bakabar.com, JAKARTA - Center of Reform on Economic (CORE) menilai Indonesia saat ini masih bergantung pada negara mitra dagang utama seperti China. Karena itu, Indonesia harus segera melakukan diversifikasi ekspor.
Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal menerangkan meski begitu tidak menutup kemungkinan adanya keuntungan dari ekspor nikel Indonesia ke China. Sebab, Indonesia termasuk negara pengekspor nikel dibangingkan Thailand, Malaysia dan Vietnam dengan negara tujuan China.
Selain ke China, ekspor Indonesia ke India tumbuh rata-rata sebesar 12,26 persen per tahun, ke negara-negara Asean tumbuh 5,36 persen, ke Jepang tumbuh 2,73 persen, ke Amerika Serikat tumbuh 2,65 persen, dan ke Eropa tumbuh 2,60 persen per tahun.
Baca Juga: CORE Pesimis Tiga Capres Serius Pangkas Utang Luar Negeri
Baca Juga: Tahun Politik Berpotensi Picu Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5 Persen
"Jadi memang ekspor ke China tumbuh cepat. Sisi plusnya, dari struktur, ada penambahan ekspor produk besi dan baja hasil hilirisasi ke China, salah satunya nikel,” kata Faisal.
Kendati demikian, Faisal memperhitungkan adanya penurunan ekonomi China yang juga berpotensi menurunkan ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Dalam jangka pendek atau sampai 5 tahun mendatang, ketergantungan terhadap pasar China dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke China sebesar 1 persen. Dengan begitu setiap Produk Domestik China (PDB) naik 1 persen.
Baca Juga: 10 Kota Biaya Hidup Termahal, DKI Jakarta Urutan Pertama!
Baca Juga: Ada 3 Kota ‘Ngapak’ di Deretan Kota dengan Biaya Hidup Termurah
Sedangkan dalam jangka panjang atau sampai 10 tahun mendatang, ekspor Indonesia ke China bisa tumbuh 37,6 persen setiap kenaikan 1 persen PDB China.
"Nanti yang bakal terdampak itu pertumbuhan ekonomi Indonesia kalau China sudah menurunkan ekspor Indonesia ke negeranya," ujarnya.
Penting untuk tahu, ekspor Indonesia ke China mengalami pertumbuhan 24 persen setiap tahunnya. Sementara itu, ekspor ke negara lain mengalami pertumbuhan 6,26 persen.