Perayaan Seba

Gelar Perayaan 'Seba', Tokoh Badui Doakan Kehidupan Damai dan Rukun

Warga Badui merayakan ritual tradisi 'Seba' atau berkunjung ke pemerintah setempat untuk menjalin silaturahim dan memperkuat persatuan dan persaudaraan.

Featured-Image
Seba Baduy, ungkapan rasa syukur Suku Baduy terhadap hasil panen yang berlimpah. Foto: net/Ist

bakabar.com, JAKARTA - Warga Badui merayakan ritual tradisi 'Seba' atau berkunjung ke pemerintah setempat untuk menjalin silaturahim dan memperkuat persatuan dan persaudaraan.

Perayaan Seba juga bentuk kesetiaan dan kepatuhan serta kecintaan terhadap Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten serta aparat penegak hukum. Karena itu, masyarakat Badui hingga kini masih terpelihara dan terjaga untuk melaksanakan perayaan adat tersebut.

"Jika itu terwujud kehidupan yang damai dan rukun maka dipastikan masyarakat bahagia juga aman serta tentram," kata tokoh Badui Dalam Ayah Mursyid di Lebak, Banten, Sabtu (29/4).

Perayaan Seba yang dilaksanakan masyarakat Badui setiap tahun sekali itu sudah berlangsung ratusan tahun. Karena itu, mereka bersilahturahmi kepada sejumlah pejabat di lingkungan Kabupaten Lebak sembari mendoakan kehidupan bangsa damai dan rukun.

Baca Juga: Situs Cagar Budaya Gunung Padang Lokasi Primadona Wisatawan Asing

Dengan membawa hasil komoditas pertanian, masyarakat Badui melaksanakan Seba lalu diserahkan kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten sebagai ungkapan rasa syukur.

"Jika tidak melaksanakan perayaan Seba dikhawatirkan terkena musibah bencana alam," ungkap Mursyid. Dengan Seba, akan terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan hal ituakan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat Badui.

Mursyid berhadap perayaan Seba tahun ini dapat memperkuat persatuan dan kesatuan, sehingga semua anak bangsa hidup bersatu, rukun, damai, aman dan tentram.

Selama ini, masyarakat Badui dengan penduduk sekitar 11.600 jiwa tersebar di 58 perkampungan belum pernah mengalami konflik maupun perpecahan. Selain itu masyarakat Badui belum pernah merugikan orang lain, seperti melakukan kriminal maupun kejahatan.

Baca Juga: Kampung Adat Gebong Marong, Destinasi Wisata Budaya Kepulauan Babel

Hal serupa diungkapkan tokoh adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija. Menurutnya, perayaan ritual Seba bagi masyarakat Badui untuk memperkuat persatuan dan persaudaraan.

Saat ini, kata Saija, jumlah peserta Seba dihadiri oleh 1.224 orang terdiri dari Badui Dalam dengan kekhasan berpakaian putih, celana putih, dan lomar atau kain penutup kepala yang juga berwarna putih.

"Masyarakat Badui Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana, dan Cikeusik hingga saat ini masih kuat menghidupi adat setempat," paparnya. Mereka berpergian ke manapun berjalan kaki dan dilarang naik kendaraan.

Sedangkan, masyarakat Badui Luar dengan kekhasan pakaian hitam, celana hitam, dan lomar berwarna biru menerima modernisasi menggunakan kemajuan digital dan internet melalui telepon pintar sehingga bisa berkomunikasi melalui media sosial.

Baca Juga: Greenpeace: Deforestasi Kikis Lokalitas dan Budaya Papua

Mereka warga Badui Luar ke manapun berpergian dibolehkan menggunakan angkutan, mobil, dan sepeda motor.

"Kami berharap bangsa ini ke depan menjadi lebih baik dengan memperkuat persatuan, sehingga tidak akan terjadi konflik maupun perpecahan, bahkan kehidupan masyarakat aman,tentram dan damai," kata Jaro Saija.

Tahun politik

Masyarakat Badui merayakan ritual tradisi 'Seba' atau berkunjung silaturahmi kepada Bupati Iti Octavia Jayabaya bersama pejabat daerah, Jumat (28/4) malam mendoakan kehidupan bangsa damai dan rukun. Foto: penjuru.id
Masyarakat Badui merayakan ritual tradisi 'Seba' atau berkunjung silaturahmi kepada Bupati Iti Octavia Jayabaya bersama pejabat daerah, Jumat (28/4) malam mendoakan kehidupan bangsa damai dan rukun. Foto: penjuru.id

Sementara itu menjelang tahun politik, Mursyid berharap agar situasi tetap tenang, aman dan terkendali. Adapun Pemilu 2024 ia meminta para elit politik harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, sehingga dapat menciptakan iklim kondusif.

Mereka para elit politik jika kalah dalam pertarungan politik tetap harus berjiwa legowo, negarawan dan dewasa untuk lebih mencintai persatuan dan kesatuan.

Baca Juga: Festival Cap Go Meh di Singkawang, Moeldoko: Ini Masuk dalam Warisan Budaya Unesco

"Kita jangan sampai para elit politik yang kalah dalam pertarungan politik menjadi provokator untuk memecahkan belah anak bangsa, sehingga bisa merugikan masyarakat," katanya.

Senada tokoh Badui lainnya, Jaro Tanggungan 12 Saidi Yunior mengungkapkan tahun politik 2024 seharusnya menjadikan masyarakat semakin dewasa dan mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

"Jangan sampai terjadi perpecahan dan konflik antarpendukung maupun simpatisan," ujarnya.

Sebab, masyarakat Indonesia sejak nenek moyang dan kerajaan sangat mencintai kedamaian, kerukunan dan saling toleransi dengan keberagaman perbedaan agama, suku, budaya, sosial dan bahasa.

Baca Juga: Menteri BUMN Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Tanpa Harus Berdebat

Keberagaman itu, menurut Saidi menjadi kekuatan untuk semakin kokoh menjalin persatuan dalam bingkai NKRI.

"Kita sesama saudara tentu hidup harus saling berdampingan dengan toleransi sehingga pesta demokrasi tahun 2024 benar-benar penuh kerukunan dan kedamaian," ujarnya menegaskan.

Editor
Komentar
Banner
Banner