Low Tuck Kwong

Membandingkan Kekayaan Raja Batu Bara dengan APBD Kaltim

Low Tuck Kwong tengah ramai diperbincangkan, karena memiliki kekayaan setara Rp 392 triliun, lalu bagaimana jika dibandingkan dengan APBD Kaltim.

Featured-Image
Low Tuk Kwong bos batu bara. Foto: dok. MonitorIndonesia

JANGAN “STROKE”

Di tengah pertumbuhan ekonomi yang bagus itu, Aji Sofyan mengungkapkan adanya situasi yang paradoks. Tingkat pengangguran di Kaltim relatif tinggi, yaitu 6,83 persen di atas angka nasional 5,6 persen dengan angka kemiskinan sekitar 6,27 persen.

"ia menggambarkan tingkat pengangguran itu seperti tensi darah,"Imbunya.

Kondisinya relatif tinggi. Jadi perlu dijaga agar potensi “stroke” tidak terjadi. Caranya, membuka peluang kerja di akar rumput melalui penguatan home industry dan UMKM.

Dari analisis Aji Sofyan, tingkat pengangguran yang tinggi juga akibat sebagian perusahaan belum pulih betul dari dampak Covid-19. Diperkirakan baru 40 persen yang full produksi atau aktif.

"Bahkan ada yang sudah collapse, sehingga masih ada yang dirumahkan atau belum mendapatkan pekerjaan," ungkap Rizal.

Angka pengangguran itu punya korelasi cukup erat dengan angka kemiskinan. Ada kecenderungan jika angka pengangguran naik, maka angka kemiskinan juga relatif naik. Maklum kalau tidak bekerja, ya tidak ada pendapatan. Itu relevan dengan teori kemiskinan yang berasal dari pendapatan per kapita atau disposable income, pendapatan yang siap dibelanjakan.

terminal khusus batu bara
Aktivitas loading batu bara dari stockpile ke tongkang di terminal khusus PT Talenta Bumi di Kecamatan Bakumpai. Foto: Talenta Bumi

"Aji juga mengungkapkan tipikal kemiskinan di Kaltim, yang dikatakannya terjebak dengan narasi 'Kaltim daerah kaya'," ujar Rizal.

Maka pendatang dari luar ramai-ramai datang ke daerah ini. Dikira ada pekerjaan dan mudah mendapatkannya. Ternyata tidak semuanya benar. Akibatnya terjadilah kemiskinan yang berasal dari migrasi penduduk.

Kemiskinan dari migrasi penduduk membawa banyak persoalan, mulai soal kependudukan, permukiman, dan masalah sosial lainnya. Jarang mereka membawa surat pindah dan bahkan tidak punya KTP. Tinggal di gubuk atau rumah liar dengan sanitasi yang tidak sehat. Pendidikan dan kesehatan anak-anaknya sangat terbatas.

Perlu juga dilakukan kerjasama dan sosialisasi ke daerah asal mereka, bagaimana menjadi warga migrasi yang ideal dan smart. Mulai dipersiapkan modal pendidikan dan kompetensi yang cukup, kelengkapan administrasi kependudukan (apalagi sudah mendekati pemilu agar tidak kehilangan hak coblos), sampai urusan yang lain.

Menurut saya, perlu juga dibangun paradigma baru dalam mengukur kemajuan Kaltim dari tahun ke tahun. Dasarnya selama ini napas dan oksigen yang memacu jantung Kaltim hampir sebagian besar dari SDA. Jadi keteter SDM-nya. Karena itu orientasi ke depan harus habis-habisan atau bahkan mati-matian investasi ke sektor pendidikan dan kualitas SDM. Itu yang harus diukur lebih intensif.

Jangan ada lagi anak-anak kita yang harus menangis tersedu-sedu karena berebut bangku sekolah. SMK harus banyak dibangun. Universitas dan perguruan tinggi kita di daerah harus sama hebatnya dengan kualitas yang ada di Jawa bahkan dunia. Harus banyak kader-kader kita mengisi Ibu Kota Nusantara (IKN). Masa ibu kotanya di sini, tapi yang ngurusi orang jauh.

"Selamat datang Tahun Baru 2023. Dirgahayu Kaltim ke-66. Tepat tanggal 9 Januari 2023 nanti, kita rayakan HUT ke-66 Provinsi Kalimantan Timur. Ruhui Rahayu, rukun dan damai warganya," tutupnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner