah Nusantara yang juga sejalan dengan amanat pemerintah Republik Indonesia (RI).
Amanat tersebut tertuang dalam Nota Kesepakatan Empat Menteri tahun 2022 untuk menjadikan Borobudur sebagai pusat pariwisata spiritual bagi umat Buddha dunia.
Sebagai informasi, Puja apihoma adalah ritual sakral aliran Tantra di mana semua bahan sebagai simbol ketulusan hati para umat dipersembahkan kepada para makhluk suci melalui media api.
”Upacara dipimpin oleh empat orang Acarya atau Mahabhiksu menghadap empat penjuru dengan Adinata yang dipuja yaitu Buddha Sakyamuni," kata Ketua Panitia Upacara Apihoma Tantrayana Zhenfozong Borobudur 2023, Yusuf Sumartha.
Baca Juga: Umat Buddha Semringah Lepas Masker saat Beribadah di Vihara
Lebih lanjut, ia menuturkan, upacara Apihoma dapat menjadi penyalur jasa kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, agar dijauhkan dari segala bentuk bencana, rakyat senantiasa aman sejahtera dan makmur sentosa.
"Kita juga menyalurkan jasa agar umat Buddha di Indonesia memperoleh berkah dan kebijaksanaan, memiliki sradha yang kokoh, disiplin dalam sila, mengembangkan Bodhicitta dalam menapaki jalan Bodhisattva,” ujarnya.
Terlebih, Candi Agung Borobudur yang didirikan Wangsa Sailendra pada abad ke-9 adalah mahakarya kebudayaan Buddha di Jawadwipa yang berskala dunia.
Arsitektur candi yang berdesain bukit bersusun atau bumi sambhara, memetakan kosmologi Buddhisme tentang dunia samsara yang terbagi atas alam kama (nafsu), alam rupa (bentuk), dan alam arupa (tanpa bentuk).
Baca Juga: Hari Pertemanan Sedunia: Memupuk Persatuan dan Kesepahaman Antar Manusia
Dilihat dari atas, Borobudur dibangun sebagai Mahamandala Tantra dengan Pancadhyani Buddha (Buddha Lima Penjuru) pada tingkatan Nirwana.
Menurut para sejarawan, Borobudur dipercaya sebagai pusat ibadah Mahayana – Tantrayana pada zamannya yang membawa Buddhadharma ke puncak kejayaan di tanah Jawa dan Asia Tenggara.
Upacara Apihoma Tantrayana Zhenfozong Borobudur 2023 dihadiri oleh sembilan Acarya dengan peserta total lebih dari 1200 orang dari seluruh pelosok dalam dan luar negeri seperti Singapura, Australia, Malaysia, Taiwan.
Peserta umat Tantra Indonesia berasal dari Provinsi Lampung, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kota Salatiga, serta Kabupaten Malang juga turut memeriahkannya.
Baca Juga: Jadwal Padat? Olahraga Hanya di Akhir Pekan Tetap Bermanfaat Lho!
Acara juga dimeriahkan suguhan kesenian karawitan serta pagelaran seni 'Sang Purnaning Puja' yang ditampilkan sekolah minggu Prajna Bakti, Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya, Lamuk, Temanggung.
Sang Purnaning Puja berarti puja penghormatan terakhir dan yang tertinggi, diadaptasi dari Lalitavistara. Karya tersebut mengisahkan Sang Tathagata menjelang parinirwana memancarkan proyeksi astral sosok Dharmapala Ucchusma untuk menaklukkan salah satu dewa di alam Brahma.
Sementara itu, sesi ritual menampilkan paduan doa-doa berbahasa Jawa dan mantra atau dharani Sanskerta. Kemudian acara ditutup dengan pradaksina para peserta mengelilingi candi Borobudur.
Yusuf Sumartha turut mengapresiasi kehadiran dari sejumlah pihak termasuk Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag, Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)
”Serta Taman Wisata Candi Borodudur sehingga acara ini dapat terselenggarakan dengan baik. Besar harapan, ritual ini dapat diadakan secara rutin dan menjadi kegiatan tahunan di Candi Borobudur," pungkas Yusuf Sumartha.