bakabar.com, JAKARTA - Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengungkapkan kriteria yang tepat untuk mengisi jabatan Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. Kriteria tersebut diperlukan menjelang diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Sabtu (9/12).
Selepas ditinggalkan oleh tiga orang direksi, Nafan berharap Unilever dipimpin oleh individu yang memiliki integritas, serta menitikbertakan keputusan pada prinsip good corporate governance.
"Penting untuk Unilever dipegang oleh para individu yang memiliki integritas dan lebih menitik beratkan pada prinsip good corporate governance," katanya kepada bakabar.com, Senin (4/12).
Baca Juga: Tiga Direksi Unilever Mundur, Buntut Boikot Produk Pro Israel?
Baca Juga: Aksi Boikot Produk Pro Israel, Kadin: Merugikan Dunia Usaha!
Prinsip tersebut diperlukan untuk membuat kinerja Unilever secara fundamental bisa lebih menunjukan hasil yang lebih progresif. Dalam hal ini adalah untuk inovasi produk dalam rangka meningkatkan penetrasi pasar.
"Good Corporate Governance sudah lebih dari cukup sebagai upaya meningkatkan kinerja penjualan perseroan," jelas dia.
Pasalnya, Unilever mengalami penurunan kepercayaan investor setelah adanya dinamika boikot produk yang dinilai memiliki afiliasi dengan Israel. Kondisi tersebut menurutnya berimbas pada menurunnya inovasi produk di Unilever.
Baca Juga: Ramai Boikot Produk Pro Israel, Sederet Penjualan Saham Anjlok
Karena itu, pimpinan yang beru perlu memberikan inovasi dalam rangka meningkatkan kembali kepercayaan para pelaku investor. Termasuk di antaranya kepada masyarakat pada umumnya.
"Jadi untuk Desember kalau menurut saya ini sejauh mana mitigasi resiko yang diterapkan oleh menejemen dalam mengatasi berbagai dinamika yang terjadi. balik lagi kepada prinsip good coorporate governance," tandas dia.
Baca Juga: Siasat Ritel Modern soal Konsumen Mulai Boikot Produk Pro Israel
Di samping itu, Pengamat Pasar Uang, Lukman Leong melihat harga saham Unilver tertekan oleh kinerja yang turun seiring penurunan pada penjualan ritel di Indonesia.
Kondisi tersebut, imbuh Lukman, kinerja yang menurun membuat P/E ratio Unilever berada di atas 20. sentimen boikot akan semakin menekan kinerja unilver.
"kalau dilihat dari performa harga saham Unilever yang turun besar akhir-akhir ini dan telah turun tajam sejak 5 tahun terakhir, hal ini bisa mencerminkan ketidakyakinan," kata dia kepada bakabar.com, Senin (4/12).
Baca Juga: Ramai Boikot Produk Pro Israel, YLKI: Bagian Hak Konsumen
Meski begitu, kondisi tersebut tidak memengaruhi divestasi Unilever yang masih cenderung tinggi.
Bahkan di tengah sentimen negatif belakang ini, secara valuasi pun masih tinggi. Namun hal itu menurut dia membuat investor belum layak untuk menyuntikan dananya ke Unilever.
"Jadi belum layak untuk investasi," pungkas dia.