Ekbis Sepekan

EKBIS SEPEKAN: Petani Dibelengggu Kemiskinan hingga Respons Santai OIKN soal Pakuwon

Sejumlah pemberitaan ekonomi-bisnis (ekbis) dalam sepekan terakhir cukup beragam. Mulai dari persoalan tantangan jasa keuangan, fluktuatif saham unilever, hingg

Featured-Image
Ilustrasi petani menanam di sawah. Foto: Shutterstock

bakabar.com, JAKARTA - Sejumlah pemberitaan ekonomi-bisnis (ekbis) dalam sepekan terakhir cukup beragam. Mulai dari persoalan tantangan jasa keuangan, merosotnya saham Unilever, hingga perputaran uang selama pemilu.

Redaksi bakabar.com mencoba merangkum ada sebanyak tujuh berita unggulan terpopuler dalam sepekan terakhir. Di antaranya mulai dari kualitas hidup petani yang jauh dari kesejahteraan, hingga sikap santai bos OIKN mengenai keluhan pembangunan yang dialami Pakuwon Group.

1. Nestapa Petani Hidup dalam Belenggu Kemiskinan

Petani
Ilustrasi petani sedang menanam di sawah. Foto: Antara

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas menganggap tingginya tingkat kemiskinan di sektor pertanian bukanlah hal yang baru.

Sehingga menurutnya data BPS yang menyebut kemiskinan terpusat di sektor pertanian hingga nyaris 50 persen bukanlah hal yang baru.

"Bahwa kantong-kantong kemiskinan itu terpusat di wilayah-wilayah pedesaan dan wilayah-wilayah pertanian," ujarnya kepada bakabar.com, Jumat (8/12).

Baca selengkapnya..

2. Cadangan Freeport Bisa Sampai 100 Tahu, Bakal Diperpanjang?

Dihantam Pandemi, Produksi Freeport Baru Normal Tahun 2022
Selama pandemi Covid-19 PT Freeport akan memaksimalkan tambang bawah tanah mereka. Foto-Getty Images

Kontrak PT Freeport Indonesia (PTFI) bakal diperpanjang hingga 2061 oleh pemerintah. Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengungkapkan alasan karena berdasarkan undang-undang bisa diperpanjang selama cadangan masih ada.

Selain itu, perpanjang kontrak diberikan karena Freeport akan membangun smelter baru lagi dan akan kembali mendivestasikan saham.

"Dia akan bangun smelter baru lagi kemudian kan dia akan divestasi lagi nah yang jelas kan di undang-undang mensyaratkan perpanjangan itu masukan untuk pemerintah harus bertambah ya kan," katanya di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (9/12).

Baca selengkapnya..

3. Kriteria Taksonomi Diubah, OJK Main Aman?

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Foto: Shutterstock

Yayasan Indonesia Cerah menilai keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang ingin mengganti sistem traffic light dalam penyesuaian kategori atau kriteria taksonomi yang tertera dalam Taksonomi Berkelanjutan Indonesia (TBI) 1.0 sebagai bentuk cari aman.

Executive Director Yayasan Indonesia Cerah Agung Budiono menilai keputusan tersebut berimbas sebelumnya yang menggunakan indikator warna hijau, kuning, dan merah digantikan menjadi dua indikator yakni hijau dan transisi.

"Harusnya di munculkan saja untuk mempertegas posisi mana yang eligible yaitu hijau dan transisi, mana yang ineligible sebelumnya merah. Jadi tidak dua (klasifikasi) itu namanya main aman," katanya di Jakarta, Kamis (7/12).

Baca selengkapnya..

4. Saham Terus Nyungsep! Unilever Perlu Pemimpin yang Inovatif

Ilustrasi PT Unilever Indonesia Tbk. Foto: Shutterstock
Ilustrasi PT Unilever Indonesia Tbk. Foto: Shutterstock

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengungkapkan kriteria yang tepat untuk mengisi jabatan Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. Kriteria tersebut diperlukan menjelang diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Sabtu (9/12).

Selepas ditinggalkan oleh tiga orang direksi, Nafan berharap Unilever dipimpin oleh individu yang memiliki integritas, serta menitikbertakan keputusan pada prinsip good corporate governance.

"Penting untuk Unilever dipegang oleh para individu yang memiliki integritas dan lebih menitik beratkan pada prinsip good corporate governance," katanya kepada bakabar.com, Senin (4/12).

Baca selengkapnya..

HALAMAN
12
Editor


Komentar
Banner
Banner