Hilirisasi Batu Bara

Hilirisasi Batu Bara, Aspebindo: Harga Komoditas Tinggi, Pembiayaan Minim

Pemerintah terus menggenjot program hilirisasi tambang sebagai upaya mendukung program transisi energi untuk menuju target emisi nol bersih.

Featured-Image
Aktivitas Penambangan Batu Bara di Kandangan Lama Tala dikhawatirkan sebagian warga

bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah terus menggenjot program hilirisasi tambang sebagai upaya mendukung program transisi energi untuk menuju target emisi nol bersih.

Namun Sejauh ini Kementerian ESDM mencatat hanya 11 perusahaan yang telah berkomitmen dan sudah mempersiapkan proyek hilirisasi batu bara mereka hingga tahun 2030.

Menanggapi itu, Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Anggawira menyebutkan masih tingginya harga komoditas dan minimnya pembiayaan menjadi tantangan hilirisasi batu bara di Indonesia.

"Mengenai hilirisasi dari strategi pengelolaan batu bara misalnya. Banyak. Kita bisa gasifiksi, DME dsb. Tapi PR-nya investasinya bos besar," ungkapnya dalam diskusi 'ijtihad bernegara dalam pengelolaan sumber daya energi dan mineral' dikutip Senin (6/2).

Baca Juga: Indonesia sebagai 'Global Key Player' Industri Hilirisasi Berbasis Komoditas.

Penambang masih melihat saat ini hilirisasi batu baru belum cukup ekonomis untuk dikembangkan karena membutuhkan investasi yang besar.

"Ya kalau dari para pengusaha kita pragmatis saja. Kalau dari sisi batu bara kita jual apa adanya (mentah). Kalau dari sisi investasinya negara juga engga ikut campur," lanjutnya.

Di sisi lain, dari skema pembiayaan untuk program hilirisasi batu bara juga masih terbatas. Ditambah lagi, pihak OJK juga melarang perbankan nasional untuk memberikan pinjaman kepada sektor pertambangan batu bara.

"Faktanya seperti ini. Ada potensi bisnis baru, tapi kalau gak ada dukungan dari pembiayaan kan mustahil, kecuali memang ada dukungan dari pemerintah atau misalnya dari insentif dari net zero emission. Adanya pengalihan dukungan dari negara negara lain untuk mengalihkan produksi batu bara menjadi produk produk hilirisasi, saya rasa memungkinkan," katanya.

Baca Juga: Pengembangan Manyar Smelter Project Terus Dikebut demi Hilirisasi Industri Mineral

Sementara itu, praktisi energi Amrul Hakim menyebut Indonesia tidak memiliki industri manufaktur untuk mengonstruksi fasilitas pengolahan dan pemurnian untuk hilirisasi batu bara.

"Saya kira ini tantangan kita yang paling berat, tetapi yang sekarang kita harus hadapi kenyataan yang ada dengan usaha yang maksimal dengan melakukan gerakan yang sistematis dan bertahap untuk mencapai keberhasilan dari hilirisasi batu bara ini," kata Amrul.

Sebagai informasi, Kementerian ESDM memproyeksikan Indonesia memiliki sumber daya batu bara sebanyak 91,6 miliar ton dengan cadangan mencapai 31,7 miliar ton.

Pada 2021 realisasi produksi batu bara dalam negeri mencapai 614 juta ton atau 98,2 persen dari target 625 juta ton. Sedangkan realisasi pemanfaatan batu bara domestik tercatat sebanyak 133 juta ton atau 96,7 persen dari target 137,5 juta ton.

Editor
Komentar
Banner
Banner