bakabar.com, JAKARTA - Proyek lumbung pangan terintegrasi atau food estate di Merauke, Papua Selatan bakal dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Selasa (10/10).
"Dibuat KEK nanti di Merauke," kata Airlangga, kepada wartawan di Istana Kepresidenan.
Baca Juga: Deforestasi Meningkat, Greenpeace Minta Proyek Food Estate Berhenti
KEK Food Estate Merauke akan difokuskan untuk produksi padi dan tebu. Dengan Luas lahan yang diperkirakan bisa mencapai dua juta hektare.
Tapi, Airlangga belum bisa membeberkan jumlah kemampuan total produksi padi dan tebu dari lahan tersebut.
"Kita belum bicara produksi, kita konsentrasi padi dan tebu, kalau food estate kan bisa potensi 2 juta hektare, tapi awalnya 200 ribu hektare dulu," kata Airlangga.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga memastikan. KEK Merauke tidak akan menggunakan uang negara.
Melainkan menggunakan skema kerja sama pemerintah dan swasta atau public private partnership (PPP). "Diarahkan ke PPP, masih kita cari," ujar Airlangga.
Penting untuk tahu. Dipilihnya kawasan Food Estate Merauke menjadi KEK juga bukan tanpa alasan. Dia mengaku pihaknya ingin melanjutkan proyek yang sebelumnya dibuat oleh Presiden RI ke-2, Soeharto.
"Karena sudah pernah dikerjakan, oleh pak Harto (Soeharto)," kata Airlangga.
Pada tahun 1990-an, Presiden Soeharto menjadi penguasa pertama yang mencanangkan program ini. Bernama Mega Rice Project.
Baca Juga: Proyek Food Estate Hanya Ciptakan Oligarki, Tak Selesaikan Krisis Pangan
Lewat kebijakan ini, Soeharto ingin mengubah rawa gambut di Kalimantan Tengah menjadi tempat pengembangan produksi beras.
Bahkan, Soeharto sudah memproyeksikan sejuta lahan gambut yang bakal disulap menjadi KEK.
Di samping itu juga. Pada tahun 2010 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE). Tujuannya adalah menjamin swasembada Indonesia dalam hal pangan dan energi.