Peristiwa & Hukum

Keluarga Sangsi Terdakwa Bendungan Tapin Meninggal di Rumah Sakit

Sang kakak, Achmad Zulkani sangsi adiknya meninggal dunia di Rumah Sakit Suaka Insan.  Dia curiga Rizaldy dibawa dari Lapas sudah dalam kondisi tak bernyawa.

Featured-Image
Proses pemakaman Achmad Rizaldy di Kandang, HSS. Foto: Zulkani untuk apahabar.com

bakabar.com, BANJARMASIN - Keluarga Achmad Rizaldy menduga ada kejanggalan dalam kematian terdakwa perkara dugaan korupsi pengadaan tanah Bendungan Tapin itu.

Sang kakak, Achmad Zulkani sangsi adiknya meninggal dunia di Rumah Sakit Suaka Insan.  

Dia curiga Rizaldy dibawa dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Banjarmasin ke rumah sakit sudah dalam kondisi tak bernyawa.

Lantas apa yang mendasari hingga munculnya kecurigaan ini?

Zulkani pun bercerita runut soal kondisi kesehatan adiknya, beberapa hari sebelum dinyatakan meninggal dunia pada Minggu 3 September 2023.

Zulkani mengaku bahwa adiknya memang memiliki riwayat penyakit. Tapi bukan TB, melainkan asma. 

Pun saat sidang tuntutan di Pengadilan Tipikor Banjarmasin pada Kamis 31 Agustus 2023 lalu, kesehatan Rizaldy saat itu tengah tak baik.

Sehari pascasidang tuntutan, Jumat 1 September 2023 pagi, telpon Zulkani berdering. Rizaldy menghubunginya. 

Dalam percakapan itu, Rizaldy mengeluh sudah tak kuat menahan sakitnya. Dia meminta agar segera dibawa ke rumah sakit di luar Lapas.

"Hari Jumat pagi nelpon saya. Mengeluh kesakitan. Minta tolong bawa ke rumah sakit di luar," ujar Zulkani, Selasa (5/9).

Zulkani yang saat itu sedang tak berada di Banjarmasin pun mencoba menolong adiknya melalui Anisa. Dia adalah salah satu pengacara Rizaldy. 

Melalui Anisa upaya agar Rizaldy dapat dibawa ke rumah sakit dilakukan. Namun prosesnya tak bisa cepat. Birokrasinya terlalu berbelit-belit.

"Ternyata birokrasi ribet. Harus ke Menkumham, ke Kejaksaan lagi. Kemana-mana. Apalagi itu memasuki akhir pekan," jelas Zulkani.

Saat itu, muncul tawaran dari pihak Lapas agar Rizaldy tetap dirawat di dalam Lapas. Rizaldy dijanjikan akan mendapat obat yang paten. Hanya saja itu tak gratis. Perlu biaya banyak.

"Saya tanya berapa? Jadi orang dalam (Lapas) itu minta Rp10 juta," bebernya.

Permintaan biayanya pengobatan Rp10 juta di dalam Lapas itu pun terlalu berat. Keluarga Rizaldy tak memiliki duit sebanyak itu. Alhasil pengobatan itu tak dilakukan.

Rizaldy pun terus mengeluhkan soal sakitnya kepada Zulkani. Dia sempat beberapa kali menelpon kakaknya itu. Termasuk di Minggu 3 September 2023 pagi. Hari terakhir Rizaldy pergi untuk selama-lamanya.

"Terakhir Minggu pagi nelpon lagi. Dia bilang sudah tidak tahan lagi," beber Zulkani.

Usai menerima telepon itu Zulkani kian khawatir. Dia pun kembali meminta Anisa untuk melihat kondisi adiknya di dalam Lapas. 

Permintaan itu pun dilakukan. Namun sialnya, saat Anisa mau membesuk, dia tak diperkenankan masuk ke dalam Lapas.

"Padahal dia pengacaranya tapi tidak diperkenankan masuk. Jangankan masuk, menitipkan bubur saya tidak bisa. Anis kemudian pulang," ungkapnya.

Dari informasi yang didapat melalui Anisa, Rizaldy pun mendapatkan penanganan dokter sekitar pukul 10 pagi di hari Minggu itu. Harapan kondisi Rizaldy bisa membaik pun muncul.

Namun sayang, kabar duka bahwa Rizaldy telah meninggal dunia di RS Suaka Insan pun datang di Minggu petang sekitar pukul 18.15 Wita.

Belakangan Zulkani sangsi akan hal itu. Kesangsian itu muncul setelah dia mendengar cerita dari Anisa yang mengatakan bahwa Rizaldy dibawa keluar Lapas sekitar pukul 17.00 Wita bersama dengan barang-barangnya.

Dari situlah muncul dugaan Rizaldy tak meninggal dunia di rumah sakit, melainkan di dalam lapas.

"Pada saat dia (Rizaldy) dibawa keluar Lapas Itu dibawa bersamaan dengan barang-barangnya semua. Apa maksudnya? Kalau dia tidak meninggal, nggak mungkin barang-barangnya itu dibawa," jelasnya.

Zulkani menduga bahwa telah terjadi pembiaran terhadap kondisi kesehatan adiknya. Sebab kata Zulkani seandainya adiknya segera dibawa ke rumah sakit, nyawa Rizaldy masih bisa tertolong.

"Seandainya saja siang itu dibawa ke rumah sakit, mungkin adik saya masih bisa diselamatkan. Kenapa tidak langsung dibawa ke RS. Birokrasi - birokrasi yang ribet itu kan artinya bisa dikesampingkan dulu karena menyangkut nyawa manusia," keluhnya.

Selain itu, Zulkani juga mempertanyakan terkait adanya biaya pengobatan Rp10 juta yang menurutnya nilainya tak wajar. Sebab sepengetahuan Zulkani, biaya pengobatan di dalam Lapas ditanggung oleh negara.

Atas meninggalnya sang adik, dia berencana melaporkan kejanggalan ini ke aparat hukum termasuk ke Ombudsman atas dugaan pembiaran, termasuk perihal biaya pengobatan Rp10 juta itu.

“Sebenarnya kami mau marah bagaimana pun tidak kembali juga yang mati. Tapi yang sangat disesalkan kenapa dibiarkan,” tutupnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner