bakabar.com, CIANJUR - Kisah Kakek Munir (83) penjual rujak beubek di Kota Cianjur layak dicontoh sebagai pejuang keluarga yang tak mau kalah dalam menghadapi kerasnya hidup.
Di usia yang tak lagi muda, kakek asal Kampung Cadot, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur itu masih kuat berjualan mengumpulkan rejeki demi sesuap nasi.
Kakek yang badannya sudah membungkuk dengan rambut memutih itu tetap setia dengan pikulan rujak yang ia bawa dari rumahnya, sejak pukul 08.00 pagi.
Meskipun raut wajahnya sudah keriput, kakek Munir tak pernah patah semangat dalam menjalani hidup. Ia telah bertekad untuk setia mencari rejeki demi dapur bisa ngebul dan bisa berkumpul bersama keluarga.
Baca Juga: Pedagang Roti Pasar Brahrang Binjai Sebut Jokowi Presiden Terbaik
Saat ini, kakek Munir mempunyai empat orang anak dengan 11 cucu yang hidup berdampingan dengan dirinya. Dengan anggota keluarga sebanyak itu, ia ingin menjadi contoh. Ia tidak ingin menjadi batu sandungan.
Itu sebabnya, Munir berupaya untuk tetap mencari nafkah, minimal demi menghidupi dirinya dan istri. Jika ada rejeki, tak segan ia pun membagikannya kepada cucu-cucu.
Kepada bakabar.com, Munir bercerita jika semangatnya berdagang telah terpatri sejak muda. Seingatnya, sejak era pemberontakan DI TII di tahun 1960.
"Dulu zaman pemberontakan DI TII saya mengungsi ke kota dari Cianjur Selatan," ujar Munir ditemui di kawasan Jalan KH Abdullah Bin Nuh pada Kamis (31/8) siang.
Baca Juga: Meresahkan! Jelang Ultah, Ormas Minta Pedagang Patungan Rp100 Ribu
Jika dihitung-hitung, sudah beragam jenis makanan yang ia jajakan secara berkeliling. Terakhir, ungkap Munir, ia berdagang eskrim sebelum akhirnya memilih menjual rujak beubek pikul.
Ketika memilih berjualan rujak beubek, Munir harus memikul dagangan seberat 30 kilogram setiap hari. Beban seberat itu, sebenarnya menjadi kendala, karena usia dan fisik Munir tidak lagi muda.
Setiap hari, Munir harus menempuh jarak yang jauh dari kampungnya menuju Kota Cianjur dengan berjalan kaki. Di kota Cianjur, ia mengaku sering mangkal di kawasan bunderan Hypermart.
Baca Juga: Starling: Pedagang Kopi Keliling yang Eksis di Jakarta
Di tempat itu, jika sedang bernasib baik, Munir bisa mengumpulkan penghasilan sebesar Rp200 ribu sepanjang hari. Menurutnya, pendapatan sebesar itu, cukup untuk menghidupi dirinya dan sang istri yang juga sudah renta.
"Biasanya habisnya dalam waktu empat hari. Sehari pulang pergi jalan kaki paling dapat Rp200 ribu," jelasnya.
Untuk bisa tiba di bundaran Hypermart, Munir menempuh jarak sejauh 10 kilometer dengan waktu tempuh dua jam berjalan kaki. Selama melakukan perjalanan itu, ia tidak menampik jika dagangannya banyak dibeli oleh orang yang lewat
"Biasanya di jalan ada yang membeli agar bisa sambil beristirahat memikul," tandasnya.