Kota Gaib Saranjana

Fotografer Nasional Soroti Viral Potret Kota Saranjana di Kotabaru

Foto viral diduga Kota Gaib Saranjana yang dimiliki seorang dokter bernama Devi di Kotabaru, Kalimantan Selatan, terus menjadi perbincangan hangat.

Featured-Image
Ilustrasi Saranjana sebagai kota gaib. Foto: Net.

bakabar.com, JAKARTA - Foto viral diduga Kota Gaib Saranjana yang dimiliki seorang dokter bernama Devi di Kotabaru, Kalimantan Selatan, terus menjadi perbincangan hangat.

Desas-desus soal adanya kota gaib yang berada di salah satu tempat wisata di Bukti Mamake Sarang Tiung, Kabupaten Kotabaru itu terus populer bagi warga yang konon dipenuhi gedung-gedung pencakar langit bak kota metropolitan.

Banyak warga yang mempercayai keaslian foto tersebut, serta mengakui adanya kota gaib saranjana yang tak dapat dilihat secara kasat mata.

Selain memperdebatkan eksistensi Kota Saranjana, tidak sedikit warganet yang menyebut bahwa foto dokter Devi yang bertugas di Rumah Sakit Kotabaru itu editan atau tidak asli.

Ada pula yang menilai penampakan gedung-gedung menjulang mirip metropolitan adalah Kota Gaib Saranjana itu hanyalah cahaya bias lampu di malam hari dibarengi dengan gerimis.

Bahkan, ada yang menilai bayangan 'gedung pencakar langit' yang disebut-sebut sebagai wujud Kota Saranjana itu, hanyalah kesalahan teknis pengambilan foto.

Bagi seorang fotografer, foto Kota Saranjana yang menyerupai gedung-gedung megah bak kota metropolitan itu merupakan pantulan lampu efek foto malam.

Kevin Pramudya, salah satu fotografer Tanah Air menyampaikan pendapatnya di Twitter dengan akunnya @kevinpramudya_, Minggu (8/1/2023).

Kevin menyebut kalau gambar garis pada foto yang menyerupai bangunan tinggi merupakan pantulan dari lampu perkotaan dan rumah penduduk, yang berada di area bawah jembatan.

Munculnya garis pada gambar diakibatkan karena rendahnya shutter speed pada kamera smartphone. Kamera ponsel berusaha menyesuaikan kondisi malam dan lingkungan sekitar.

"Shutter speednya lambat karena long exposure (sekitar 2-3 detik), yang megang tanganya gerak alias ga stabil, akhirnya lampu-lampu di kota belakang ngebentuk bayangan layaknya bangunan, bukti shutter speed lambat juga terlihat dari subjek yang agak blur, gini aja dikaitin sama hal mistis,hadeh," cuitnya, Minggu (8/1).

Penjelasan lengkapnya di halaman selanjutnya...

Ia menjelaskan supaya hasilnya bisa lebih terang, secara teknis, shutter speed di smartphone akan otomatis diturunkan menjadi lebih rendah.

Bukti gambar yang dipotret memiliki shutter speed rendah, menurut Kevin, terletak pada subjek. Sebab, wanita yang tengah berpose itu tampak sedikit buram/bergoyang.

Hal tersebut sebenarnya wajar terjadi, apalagi jika shutter speed yang digunakan rendah/lambat, sekitar 2-3 detik.

“Bukti dari shutter speed yang lambat ketika memotret dapat dilihat dari (gambar) subjek yang sedikit blur. Dengan shutter speed yang lambat (2-3 detik) umumnya subjek akan bergerak sedikit atau bisa jadi tangan dari pengambil foto yang bergoyang,” jelas Kevin.

Untuk menjawab terkait pemotretan menggunakan HP yang tidak bisa diatur shutter speed-nya, Kevin menerangkan hal itu bisa dengan memakai night mode.

"Bisa, terlebih untuk kasus ini, u semua bisa bukttiin sendiri kalau pakai night mode, biasanya harus diem beberapa detik, ini karena shutter speed lambat menyesuaikan cahaya," paparnya.

"Saya tidak denial soal ada tidaknya kota ghaib saranjana, yg jadi fokus saya adalah hasil foto itu bisa dinalar dgn basic ilmu fotografi, segitiga exposure pada khususnya, anyway pelajaran lainnya soal fotografi bisa dibaca di thread² saya ini, makasih," tulisnya lagi.

Pada dasarnya, saat memotret suasana malam, kamera memang menjadi lebih sensitif terhadap gerakan-gerakan kecil.

Tidak hanya itu, kondisi tangan saat memotret juga harus bisa stabil agar tidak menciptakan gambar yang buram atau blurry.

Dalam dunia fotografi, untuk memahami cara kerja dari shutter speed, perlu memahami konsep “segitiga exposure” atau “exposure triangle”.

Teknik selengkapnya baca di halaman selanjutnya..

Konsep itu membentuk sebuah segitiga yang terdiri dari Shutter Speed, Aperture/Diafragma, dan ISO.

Shutter speed umumnya digunakan untuk mengukur kecepatan subjek yang dipotret, biasa tertulis dalam satuan detik (1/10, 1/100, 1/125, dan seterusnya).

Semakin tinggi angkanya, kecepatan kamera menangkap objek akan semakin cepat, begitu pula sebaliknya. Namun, shutter speed yang tinggi dapat menyebabkan foto lebih gelap.

Sebaliknya, shutter speed yang rendah akan membuat foto semakin terang sekaligus bisa lebih sensitif terhadap gerakan kecil. Sebab, shutter speed yang rendah memang ditujukan untuk memotret objek diam/lambat.

Kemudian, aperture/diafragma adalah elemen yang berfungsi layaknya pupil mata. Semakin besar bukaannya (f/1.8), semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil bukaan, semakin minim cahaya yang masuk.

Biar Makin Menarik Aperture juga dapat mengatur titik fokus, semakin besar bukaannya, titik fokusnya pun akan semakin kecil.

Sementara ISO, biasanya digunakan untuk mengatur pencahayaan gambar. Semakin tinggi angka ISO (ISO: 100, 250, 800, 1600), gambar akan semakin terang. Jadi, ketiga elemen di atas saling berkaitan antara satu dan lainnya.

Untuk bisa memotret dengan baik, konsep “segitiga exposure” ini harus terlebih dulu dipahami. Nah, kaitannya dengan foto viral tersebut terletak pada kondisi waktu.

Wanita tersebut mengambil gambar pada malam hari, di mana kamera pasti akan kesulitan memotret akibat minimnya cahaya.

Namun, dikarenakan smartphone berusaha menyesuaikan kondisi, kemungkinan besar shutter speed diturunkan dan ISO (sensor cahaya) kamera dinaikkan. Sehingga hasil gambarnya bisa lebih terang dibanding sebelumnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner