Konsep itu membentuk sebuah segitiga yang terdiri dari Shutter Speed, Aperture/Diafragma, dan ISO.
Shutter speed umumnya digunakan untuk mengukur kecepatan subjek yang dipotret, biasa tertulis dalam satuan detik (1/10, 1/100, 1/125, dan seterusnya).
Semakin tinggi angkanya, kecepatan kamera menangkap objek akan semakin cepat, begitu pula sebaliknya. Namun, shutter speed yang tinggi dapat menyebabkan foto lebih gelap.
Sebaliknya, shutter speed yang rendah akan membuat foto semakin terang sekaligus bisa lebih sensitif terhadap gerakan kecil. Sebab, shutter speed yang rendah memang ditujukan untuk memotret objek diam/lambat.
Kemudian, aperture/diafragma adalah elemen yang berfungsi layaknya pupil mata. Semakin besar bukaannya (f/1.8), semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil bukaan, semakin minim cahaya yang masuk.
Biar Makin Menarik Aperture juga dapat mengatur titik fokus, semakin besar bukaannya, titik fokusnya pun akan semakin kecil.
Sementara ISO, biasanya digunakan untuk mengatur pencahayaan gambar. Semakin tinggi angka ISO (ISO: 100, 250, 800, 1600), gambar akan semakin terang. Jadi, ketiga elemen di atas saling berkaitan antara satu dan lainnya.
Untuk bisa memotret dengan baik, konsep “segitiga exposure” ini harus terlebih dulu dipahami. Nah, kaitannya dengan foto viral tersebut terletak pada kondisi waktu.
Wanita tersebut mengambil gambar pada malam hari, di mana kamera pasti akan kesulitan memotret akibat minimnya cahaya.
Namun, dikarenakan smartphone berusaha menyesuaikan kondisi, kemungkinan besar shutter speed diturunkan dan ISO (sensor cahaya) kamera dinaikkan. Sehingga hasil gambarnya bisa lebih terang dibanding sebelumnya.