Tak Berkategori

Diadili, Pemenggal Kepala Ibu Muda di Belda Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Pengadilan Negeri (PN) Banjarmasin akhirnya menyidangkan kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Harry…

Featured-Image
Harry saat memeragakan detik-detik mutilasi korban Rahma. apahabar.com/Riyad

Dampaknya muncul kecenderungan perilaku agresif, kurang empati hingga mudah melakukan kekerasan tanpa pertimbangan.

Lantas, bagaimana pencegahannya? Terlebih dahulu kenalilah perilaku psikopatik. Pelajari pola asuh pelaku di lingkungan keluarga khususnya orang tua.

Apakah pernah diabaikan atau bahkan ditelantarkan keluarga; pernah mendapat hukuman atau kekerasan fisik atau psikis secara berlebihan hingga menimbulkan trauma; menjadi korban bullying atau perundungan; dan pergaulan lingkungan sosial.

"Berteman dengan kelompok yang juga suka melakukan kekerasan turut memengaruhi," ujarnya.

Perilaku psikopatik berpotensi membentuk konsep diri seseorang yang rendah, tidak berharga, kontrol emosi rendah, kurang memiliki empati, dan rendah akan pemahaman norma-norma sosial.

Seseorang justru akan cenderung mudah meluapkan emosi, terlibat dalam perilaku kekerasan, atau tidak memiliki rasa bersalah ketika menyakiti orang lain.

Edukasi dari orang terdekat terutama orang tua pun memegang peranan penting menciptakan hubungan keluarga ataupun pertemanan yang sehat.

Sebagai informasi, di lingkungan tempat tinggalnya, Harry dikenal sebagai pribadi tertutup. Sering ketika didapati sedang asyik menonton TV seorang diri di pos siskamling, ia pergi menjauh.

Kasus Mutilasi Ibu Muda di Belda Banjarmasin Segera Disidangkan, Jaksa Pastikan Harry Tak Gila

Pun, jika warga menegurnya: ia acuh. Harry sejak kecil tinggal di Belitung Selatan. Setelah lulus SMP, Harry kecil yang kerap dikekang keluarganya, pindah ke Jakarta.

Sekembalinya ke Banjarmasin, wakar yang meninggali rumahnya kerap mencium aroma miras saat Harry pulang.

Ia juga sempat tersandung kasus narkotika. Dipenjara lima tahun, anak dan istrinya kemudian meninggalkan Harry.

Perilaku tertutupnya semakin menjadi ketika ibunda, sosok yang kerap memanja Harry sejak kecil meninggal dunia.

Sejak itu, Harry makin kerap minum-minuman keras. Sebelum memutilasi Rahma, ia juga mengaku mengonsumsi sabu.

Lantas, sejauh mana miras, dan narkotika memengaruhi sikap beringas Harry?

Perilaku psikopatik, kata Melinda, tak muncul begitu saja. Berkelindan erat dengan riwayat masa lalu.

Miras dan narkotika hanya pencetus atau keadaan situasional yang menyebabkan perilaku kekerasan.

"Selebihnya pola asuh, lingkungan sosial, dan lain sebagainya tadi," jelasnya.

Berkaca dari kasus mutilasi di Jombang, misalnya, pelaku tercatat memiliki riwayat konflik dengan orang tua. Termasuk pernah menjadi korban bullying.

"Kebiasaan kerap memendam amarah kemudian menjadi tidak terampil dalam mengekspresikan emosi hingga berwujud perilaku kekerasan," ujarnya.

Lantas, apakah bisa Harry dikatakan sebagai seorang psikopat?

Melinda menyarankan untuk mendalami lagi riwayat Harry.

"Apakah pernah melakukan kekerasan sebelumnya," ujarnya.

Jika tidak, Harry, kata Melinda tidak bisa begitu saja dikatakan sebagai psikopat.

Pemeriksaan kejiwaan juga harus dilakukan secara intens melibatkan psikiater hingga psikolog klinis.

Tidak dalam satu hari saja, melainkan berhari-hari. "Diagnosa psikopatik secara berulang," ujarnya.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

HALAMAN
123
Komentar
Banner
Banner