bakabar.com, JAKARTA - Perencana Keuangan (Zelts Consulting) Ahmad Gozali mengingatkan masyarakat jika ingin memulai pinjaman online sebaiknya berhati-hati. Pasalnya, saat berutang ada konsekuensi yang harus ditanggung dan dampaknya cukup besar.
"Yang jelas ada konsekuensi biaya berupa bunga ataupun denda jika terlambat bayar," jelas Gozali kepada bakabar.com, Selasa (27/6).
Hal lainnya, kata Gozali, peluang hilangnya agunan, termasuk konsekuensi atas rusaknya kredibilitas alias nama baik jika terjadi kredit macet. "Maka sebelum berutang, ada banyak pertimbangan yang perlu dilakukan," ujarnya.
Selain berutang Gozali mengungkapkan masih banyak cara yang bisa ditempuh, mulai dari menjual aset atau mengurangi pengeluaran, sehingga tidak perlu berutang.
Baca Juga: Berniat Ajukan Pinjaman Online, Zelts Consulting Ingatkan Hal Ini
"Utang yang dibuat dengan pertimbangan jangka pendek sering kali menyisakan penyesalan belakangan. Andai dulu nggak ngutang, andai dulu begini dan begitu," ujar Gozali.
Selama ini, kebanyakan masyarakat berdalih melakukan utang karena terpaksa. Hal itu seakan menjadi pembenaran bahwa yang namanya utang dilakukan karena terpaksa.
"Sebetulnya tidak, utang yang dilakukan karena terpaksa adalah utang yang sangat buruk. Justru utang yang 'baik' itu adalah utang yang dilakukan bukan dalam kondisi terpaksa, tapi dalam kondisi terencana," paparnya.
Gozali menambahkan, jika berutang dalam kondisi terpaksa, maka yang terjadi adalah tindakan buru-buru dalam mengambil keputusan. Situasi itu acap kali tidak memikirkan dampak setelahnya.
Baca Juga: Pinjaman Tanpa Bunga, Bank Kalsel Salurkan bagi Pelaku UMKM
"Sehingga kurang mempertimbangkan berapa utang yang perlu diambil, dari siapa berutang, dengan skema apa utang dilakukan, dan bagaimana rencana untuk membayarnya kembali," terang Gozali.
Atas dasar itu, Gozali mengingatkan jika ingin berutang, hendaknya dilakukan dengan terencana sejak awal. Bukan sesuatu yang sifatnya dadakan dan tiba-tiba.
"Dipilih betul kepada siapa berutang dan dengan skema seperti apa. Berapa utang yang perlu diambil dan bagaimana rencana pengembaliannya," imbuhnya.
Gozali menegaskan, "Jika dalam kondisi terpaksa, yang diambil adalah utang yang paling mudah dan paling cepat, dan biasanya ini adalah utang yang paling mahal."