bakabar.com, BANJARBARU – Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarbaru memberi penjelasan terkait persiapan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Banjarbaru.
Walikota Banjarbaru, Nadjmi Adhani, menyampaikan PSBB adalah upaya memperkuat pengaturan kegiatan penduduk dengan penegakan hukum.
“Harapannya untuk memutus mata rantai penularan dari dalam dan dari luar daerah,” ujarnya malalui video yang di-upload di Instagram miliknya beberapa hari lalu.
Ia juga menggambarkan akan adanya penurunan orang dalam pemantauan atau ODP dan pasien dalam pengawasan (PDP) jika PSBB dilaksanakan.
“Apabila PSBB dilakukan maka ada 9 pintu masuk yang kita jaga selama 14 hari. Kita fokus penanganan di dalam. Nah, aktifitas di dalam berkurang, kemudian fokus mencari ODP. PDP juga kita cari,” jelasnya.
Itu dilakukan agar ODP turun, karena tidak ada lagi orang masuk ke Banjarbaru. Cara itu juga digunakan agar orang yang dalam status PDP dapat segera sembuh.
Lantas bagaimana persiapan jaring pengaman sosial (JPS) bagi warga?
Dia mengatakan Pemkot Banjarbaru telah menyiapkan bantuan bagi warga kurang mampu dan yang terdampak. Jumlahnya sekira 27 ribu kepala keluarga (KK).
“Jika disetujui Insyaallah kita siap melaksanakan,” tambahnya.
Dia juga menyebutkan istilah “senyap tapi terasa”. Pemkot Banjarbaru mengklaim lebih mengutamakan kinerja penanganan Covid-19 daripada ekspos ke masyarakat. Pemkot Banjarbaru, lanjut dia, tidak perlu gembar gembor melakukan pencitraan untuk penanganan Covid-19.
“Kita pergerakan senyap, tapi masyarakat merasakan yang kita lakukan. Di pasar kita buat sosial dan psycal distancing ada petakannya. Pedagang sekarang sudah pakai masker semua, perlengkapan cuci tangan sudah kita hambur, sekarang di depan warung saja ada buat cuci tangan,” ungkap Nadjmi.
Terakhir, ia mengatakan suksesnya penanganan Covid-19 ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggung jawab masyarakat agar bisa terlaksana dengan baik.
“Aplikasi lapor ada. Kalau ada yang kurang laporkan saja, karena kita ingin baik,” sambungnya.
Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Puja Mandela