bakabar.com, TEMANGGUNG - Sego Megono adalah kuliner populer di lereng Gunung Sumbing
Cahaya matahari belum sepenuhnya bersinar, namun dapur-dapur di bumi tembakau itu sudah menggeliat. Asap dari tungkunya mengepul, mengeluarkan aroma gurih kelapa parut dan nasi yang baru saja masak.
Saat anak-anaknya masih tidur, Suyanti (60) sudah sibuk merebus kuluban sayur untuk ditata pada tampah dan dijual di tepi jalan raya.
Ia sudah melakoni pekerjaan sebagai pembuat dan penjual sego megono 40 tahun lamanya.
Sego Megono adalah khas lereng Sumbing yang terbuat potongan nangka muda dengan perpaduan kelapa parut yang dibumbui dan menciptakan citarasa gurih manis.
Tepat pukul 04.30 WIB, Suyati memboyong dagangannya ke tepi jalan raya Parakan, tepatnya depan Rumah Sakit Kristen (RSK) Ngesti Waluyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Suyati membawa dagangannya seorang diri, dengan diantar ojek, menuju tempat yang sudah menghidupi lebih dari separuh usianya.
Setiap harinya, Suyati menghabiskan kurang lebih lima kilogram beras untuk diolah menjadi sego megono dan lima kilogram jagung untuk ditumbuk menjadi sego jagung.
Dua kuliner masterpiece yang hanya bisa ditemui di kawasan Kedu dan sekitarnya tersebut tak pernah sepi pembeli.
Tak hanya dari kawasan Temanggung, pelanggan Suyati juga datang dari berbagai daerah sekitar maupun penumpang perjalanan yang kebetulan melintas.
Sebab, tempat Suyati berjualan merupakan jalur utama menuju Jakarta dan perbatasan arah Wonosobo.
Selain campuran kelapa, sayur nangka dan daun ketela, Suyati juga menyediakan peyek iwak kali (peyek ikan sungai), tempe gembus, tempe mendoan, hingga aneka krupuk sebagai pendamping pelengkap untuk menyantap sego megono.
Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, seporsi sego megono lengkap dengan lauk tempe gembus dan peyek dibanderol dengan harga mulai dari Rp 4.000 saja.
Suyati menuturkan, ia sengaja tak mengambil untung terlalu banyak, yang penting cukup untuk makan sehari-hari.
"Setiap hari habis, tidak pernah sisa, sego megono dan sego jagung ini cocok untuk sarapan, banyak anak sekolah yang mampir dulu sebelum berangkat," kata Suyati saat ditemui Apahabar.com, Senin (18/9).
Ibu tiga orang anak itu mengaku tak merasa kesulitan meski harus bangun pagi-pagi buta dan mempersiapkan dagangannya sendiri.
"Anak-anak sudah menikah semua, sembari mengisi waktu dan untuk hidup, juga supaya nasi megono tetap ada yang melestarikan, karena ini cuma ada di daerah sini," tuturnya.
Sego megono dikenal sebagai hidangan khas Pemalang dan sekitarnya, sedangkan sego jagung dikenal sebagai hidangan khas Madura dan Jawa Timur. Namun mungkin Suyati jadi satu-satunya penjual kuliner khas tersebut di sekitar Temanggung.
Sejak usia Suyati masih belia, ia memang sudah diajarkan oleh ibunya untuk mengolah nasi megono sehingga sudah terampil dalam meracik dan menata dagangannya.
"Sampai di tempat dagang jam 5, nanti jam 8-9 an sudah habis, lalu kulakan bahan untuk besok, kalau sudah selesai pulang," paparnya.
Hal itulah yang membuat sego megono dan sego jagung terasa fresh dan selalu baru, sebab ia tak pernah menyimpan atau menyetok barang dalam jumlah banyak.
Bagi pengunjung yang penasaran ingin mencicipi nasi megono dan sego jagung, bisa datang ke tempat berjualan Bu Suyati Jalan Pahlawan, Jubug, Wanutengah, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Pengunjung bisa datang ke lapak Suyati pukul 05.00 hingga 8.00 WIB agar tidak kehabisan.